Part 3 : Sekolah Puteri

116 22 10
                                    

Hai semuanya, part ini sudah selesai direvisi
jika masih ada kesalahan dalam penulisan, segera beritahu penulis ya
supaya bisa deperbaiki lagi nantinya
Terima kasih dan selamat membaca

*****




Silvia membelalakkan matanya. Bahkan mulut gadis itu menganga karena tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Yang benar saja, sang raja menyuruhnya untuk masuk ke sekolah puteri raja karena ingatannya yang hilang.

Jika saja Silvia bisa menemukan cara pergi dari dunia aneh ini, ia akan dengan senang hati melakukannya.

Namun sudah seminggu berlalu, ia tak mendapati petunjuk apapun. Apakah jiwanya telah benar-benar masuk ke tubuh orang lain atau ini hanya mimpi belaka? Ia bingung, ia tak tahu lagi harus bagaimana.

"Tapi Ayah, Belva tidak ingin mengulang sekolah. Belva hanya kehilangan ingatan tentang diri Belva dan keluarga ini bukan?" protes gadis itu.

Namun sang ayah tidak mendengarkan protesan sang anak. "Bahkan kamu lupa bagaimana tata cara makan yang benar, Putri Belva. Bagaimana jika ada pangeran atau raja dari kerajaan lain yang akan datang melamarmu jika tata cara dan adab seorang putri raja saja kamu tidak tahu? Bagaimana reaksi dan tanggapan mereka tentang kerajaan kita?"

Silvia menekuk mukanya sebal. Sementara itu Xander yang ikut mendengarnya malah tertawa terbahak-bahak seolah ia bahagia melihat penderitaan Silvia.

Sang ibu yang melihat anak anak sulungnya tertawa mengejek adiknya langsung menatap tajam Xander. "Jaga sikapmu, Xander. Kau Putra Mahkota kerajaan ini!" tegurnya. Xander langsung terdiam mendengarnya.

Sementara Xavier, lelaki itu berjalan menghampiri adiknya. "Tenang saja, ada Kakak yang akan membantumu jika kau kesulitan." Xavier mencoba menenangkan sang adik.

"Lagi pula kau akan tetap berada di lingkungan kastil kerajaan, apa yang harus kau cemaskan? Kau hanya perlu mengulang kelas, bukannya pergi ke garda terdepan ketika bertempur," ejek Xander. Seulas senyum mengejek muncul di wajah tampan lelaki itu.

Silvia sangat geram dengan kakak tertuanya itu. Selama seminggu dirinya berpura-pura menjadi putri Belva, lelaki itu terus saja mengganggunya. Dasar lelaki menyebalkan!

Silvia terkadang bingung dengan sikap lelaki itu. Terkadang ia sangat baik padanya, namun terkadang ia bersikap sangat dingin dan ketus. Seolah ia dan kakaknya adalah musuh bebuyutan.

"Jangan dengarkan Xander, Bel. Dia memang seperti itu dari dulu." Xavier menutup telinga Silvia. Menggoda kakak lelaki dan adik perempuannya itu.

Silvia terkikik pelan, sementara Xander hanya mendengus sebal.

Silvia menjauhkan tangan Xavier dari telinganya. "Terima kasih, Kak, kau yang terbaik," ujar Silvia. Gadis itu memberikan dua ibu jarinya sebagai penghargaan atas kebaikan kakaknya itu. Lalu ia tersenyum.

Xander. Lelaki itu sedari tadi memandangi interaksi antara Silvia dan Xavier tanpa berkedip. Entahlah, dadanya terasa sesak melihat keduanya tampak bahagia. Terbesit rasa iri dalam hatinya.

Sang raja dan ratu tersenyum senang melihat keakraban tiga keturunan mereka. Hanya Belva lah yang mampu membuat Xavier dan Xander menjadi dekat.

Karena sebelum adanya Belva, kedua pangeran itu selalu berselilih pendapat dalam hal apapun. Selalu bersaing menjadi yang terbaik. Dan benih-benih iri yang ada tumbuh menjadi dengki yang teramat besar. Apalagi jika menyangkut tahta kerajaan.

LUCID DREAM (telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang