Part 18 : Ketahuan

44 11 0
                                    

Part ini sudah selesai direvisi
Jika masih ada kesalahan dalam penulisan segera beritahu penulis agar kembali diperbaiki
Terima kasih dan selamat membaca

*****






Silvia berjalan menuju kamarnya. Ia kembali melihat ke cermin. Menatap pantulan kalung yang ia kenakan.

Di otaknya kembali terputar adegan di mana Xander memberikan kalung yang sama seperti yang ia pakai pada adiknya, Belva.

Silvia menggengam liontin berbentuk hati itu dan memejamkan kedua matanya. Entah kenapa ucapan lelaki asing tadi memenuhi pikirannya. Dirinya kembali membuka kedua kelopak matanya.

"Austin, apa benar yang dikatakan lelaki tadi kalau kamu itu jahat? Entah kenapa Via merasa kalau Via harus percaya kata-kata lelaki tadi. Via bingung, Via harus gimana?" Gadis itu menjatuhkan dirinya di lantai kamar.

"Via baru kenal kamu, Via gak tahu gimana sifat asli kamu, dan perkataan cowok tadi bikin Via sedikit ragu sama kamu," desahnya.

Tanpa ia sadari, liontin kalung itu bersinar walau sangat redup. Dan setelahnya sinar menghilang perlahan.

Silvia merasa pusing, dirinya dengan cepat berjalan menuju ranjang dan berbaring di sana.

"Aku harus cari tahu apa yang sebenarnya terjadi, aku bisa gila lama-lama kalau terus memikirkan hal ini," batinnya frustasi.

Silvia membenarkan posisi tidurnya di ranjang, ia ingin menjelajah ke alam mimpi agar bisa menemukan asal dari lucid dream yang ia alami selama hampir satu bulan.

"Oke, Via, fokus. Kamu harus bisa!" Mata gadis itu terpejam ketika mengucapkannya.

Silvia merileksasikan dirinya agar bisa terlelap dengan cepat. Dan setelah beberapa menit berusaha, akhirnya gadis itu tertidur.

Silvia terjatuh dengan tidak mulus di sebuah ruangan kosong dengan nuansa putih. Pantatnya sakit karena harus bertabrakan dengan lantai yang keras.

Di ruangan yang serba putih itu, Silvia bisa melihat beberapa pintu mulai bermunculan. Namun terlalu banyak pintu mimpi yang muncul, membuat gadis itu bingung harus memilih yang mana.

Namun netranya teralihkan oleh sebuah pintu berwarna putih dan terdapat tanaman rambat di samping pintu itu.

Silvia berjalan mendekati pintu itu dan membukanya perlahan. Seberkas cahaya berwarna putih menyilaukan pandangan Silvia, membuat gadis itu harus memejamkan kedua matanya agar tidak silau.

Setelah dirasa cahaya itu meredup, Silvia langsung membuka matanya dengan cepat. Hal pertama yang ia lihat setelah pintu terbuka adalah, sebuah taman yang tampak tidak asing baginya.

Ya, itu adalah taman dari kerajaan valeriant. Silvia berjalan masuk dan menutup pintunya. Setelah itu, pintu menghilang secara perlahan.

Silvia berjalan ke arah taman. Taman ini adalah taman yang berada di samping kastil kerajaan valeriant. Namun gadis harus melangkah dengan hati-hati karena tanah rerumputan itu sangat becek. Sepertinya hujan telah turun sebelum dirinya tiba.

Silvia bisa melihat danau yang berwarna kehijauan dari jauh. Namun dirinya tidak mendekati danau itu, melainkan lorong istana yang menghubungkan taman itu dengan istana.

Gadis itu bisa mendengar langkah kaki seseorang yang mulai mendekat. Dengan cepat, ia bersembunyi di balik bangunan istana itu.

"Lepaskan aku!" teriak seorang gadis.

"Kenapa kau lebih memilih Xander dibandingkan aku, Bel?!" hardik seseorang. Silvia mengenal suara itu. Itu adalah suara kakak kedua Belva, Xavier.

Silvia yang penasaran, memutuskan untuk semakin mendekati kedua insan itu agar mengetahui apa yang mereka perbincngkan.

LUCID DREAM (telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang