Ino benar-benar tidak mengerti kenapa dan apa alasan yang membuat pria yang sudah berstastuskan suaminya itu, tidur dengan wanita lain. Sudah sangat jelas—tentu saja,—bahwa mereka baru saja menikah—bukan berarti ia akan merelakan Naruto tidur dengan wanita lain nantinya.
"Ha-ahh... dasar..." ujarnya. Ditangan mungilnya terdapat sebuah botol vodka ke-3 yang akan membuatnya benar-benar mabuk sekarang.
Ino menghela napas.
Dan lagi, wanita bernama Namikaze Shion itu benar-benar tidak tahu malu. Bahkan Ino sempat berpikir, apakah mata wanita pirang itu buta? Atau ia tidak memiliki telinga? Oke, sudah jelas bahwa Naruto sudah merangkulnya—Ino—dan mengatakan bahwa Ino adalah ISTRINYA. Istri sah-nya. Mereka sudah menikah kemarin.
"A-rrrrgggghhh!" Ino menjambak rambutnya frustasi. Sungguh bukanlah hal yang mudah untuk membuat suatu keputusan mengenai apa-yang-terjadi-semalam. Ia bingung, sangat bingung. Entah ia harus menyalahkan ketidakpekaan rubah kuning mesum—Naruto—itu, atau rasa tidak malu yang dimiliki oleh wanita yang mengaku Shion itu?
Oke Ino, pilih salah satu.
Atau mungkin dua-duanya benar?
Tunggu, kalau dilihat dari segi pikiran positif-nya, Ino telah lama mengenal Sai sebagai pria baik-baik. Dan ia tahu bahwa Sai tidak mungkin menyukai orang yang buruk—ia tidak bermaksud menjelek-jelekan Sakura—, dan kalau Sakura adalah orang baik, gadis pinky itu tidak akan menyukai pria jahat. Yang berarti, kesimpulannya adalah Naruto bukanlah pria jahat.
Benar, kan?
Jangan pikirkan mengapa Naruto bisa mengenal Shion, siapa yag tidak tahu tentang sifat Naruto yang tidak peka?
"As-taga Ino! Hic,.. Kau berpikir terlalu.. hic... keras," Teriaknya lagi.
Tenang.
Ino berusaha menarik napas dalam-dalam.
Cukup dengan bersikap tenang.
"Sedang apa?" Tanya Naruto. Entah darimana Naruto muncul. Yang jelas, ia seperti mendengar Naruto bertanya dan kemudian duduk tepat di sampingnya. Ayolah Ino, mungkin itu cuma ilusi.
"Kau Naruto?" tanya Ino pada ilusi Naruto.
"Tentu saja," balas pria kuning itu.
Ino menunduk, memijat-mijat keningnya yang tiba-tiba terasa berdenyut-denyut. Mungkin ia terlalu pusing memikirkan semua masalah sendirian, sehingga bisa meliht ilusi seperti ini. Akan lebih baik kalau ia bercerita dengan ibunya nanti. Ya, pasti akan sangat menyenangkan.
"Kau mabuk?" tanya ilusi Naruto sambil memegang keningnya.
"Tidak, tidak! Aku tidak mabuk," Pernyataan itu lebih terdengar seperti pertanyaan. Ino benar-benar harus pergi ke psikiater sekarang juga. Tidak, ia tidak gila, ia juga tidak mabuk.
Ha-ah... akan lebih baik kalau ia tidak berpikir sekarang.
"Kau bahkan lebih baik dari dirimu yang asli," Gumam Ino pelan. Ilusi Naruto mendekatkan wajahnya sedikit, "maaf?" tanyanya.
"Tidak, aku tidak sedang berhalusinasi melihat suamiku sedang berdiri di depanku, dan bertanya apakah aku mabuk," Ino sedikit menekankan kata 'suamiku'. Hening sejenak, merasa tidak mendengar jawaban, Ino mendongak, menatap ilusi sang suami. Tepat disaat yang bersamaan, ilusi Naruto tersenyum lembut dan memegang kedua pundaknya. "Aku jauh lebih baik dari suamimu yang asli, kan?"
Ino mengangguk, "Tentu saja."
Ilusi Naruto kemudian melepaskan pegangannya dan ikut meminum beberapa teguk langsung dari botolnya. "Kenapa? Apa yang pria brengsek itu lakukan padamu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Princess Serenity
RomancePertemuan Ino dan Naruto membawa keduanya masuk ke dalam sebuah permasalahan aneh. Pernikahan. Ditambah keinginan Kushina yang ingin menimang cucu dan cinta yang belum dapat dilupakan. Warning: too much. I took the cover image from: https://id.pinte...