Part 14 : Festival

64 12 0
                                    

Part ini sudah selesai direvisi
Jika masih ada kesalahan dalam penulisan segera beritahu penulis agar kembali diperbaiki
Terima kasih dan selamat membaca

*****







Silvia dan Austin kini tengah memakan hidangan yang sudah tersaji di depan mereka dalam diam. Hanya dentingan sendok dan garpu yang menggantikan sunyi.

"Gimana, enak? Masih laper? Mau nambah gak?" cerocos lelaki itu.

Silvia hanya tersenyum. "Engga kok, lagian kamu kok mesen makanan sebanyak ini sih? Kita cuma berdua dan kamu pesen makanan empat porsi," gerutu Silvia sambil menyendok nasi goreng miliknya.

Austin hanya terkekeh. "Siapa tahu kamu kalau makan banyak," kata Austin dengan nada mengejek. Membuat Silvia semakin sebal.

"Udah hampir jam empat, kita pergi yuk! Udah selesai kan?" ajak Austin.

Silvia bertanya pada lelaki itu mereka akan kemana. Namun yang dilakukan Austin adalah tersenyum simpul dan mengatakan jika ini akan menjadi kejutan untuk dirinya.

Silvia jadi jengkel dan baper sendiri di waktu yang bersamaan. Lelaki memang sangat pandai membolak-balikan perasaan perempuan.

Mobil yang dikendarai Austin tiba-tiba berhenti di pinggir jalan. Silvia hendak bertanya. Namun mulutnya sudah dibungkam oleh Austin. Telunjuk lelaki itu ditempelkan ke tengah bibir si gadis.

"Matanya saya tutup dulu ya? Biar surprise," Silvia hendak menolak. Namun Austin kembali buka suara.

"Saya gak bakal macem-macem sama wanita yang saya cintai. Bagi saya wanita itu harus dilindungi, karena mereka berharga."

Kata-kata yang terucap dari bibir Austin mampu meluluhkan Silvia. Gadis itu mengangguk dan menuruti apa yang diinginkan oleh sang pria.

Austin menutup mata Silvia dengan sebuah kain panjang. Dan mengikat kain tersebut di belakang kepalanya.

Lalu mobil yang mereka kendarai, kembali melaju, menuju ke sebuah tempat yang hanya lelaki itu saja yang tahu di mana letaknya.

Silvia yang matanya tertutup, dapat merasakan jika mobil yang ia tumpangi telah bergenti.

Ia menghadap ke arah Austin. "Kita udah sampai?" tanyanya.

"Udah, tapi jangan dibuka dulu penutup matanya!" pesan Austin.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya, membuat si lelaki gemas. Austin membuka pintu mobilnya dan keluar.

Silvia panik. "Austin! Kamu mau ke mana?" pekik gadis itu.

Ia bisa mendengar pintu di sampingnya terbuka. Seseorang melepaskan safety belt miliknya.

"Austin?" Silvia mencoba memanggil.

"Hmm," dehem lelaki itu. Silvia merasa lega, ternyata dirinya tidak ditinggal oleh Austin sendirian di dalam mobil.

Lelaki itu menyuruh Silvia untuk turun dari mobil, ia juga membantu Silvia agar tidak terjatuh karena mata gadis itu yang masih tertutup.

Austin menuntun Silvia untuk berjalan di sampingnya. Gadis itu bisa mendengar suara ramai tak jauh dari tempatnya saat ini.

Hal itu membuatnya semakin gugup. Ia semakin penasaran ke mana kekasihnya itu membawa dirinya pergi.

"Stop!" Tiba-tiba Austin mengomandonya untuk berhenti. Lelaki berjalan menuju ke belakang tubuh Silvia.

Dua tangannya ia gunakan untuk memegang penutup mata milik sang gadis. "Udah siap?" bisiknya.

LUCID DREAM (telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang