Jika waktu dapat terulang, Khenavi ingin kembali pada titik dimana ia masih bisa menyambut senyum ayah dengan tawa, saat dimana bunda menyelasar rambutnya setiap sore hari, saat dimana gundukan dalam perut bunda masih bergerak gerak kecil sangat ing...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
——★——
«10»
"Injustice"
——★——
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ica lo dimana? Ca tolongin gue dong, plis.."
Khalisa tadinya sudah akan masuk ke kelas setelah berlari tunggang langgang dari ruang ekskul tari, gara gara di grup kelas teman temannya berkata kalau kelas sudah dimulai.
Tapi tepat sebelum ia tiba didepan pintu, ponselnya berdering. Nomor tidak dikenal masuk.
Ingin ia abaikan tapi sudah lebih dari 3 panggilan tak terjawab. Ia menyimpulkan berarti itu panggilan penting, maka dia terima.
Yang ia dengar adalah suara Saka setelah menerima panggilan. Suara pemuda itu agak bergetar dan membuatnya khawatir. Sebab pagi tadi Saka memang sakit. Ia juga menengok bangkunya dari sisi jendela dan Saka tidak ada disana.
Jadi ia sekarang berada disini, diluar toilet laki laki sekolah.
Ia ragu ragu melongok kedalam.
"Em misi apa Saka disini?" Tanyanya pada Farhan, satu satunya cowok yang kelihatan didepan wastafel.
"Ica?"
Bukan Farhan yang memanggilnya tapi suara dari dalam bilik toilet.
"Saka? Lo kenapa?"
Saka membuka pintu.
"Sumpah basah banget mana bau, gue harus gimana?"
Khalisa terkejut. Saking terkejutnya melihat tampilan Saka yang super berantakan ia sampai menutup mulutnya sendiri.
"Lo- bibir lo kenapa robek sih? Baju lo kenapa? Abis berantem sama siapa?"
"Sorry Ca itu karena gue.."
Lisa menatap Farhan yang baru saja berbicara. Lantas ia mendesah.
"Gue beliin kaos di Indomart depan deh, Han bantu gue dapetin celana ukuran cowok yang bersih!"