Silvia berteriak memanggil nama Xander berulang kali. Dirinya benar-benar kesal dengan lelaki itu.
Namun aksi kejar-kejaran keduanya belum usai. Silvia masih gencar mengejar si lelaki walau kedua kakinya mulai pegal.
"Udah, ah, Via capek ngejar kamu," keluh gadis itu.
Silvia berjongkok sambil menetralkan pernapasannya. Lalu ia meluruskan kedua kakinya dan memijitnya pelan guna mengurangi pegal.
Xander yang sudah lari jauh di depannya langsung berbalik dan berjalan mengarah ke Silvia.
"Kamu kenapa?" tanya si lelaki. Wajahnya tampak polos ketika mengucapkannya.
"Capek, kaki Via pegel gara-gara ngejar kamu tapi gak pernah dapet," rengeknya.
Xander tertawa renyah."Kamu gak perlu ngejar aku, karena aku udah jadi milikmu."
Perkataan Xander sukses membuat Silvia merona. Pipinya semerah udang rebus sekarang.
Tanpa dikomando, Xander menggendong Silvia dan mendudukkan gadis itu di atas pasir pantai yang agak jauh dengan bibir pantai.
Tangannya bergerak memijat kaki Silvia yang pegal. Gadis itu terkejut dibuatnya.
"Gak usah, Xander. Via gak—" Ucapannya terpotong karena disela oleh Xander.
"Gak papa, aku gak suka liat kamu sakit," sela lelaki itu.
Silvia tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi. "Makasih ya."
Gadi itu kemudian berdiri. Lalu menampilkan senyum aneh yang membuat Xander mengerutkan dahi bingung.
Ia melumuri salah satu pipi Xander dengan pasir basah lalu berlari menjauh dari si lelaki.
"Itu balesan Via buat kamu, wlee," ejeknya. Gadis itu menjulurkan lidahnya pada Xander sambil terus berlari.
Aksi kejar-kejaran kembali terjadi. Silvia jadi teringat mimpinya karena hal itu, ia sangat ingat jika dirinya berlari menjauh karena Xander sangat menyebalkan, namun lelaki itu berhasil menangkapnya. Rasanya seperti deja vu.
Xander dengan langkah lebarnya mampu menyamai langkah, lelaki itu dapat menangkap Silvia dengan cepat. Ia memeluk Silvia dari belakang, lalu membisikkan sebuah kata. "Kau tidak akan pernah bisa kabur dariku."
Degh
Jantung Silvia rasanya ingin berpindah ke lambung sekarang. Ia sangat ingat kata-kata itu. Kata yang diucapkan Xander barusan sama persis dengan yang diucapkannya ketika di mimpi Silvia.Gadis itu memberontak dari dekapan Xander, tapi lelaki itu malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Lepas ih!" pinta Silvia.
"Gak akan pernah," kata Xander santai.
Gadis itu mendengus kasar, Xander dapat mendengar dengusan si gadis yang masih berontak dari dekapannya.
Sebuah ide jail terlintas di benak Xander. Lelaki itu menggelitiki pinggang Silvia hingga si gadis merasa geli.
"Ih geli ..., " ujar Silvia. Gadis itu menggeliat ingin menghindar dari gelitikan Xander, namun sia-sia saja usahanya.
Dengan sekuat tenaga, Silvia mendorong Xander hingga mereka berdua jatuh terjungkal ke pasir. Keduanya tertawa keras karena karena hal itu.
Keduanya saling bertukar pandang. Menatap lekat netra masing-masing, seolah mereka saling terpikat oleh pesona keduanya.
Hening, hanya suara deburan ombak yang menemani atmosfer keduanya. Silvia yang menyadari hal itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah pantai.
Gadis itu terpukau dengan pemandangan pantai yang indah, mentari mulai terbenam, kembali ke peraduannya, menyisakan warna jingga yang memenuhi langit sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCID DREAM (telah terbit)
Fantasy"3 BESAR TWO MONTHS CHALLENGE WITH ANBOOKS PUBLISHING" judul awal DREAMS : Kenangan Masa Lalu (Jangan lupa vote, komen dan follow akun aku sebelum baca 😉) Blurb : Silvia Mahesa adalah gadis cantik yang berusia sembilan belas tahun. Ia hanyalah gadi...