Silvia berteriak pada Austin agar lelaki itu menolongnya. Dirinya benar-benar takut sekarang.
"Austin, tolongin Via!" jerit gadis itu. Dirinya mulai menangis.
Semua orang yang berada di bawah sana berteriak heboh karena melihat Silvia yang hendak terjatuh dari atas bianglala.
Lelaki itu dengan cepat memegang tangan Silvia erat, mulai menarik tangan si gadis dengan kuat agar kembali masuk ke dalam bianglala.
Namun bianglala yang mereka masuki bergoyang-goyang, membuat Austin kesusahan menarik Silvia.
"Via ta—takut, hiks .... " Gadis itu mulai sesenggukan. Tangannya bahkan gemetar.
"Bertahanlah sebentar Via!" kata Austin, lelaki itu masih berusahan menolong kekasihnya. Namun tangan Silvia berkeringat dingin, genggaman itu lepas akibat tangannya yang licin.
Silvia menutup matanya. Dalam hati, gadis itu memohon agar dirinya selamat. Ia tak berteriak. Mulutnya tertutup rapat.
Degupan jantungnya sangat cepat, seolah ia baru lari maraton. Keringat dingin yang muncul di wajah, tangan dan kakinya semakin mengucur jelas. Bahkan boneka teddy yang sedari tadi ada digenggamannya telah terlepas.
Silvia jatuh ke bawah. Suara teriakan orang yang melihat kejadian itu semakin keras dan histeris.
Silvia tidak merasakan sakit sama sekali. Gadis itu memantul beberapa kali di atas benda yang entah apa. Namun dirinya bisa merasakan sebuah benda yang lembut berada di bawahnya.
Gadis itu membuka satu matanya, lalu melihat ke sekeliling. Dirinya dikerubungi oleh banyak orang.
Dirinya mengubah posisi menjadi duduk. Ternyata boneka teddy miliknya yang menyelamatkan nyawanya.
Namun anehnya, kenapa boneka itu bisa berubah menjadi sebesar dan setebal spring bed?
Setelah Silvia terjatuh tadi, bianglala mendadak kembali menyala, para petugas segera menurunkan orang-orang yang naik wahana itu.
Austin berlari menuju tempat gadisnya terjatuh. Menerobos orang-orang yang mengerubungi Silvia.
Setelah sampai, lelaki itu langsung memeluk Silvia erat. "Kamu baik-baik aja kan, Sayang?" tanya si lelaki dengan nada panik.
Raut wajah Austin menunjukkan bahwa dirinya benar-benar takut dan cemas.
Silvia mengurai pelukannya dengan sang kekasih. Dirinya merasa risih karena masih banyak orang yang memandangi mereka.
Gadis itu berkata jika dirinya baik-baik saja dan terluka sama sekali. Kerumunan orang yag menonton dibubarkan paksa oleh petugas.
Beberapa petugas mendekati Silvia dan Austin. "Anda baik-baik saja, Nona?" tanya salah satu petugas.
Silvia mengangguk. Gadis itu dibawa ke salah satu pos petugas dan dihadiahi beberapa pertanyaan oleh si petugas untuk memastikan apakah Silvia baik-baik saja atau ada bagian tubuhnya yang terluka.
Namun Silvia memang baik-baik saja. Ahirnya dirinya dan Austin memutuskan pulang setelah mereka beristirahat sejenak di pos petugas.
Mereka berjalan menuju area parkiran. Austin membantu Silvia berjalan karena wajah gadis itu masih tampak pucat.
Bisa dipastikan Silvia mengalami shock berat. Tentu saja, dia sempat terjatuh dari ketinggian kurang lebih tiga meter. Dan hal hebatnya adalah, dirinya masih hidup tanpa luka.
Gadis itu memeluk dirinya sendiri karena merasa kedinginan. Sang kekasih yang melihat hal itu langsung melepas jas miliknya dan meletakannya di pundak sang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCID DREAM (telah terbit)
Fantasy"3 BESAR TWO MONTHS CHALLENGE WITH ANBOOKS PUBLISHING" judul awal DREAMS : Kenangan Masa Lalu (Jangan lupa vote, komen dan follow akun aku sebelum baca 😉) Blurb : Silvia Mahesa adalah gadis cantik yang berusia sembilan belas tahun. Ia hanyalah gadi...