Tidak seperti kebanyakan tipe hunian sementara, tempat bermalam Taehyung seperti jejeran rumah kecil yang terletak di satu lokasi luas. Namjoon sudah mengaturnya untuk di sana, tapi sama sekali tidak diberikan petunjuk jika sosok bersenyum mirip kelinci yang membuatnya ragu bekerja sama itu bisa muncul mendadak selepas bangun pagi.
"Kau ...."
"Kak Namjoon bilang aku harus menemanimu bawa barang-barangnya juga." Jungkook mengenakan jaket parasut hitam besar, celana jins robek lutut dan sweter yang senada. Rambutnya cepak lembut tertiup angin dengan senyum lebar mata berbinar.
Berbanding jauh dengan wajah bengkak baru bangun Taehyung. "Tapi, kau kelewat cepat. Ini masih ...."
"Sarapan sama-sama, yuk?" tawar Jungkook begitu saja dengan sebungkus sup hangat dan gimbab yang tadi dibeli. "Pasti kak Tae lapar karena baru bangun. Ayo, kita makan dulu. Masih banyak yang perlu disiapkan, 'kan?"
Taehyung baru buka mulut hendak menolak, tapi Jungkook langsung melewatinya. Entah karena masih belum sadar benar, atau apa, Taehyung hanya mengekor Jungkook masuk ke kamar hotelnya yang setengah pecah. Taehyung menggaruk kepala sambil lalu sementara Jungkook berceloteh menjabarkan hidangan mereka.
Mereka baru ketemu, omong-omong, tapi sikap Jungkook sudah seperti kawan lama. Sosok pemuda yang lama-lama terlihat manis itu, membuai Taehyung sampai hanya bergeming menopang dagu.
" ... aku sengaja meneleponnya bilang ada yang ketinggalan. Dia juga lagi pergi jalan-jalan ke pantai sama kak Namjoon. Pulang menjelang malam. Jadi, kita ada kesempatan mendekorasi sebaik mungkin. Aku sengaja datang lebih awal karena mau bantu-bantu kak Tae. Siapa tahu—"
"Kau bocah cerewet yang manis, eh?" celetuk Taehyung. Jungkook berpaling dari jejeran makanan. "Kita barusan ketemu dan kau memanggilku akrab begitu saja."
Jungkook mengerjap. "Kita sudah teleponan, bukan?"
"Tidak bisa dijadikan tolak ukur untukmu sampai memanggilku demikian, bocah." Taehyung menyingkirkan senyum dari wajah dan berlalu ke kamar. "Aku mau mandi, lalu kita pergi."
"Sarapannya?"
"Aku tidak suka makan pagi seberat itu."
Jungkook mengangguk di balik punggung Taehyung, menatap bungkusan di depannya. Berpikir mungkin lain kali ia telepon dulu baru membeli. Ah. Benar juga. Sepertinya Jungkook gagal memberi kesan pertama yang baik.
"Simpan saja. Bisa dimakan siang nanti. Kau duduklah dulu. Aku tak lama," ujar Taehyung dari kamarnya kemudian. Jungkook tersenyum kembali.
Sekitar setengah jam berlalu, Taehyung tengah menegak susu cokelat kemasan sambil mengarahkan Jungkook bagaimana seharusnya menata barang dekorasi yang mereka siapkan, berhubung Jungkook lebih tahu isi rumah Seokjin. Dari room service juga, mereka akhirnya sarapan dengan roti panggang selai kacang dan pisang serta jus buah. Selesai sarapan mereka pun mengemasi barang ke dalam bagasi mobil sewaan. Masing-masing masih menegak tenang susu kemasan di tangan dengan Jungkook sebagai pengemudi karena ia hafal jalanan.
"Polos sekali, kak Seokjin tidak curiga padamu, ya?"
Jungkook terkekeh, menegak habis susu pisang dinginnya lalu diletakkan ke laci pintu. "Kadang aku berminggu-minggu menghabiskan waktu libur di sini. Jadi, ya, kak Seokjin percaya-percaya saja. Kak Tae baru pertama ke mari?"
"Iya. Tempatnya sepi dan tenang. Mungkin kakakku bakal punya sebuah rumah di sini. Atau, mungkin juga tidak." Taehyung menunjuk sebuah rumah makan unik yang dilewati, Jungkook naluriah mengajaknya ke sana nanti, saat tugas mereka selesai.
Taehyung tertawa.
"Kau ini, ya? Awalnya kukira bakal sulit bekerjasama, tapi di luar dugaan kakakku benar soal dirimu. Sekarang aku tahu, tapi rasanya dari tadi seperti malah aku yang dimanjakan. Nanti pacarmu cemburu, loh. Sudah repot bawa makanan, bantu mengemas barang, tahu soal tugas makalahku padahal kau dua tahun di bawahku, bahkan obrolan kita nyambung terus. Keren sekali kau ini, bocah!" ujarnya seraya menepuk lengan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
.Bae | NJ [✔]
Romance[BTS - NamJin] Semua orang layak diberi kesempatan kedua. Seokjin tahu, tapi apa ia berani mengambil itu? . . Desclaimer: BTS milik Big Hit entertainment, Tuhan YME dan diri mereka sendiri. Penulis hanya mengklaim plot dan alur cerita. (Start, Sept...