Akhirnya

70 5 1
                                    

*Ak.hir.nya
: Perpisahan antara sepasang sahabat.
.
.
.
Andreas menemukan jejak cupang di Praga, anak itu benar-benar membuat masalah kali ini. Praga menutupinya dengan berkelit, bahwa semalam nyamuk di sini membuatnya tidak bisa tidur. Itu mungkin jejak semalam, Gus' sudah ancang-ancang akan membeli obat semprot nyamuk. Tapi Andreas tak banyak bicara, ia justru melihat pada pemuda yang dari tadi duduk bersilang tangan.

"Apa... lu mau tinggal di rumah gue aja?" Usul Andreas yang membuat seluruh orang di ruangan memandang ke arahnya, begitu juga dengan Airen yang langsung duduk sempurna menegakkan tubuh nya.

"Emang kenapa? Kak Pra baik-baik aja di sini sama gue." Jawab Airen menghentikan pikiran Andreas.

"Kayanya, rumah lu gak cukup bersih untuk dia." Balas Andreas dingin.

Airen dan Andreas bertukar pandangan dengan aura saling ingin memukul, Bang Frans masih sibuk dengan keripik singkong, Gustiawan bengong, sementara Praga jadi tidak enak hati.

"A-ahahaha! Ti-tidak seburuk itu kok, Ndre. Aku cuma lupa tidak pakai selimut, jadi ya.. nyamuk disini dapat minum darah gratis hahaha. Sudah, sudah tidak usah sampai pindah rumah segala." Lerainya.

"Kau yakin, itu nyamuk. Bukan siluman vampir?" Mata Andreas masih juga mengarah ke Airen.

"Bu-bukan! Sudahlah, gak usah di pikirin. Sekarang mumpung kalian di sini, kita adakan sukuran perpisahan sekaligus pindah rumah Pragawan Gema!" Usul Praga yang disambut antusias Bang Frans dan Gustiawan, sementara Andreas masih mengawasi gerak-gerik pemuda jangkung itu.

"Aku mau minum bir!" Teriak Bang Frans.

"Gak! Gak boleh! Haram itu Bang!" Cegah Gus', yang di sepakati Praga.

"Abang harus ingat, sebentar lagi akan menikah, jangan sampai mampus sebelum hari pernikahan." Ujar dingin Andreas yang membuat bulu kuduk mereka merinding. Namun ampuh membuat Bang Frans memilih minum soda saja.

Hari itu, mereka mengadakan barbeque. Entah acara macam apa, mulai mendadak membeli ikan, ayam, udang, yang jelas tidak ada sayuran di menu mereka hari itu. Semua serba daging dan soda, sampai Praga dan Gus' protes karena tak ada buah-buahan mereka merampok pohon buah tetangga. Membuat rujak ala-ala yang beberapa bahan tak lazim dimasukan kedalamnya. Salah satunya terasi, entah inisiatif siapa.

Dari siang hingga malam hari, mereka habiskan waktu di rumah baru Praga saat ini. Bang Frans memang suka sekali membuat propaganda, menonton film mesum bersama sobatnya sejak dulu Praga. Sial memang, Gus' dan Andreas sudah hapal betul kelakuan sohib mereka itu. Mereka berempat jadi nimbrung, walau Gustiawan ogah-ogahan dan banyak berucap doa pengingat diri. Tapi yah mau bagaimana lagi, Andreas saja dulu anak alim. Sekarang? Coba tanyakan hati paling dalam dari si hindi ini, bagaimana perasaanya pada lelaki lesung pipi itu.

Airen menyaksikan mereka, empat orang yang sudah bertahun-tahun bersama. Sekarang, salah satu dari mereka tinggal dengannya. Orang yang juga sangat ia cintai, dan.. ingin ia miliki. Tapi, perasaan ini jadi sangat membuatnya tidak enak hati. Rasa iri yang aneh, berkecamuk pada aura ruangan teve itu sekarang.

"Ai! Ai!" Airen tenggelam pada alam bawah sadarnya, Tak! Kepalanya di lempar botol kola kosong tak sengaja oleh Praga. Pemuda itu melotot karena keningnya sakit, Praga dan yang lainnya malah tertawa.

"Maaf, maaf.. dari tadi aku panggil diem aja. Sini, sekali kali, kamu harus nonton bareng kita, hehe." Praga melambaikan tangan, mengajak adiknya nonton bersama. Walau bukan film berfaedah, jangan harap mereka nonton film dokumenter atau kisah sumpah pemuda. Film begitu cuma mereka tonton saat ospek atau pengangkatan Presma dan wapresma di kampus saja bertahun-tahun lalu.

Walau jual mahal, Airen mendekati mereka berempat. Gustiawan memilih mengalah saat ini, membiarkan musuhnya itu bergabung. Diam-diam Andreas masih mengamati Airen, tapi pada akhirnya ia hanyalah pemuda biasa, yang kelakuannya masih sama saja seperti Gustiawan.

JUAL CINTA BENTUK SKRIPSI 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang