Part 2 : Taman

119 23 16
                                    

Hai semuanya, part ini sudah selesai direvisi
jika masih ada kesalahan dalam penulisan, segera beritahu penulis ya
supaya bisa deperbaiki lagi nantinya
Terima kasih dan selamat membaca

*****





Silvia tengah berjalan-jalan di taman sekarang. Namun dirinya tidak sendirian. Ada empat pengawal dan dua pelayan yang menemaninya.

Hal itu membuatnya sedikit risih. Ia jadi kesusahan untuk kabur dari kastil istana. Apalagi Xander yang sedari tadi menempel pada gadis itu.

"Kak, jangan terlalu dekat denganku!" keluh Silvia. Nada suaranya terdengar seolah ia tengah kesal.

"Ibu yang menyuruhku menemanimu, lagipula aku sangat yakin kau akan lebih suka bersamaku dibanding dengan Xavier," ujarnya ketus.

"Apa hubungannya dengan aku yang menyuruhmu sedikit menjauh?" ketus Silvia.

"Kenapa kau menyuruku untuk menjauh padahal aku ingin selalu berada di dekatmu?" Pertanyaan Xander membuat Silvia bingung harus berkata apa.

Jika saya Xavier juga ada di sini dan ikut menemani dirinya berjalan-jalan. Namun sayang lelaki itu pergi.

Ya, Xavier sebenarnya juga ikut mengawal Silvia jalan-jalan. Namun ia terpaksa pergi karena sang raja memanggilnya. Ada tugas penting untuk pangeran tampan itu.

Silvia menghela napas kasar. Lelaki itu sepertinya ingin menguji batas kesabaran Silvia.

Silvia berlari menjauh dari para pengawal dan kakaknya. Namun langkahnya terasa sulit karena gaun berat yang ia pakai.

Xander yang terkejut akan tindakan adiknya berteriak. "Kau mau lari kemana, hah?" Lalu ikut menyusul sang adik bersama para pengawal dan pelayan.

Silvia menoleh ke belakang, tersenyum mengejek ke arah Xander, bahkan Silvia menjulurkan lidahnya pada lelaki itu. Lalu melanjutkan acara larinya.

Namun dirinya mendadak berhenti karena melihat sebuah siluet hitam. Mata Silvia sangat jeli. Ia bisa melihat bayangan itu dengan jelas. Siluet lelaki dan perempuan yang tengah berlari bersama. Namun hanya sebentar, karena setelahnya siluet itu menghilang.

Xander yang melihat adiknya mendadak bergeming langsung memeluknya dari belakang. "Kena kau!"

Silvia terkejut. "Kau tidak akan bisa kabur dariku!" bisik Xander tepat di telinga adiknya.

Silvia menoleh ke samping memandang wajah sang kakak. Dirinya terpukau melihat ketampanan Xander. Apalagi senyum lelaki itu sangat indah.

Entah kenapa Silvia merasa aneh melihat senyum itu. Seolah ia pernah melihatnya sebelum ini.

Tiba-tiba, kepalanya terasa pusing. Tempat pijakannya seolah berputar. Ia jadi sangat mual.

Silvia memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ia jatuh terduduk karena tak kuat menahan pening yang menghantam.

Xander yang melihat hal itu langsung berjongkok. "Ada apa? Apa yang sakit?" tanyanya dengan raut khawatir.

"Kepalaku pusing," jawabnya. Ia masih setia memegangi kepalanya.

Tanpa diduga, Xander mengangkat tubuh Silvia dengan gaya brydal style menuju kamar gadis itu. Pengawal dan pelayan mengekor di belakang mereka.

Xander sedikit berlari. Tubuh Silvia yang kecil dan ringan membuat lelaki itu dengan mudah membawanya.

Setelah sampai di dalam kamar. Xander menurunkan Silvia dari gendongannya. Ia rebahkan gadis itu di ranjang secara pelan dan hati-hati seolah Silvia adalah batu berlian yang rapuh. Sangat berharga.

LUCID DREAM (telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang