RUMAH

14 1 0
                                    

          Jam pulang kerja hampir berakhir sepuluh menit lagi,rhea masih asik dengan komputernya, sengaja menunda kepulangannya dengan perasaan galau, bingung antara senang bisa melihat maspram kembali. Tapi juga frustasi karena selama kebersamaanya nanti dirinya hanya bisa menahan diri untuk tidak menatap mas pram dengan intens .rhea mencoba menjaga diri jika tidak ingin desiran halus di jantungnya berubah menjadi debar dan berakhir dengan dentuman keras yang hanya bisa dindengarnya sendiri, menahan perasaan seperti itu untuk waktu dua atau tiga jam sengat menyiksanya, belum lagi kala melihat mas pram melempar senyum bengkoknya, ya Tuhaaannn, rhea pengen meraba wajah itu dan memintanya terus menyunggingkan senyum itu hingga dirinya puas memandanginya.

Derttt!! Derttt!

         Hapenya hanya bergetar, rhea memang tidak pernah menghidupkan nada dering di ponselnya ketika bekerja, tidak ingin suara dering nya mengganggu karyawan lain, alhasil setelah getar yang ke tiga rhea baru sadar jika ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk,

Rhea segera membukan kunci tombol dan terpampang panggilan dari mas pram. Namun belum sempat rhea menekan tombol jawab pada layar ,ponselnya sudah tidak bergetar. Menandakan panggilan berakhir.

Rhea tercenung sebentar mencoba mencerna kejadian barusan,dilihatnya daftar panggilan. Tiga kali mas pram mencoba menghubunginya tapi terabaikan. Rasa bersalah merayap dalam pikirannya . sempat berniat menghubungi balik sebelum satu pesan masuk terpampang dalam layar ponselnya

' udah sore, aku tunggu di parkiran'

Rhea baru sadar langit di luar sudah berubah jingga, tidak putih lagi.sadar kantor juga sudah mulai sepi.rhea bergegas mengemasi barang-barangnya dan lansung ngacir ke parkiran.

Tiba di parkiran rhea menemukan mas pram berdiri didepan suv silvermya sambil menunduk memegagi ponselnya, sepertinya tengah asik memainkan aplikasi.

Berat sekali langkah rhea mendekati mas pram yang tidak sadar akan kehadirannya.nafasnya panjang-panjang dan berat,

Ya tuhan,,,,, ,makhluk di hadapannya ini tetap saja memukau meski agak kusut,kemeja abu yang di pakainya sudah lecek sana sini, rambutnya juga tidak serapi tadi pagi, tapi ini malah bikin rhea ngiler gak ketulungan pengen menyentuh salah satu bagian malaikat jingga di hadapannya ini.

Mas pram mendongak, bulu mata lentik membingkai bola mata sipit itu terlihat kuyu, " hai, dah lama nunggu" ucap rhea kikuk.

     Bukan perasaan jengkel, marah atau kecewa yang tergambar dari tatapan mas pram kala melihat rhea nongol, tapi binar keceriaan dan senyum bengkok khas cowok ini yang menyambut sapaan rhea," enggak juga, aku lihat tadi kamu masih enjoy didalam, sambil nunggu kamu keluar aku coba-coba telfon , karena gak d angkat, aku coba- coba sms, kamu tahu sendiri aku paling males ketik sms, ah malah udah nongol "

     Ah, ya orang satu ini paling males ketik-ketik pesan, rhea ingat betul ,mas pram butuh beberapa menit buat nulis kata' terima kasih 'untuk membalas salah satu pesan dari salah satu klien yang mengirimkan pesan melalui sms. Bukan karena gengsi sms lebih murah, tapi karena dia tidak hafal penulisan alfabeth di tombol tombol ponselnya,anehkan, hape keren tapi

penggunanya tak bisa menggunakan aplikasinya. Kasian

    " kita makan dimana ? Kalau ke,,,,,"

" ayah ku tadi sms, dirumah sudah masak banyak, kebatulan tadi mancing dapat banyak,,,, jadi..... Aku makan dirumah aja"

" makan dirumah ? " mas pram kembali mengulang perkataan terakhir rhea, menegaskan ketidak salahan pendengaran " dirumah kamu? " tanya mas pram lagi

Rhea mengangguk pelan, ragu " iya, kenapa? "

Mas pram tersenyum" bukan, cuma... Kamu ngundang saya ?"

    Hei ini bukan undangan ! Ini cuma tawaran.'lebih baik jika kamu nolak mas', serius ide ini muncul saat rhea membaca sms dari ayah anass berisi pesan agar rhea makan dirumah, tapi tidak dengan mengundang mas pram serta.rhea sich oke-oke ja dengan ide ini karena yakin mas pram akan ngacir jika dirinya melontarkan ide ini, kebiasaan.

" mas keberatan ? Kl gitu,,,,? "

" enggak..... Hanya...."

Rhea melongo. ' mau ? ??' kok tumben '

" ini pertama kalinya kamu ngundang saya kerumah kamu "

" apa ? "

" iya ini pertama kali kamu ngundang saya kerumah kamu, saya gak akan nolak, apa lagi makan gratis mana boleh ditolak"

Hei' bukan begini maksud ku'

Rhea bingung , rencana awalnya cuma biar mereka gak jadi makan bareng, eh ini malah kebalikannya,

***

   Sepanjang makan malam rhea seperti anak tiri yang tidak di akui keberadaanya. Ayah anass dan mas pram asik sendiri mengobrolkan tentang berbagai hal yang rhea cuma nyaut- nyaut sedikit, seperti catur dan mancing, selebihnya tidak ada yang nyangkut di telinganya karena dirinya sudah sibuk dengan sayur ikan gurame pedas lalap daun kemangi,

    Sesudah makan bukannya pamit mas pram malah menawarkan beradu catur, ayah yang dapat lawan untuk hobi main caturnya malah mengambil papan catur dam menyurunya membelikan beberapa camilan untuk menemani mereka main sambil minum secangkir kopi, mas pram hanya tersenyum mendengar gerutunya karena harus dirinya yang mempersiapkan semua ini, sedang mas pram dan ayah sudah siap duduk bersila di depan papan catur yang telah dipersiapkan ketika rhea kembali dari membeli camilan.

'ada udang di balik tepung ini '

   Hampir tiga jam maspram dan ayah anass menghabiskan waktunya untuk berfikir mengerakkan biji-biji catur.rhae sengaja meninggalkan mereka diruang tengah , sengaja membirkan dirinya berkutat dengan komputer dikamarnya karena ingin menghindari kupu-kupu yang terus saja beterbangan diperutnya,membayangkan keadaan ini berlangsung setiap hari hampir membuatnya gila.

Tidak,tidak dia ingin waras. Setidaknya selama ini masih menjadi mimpi. Mas pram terlihat akur dengan ayah,membuat perasaan trenyuh mengantung di jantungnya, apakah ini akan terjadi ?

   

ANGIN SEPTEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang