Ino ingin melihat pemandangan yang berbeda, itulah alasan mengapa ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya ketika tidak ada siapapun yang berjaga di kamarnya. Berharap tidak bertemu Naruto, Ino mencoba melewati rute yang kelihatannya sepi. Bahkan ketimbang naik lift, Ino lebih memilih turun lewat tangga. Tidak mungkin Naruto akan melewati tangga, bukan?
Mengintip ke bawah, Ino bersyukur tidak ada orang di tangga. Ia menuruni anak tangga dengan riang—mungkin sedikit terlalu riang—sambil menggumamkan sebuah melodi dari anime yang ditontonnya setiap sore. Oh, Ino penasaran apakah anime itu masih diputar selama 10 tahun ini? Tunggu! Mungkin saja anime kesukaannya sudah tamat! Ino mengeluarkan ponsel dari sakunya, memasukkan password yang hampir terlupakan.
"Kenapa passwordku sulit sekali, sih?" gumamnya pada dirinya sendiri.
Terlalu fokus dengan layar ponselnya, Ino tidak sadar ketika ada seseorang di belokan tangga, dan ia tidak bisa menahan tubuhnya yang terjatuh dan secara keras menabrak orang malang itu. Mereka sempat berguling di anak tangga, beruntung mereka jatuh di tangga lantai satu sehingga setelah melewati beberapa anak tangga, mereka sampai di lantai. Ponsel Ino terlembar jauh dan terdengar bunyi benda pecah.
Pria yang ditabrak Ino terbaring di bawah, sedangkan Ino menimpanya di atas. Tangan pria itu melingkar beberapa centi di bawah dadanya, melindunginya sehingga ia tidak sakit sama sekali. Ino mengangkat kepalanya, berusaha melihat korban sekaligus penyelamatnya ini.
Dilihatnya kepala pirang yang mengerang.
Naruto.
Oh shit.
Ino berdiri secara tiba-tiba, mengedipkan matanya berkali-kali ke arah pria itu. Naruto berdiri setelahnya, memegang bahu kirinya dengan tangan kanannya, ekspresinya menunjukkan ia sedikit kesakitan. Pria itu menatap ke arahnya, kemudian melihatnya dari kepala—lukanya—sampai bawah untuk memastikan Ino baik-baik saja. Ino merasa risih dengan pandangan itu, ia melingkarkan salah satu tangan ke tubuhnya. "Aku minta maaf telah menabrakmu," ucapnya lirih sambil menunduk.
Naruto menyengir. "Aku juga minta maaf telah, er, memegang dadamu," kata Naruto lebih lirih.
Ino melotot ke arah pria itu, menyilangkan kedua tangannya di depan dada seolah Naruto adalah pria mesum. "D-d-dada?! Kau tidak memegang dadaku!" tegasnya panik.
Naruto mengangkat kedua tangan. "Whoa whoa, maaf! Kupikir aku memegang da—."
"Kau memegang perutku! PERUT!" Ino berteriak. Orang-orang di sekitar mereka terdiam, beberapa memandang dengan aneh dan yang lain tersipu malu. Ino merasa wajahnya memanas seketika, ia sangat yakin seluruh tubuhnya merah bak kepiting rebus. Ia mengintip ke arah Naruto yang memegang kepalanya dengan canggung dan sama merahnya.
"Kupikir itu payudaramu," kata Naruto lirih, dimaksudkan untuk telinganya sendiri, namun sayang Ino mendengarnya.
Ino membatu. Seriously? Naruto, yang seharusnya adalah suaminya, yang seharusnya sudah pernah mel—, ekhem, pria itu salah mengenali perut sebagai payudara?! Ino melirik ke bawah. Dadanya tidak rata! Ya Tuhan, dadanya ini TIDAK RATA! Bagaimana bisa disamakan dengan perut?!
"Oh no." Ino memegang kepalanya dengan kedua tangan. Ia menatap ke arah Naruto horror.
"Kenapa? Kepalamu sakit?" Tanya Naruto panik.
Ino memukul kepalanya dengan tangannya sendiri membuat Naruto yang kaget langsung menangkap kedua tangannya, takut-takut terjadi sesuatu dengan lukanya. Tubuh tinggi Naruto memberikan pemudah itu akses yang lebih mudah dalam menghentikan Ino. Ino mendongak ke atas, menghadap wajah Naruto yang sekarang berada dekat dengannya. Ino tidak mengambil langkah mundur mengetahui itu, ia malah merengut. Bibirnya membentuk parabola yang membuka ke bawah. "Aku gendut," katanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/217171442-288-k415049.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Princess Serenity
RomancePertemuan Ino dan Naruto membawa keduanya masuk ke dalam sebuah permasalahan aneh. Pernikahan. Ditambah keinginan Kushina yang ingin menimang cucu dan cinta yang belum dapat dilupakan. Warning: too much. I took the cover image from: https://id.pinte...