Tergapoh-gapoh rhea berlari menghampiri tubuh ayah anas yang tergeletak dilantai kamarnya. bersimbah darah diatas tumpukan kaca. Hal pertama dilakukannya reflek berteriak meronta-ronta ,mengoyang-goyang tubuh berlumuran darah di depannya.
"Ayah... Bangun yah..... Ayah kenapa???"
Berulang kali rhea menggoyang-goyang tubuh lemas dan berat di depannya, derai tangis tak dapat lagi di tahannya. Tidak ada lagi suara terdengar dari pria yang sebagian tubuhnya berlumuran darah, dan sebuah kaca lancip .Tepat menusuk di dada kiri ayahnya.
"Ayaaaaaaaaahhhhhhhhhh.....!!!!!!!!?!?!?!?!?!!?"****-------------******
Hampir pukul setengah tiga pagi akhirnya ayah annas dinyatakan meninggal dunia. Pecahan kaca telah melukai sebagian badan jantungnya menyebabkan jantungnya robek dan gagal berfungsi.
Rhea hanya tertegun kala kabar memilukan ini di sampaikan salah seorang perawat kepadanya. mereka bilang Ayah annas sudah meninggal sebelum ambulance mencapai rumah sakit.bahkan mungkin sudah menghembuskan nafasnya sebelum rhea menemukan tubuh bongsor itu di kamar beliau.masih mengenakan kaos oblong dan celana pendek katun coklat yang biasa beliau gunakan untuk tidur.
Beberapa sanak saudara telah mengurusi administrasi jenazah beliau. Jam tujuh pagi jenazah telah sampai dirumah duka.Sedang rhea yang dilakukannya kini hanyalah duduk tercenung diujung ruang keluarga .seluruh ruangan penuh oleh para pelayat. Tak ada air mata keluar dari matanya. tak ada isakan. Tak ada teriakan histeris pilu membumbung di antara duka kelamnya.dirinya diam. pandangannya hanya tertuju pada satu arah.pada pria yang kini tengah tergeletak dengan kepala berada diutara .diatas meja besar dengan kain jarik menutupi sekujur tubuhnya.Dan sebatang lilin menyala di ujungnnya.
Duka itu telah dalam menembus sukmanya , jiwa nya seakan tidak di sini meskipun dirinya masih bertengger menghadap sosok yang selalu menyambutnya kala lelah menderanya sepulangnya dari menjalani rutinitas.
Rhea memendam dalam-dalam segala kedukaannya, kehilangan ayah rasanya sama seperti sepasang tangan memaksa merenggut jantung dari badannya tanpa permisi, sedih adalah definisi paling ringan bila bisa mengambarkan kepiluan dan kedukaannya.dia tidak hancur maupun lebur melainkan berhenti. Berhenti menangisi, berhenti meratapi, berhenti kehilangan.dan berhenti memiliki hati. Tak ada hati tak ada harapan.Rhea sama sekali tak menggubris maupun menyahuti setiap orang yang datang memeluk dan menyalurkan bela sungkawanya melalui tangisan dan ucapan penguatan diri, dirinya tidak hidup.dia sudah berhenti. Seperti batu, tak akan tumbuh tak akan bergerak tidak merasa tidak menyapa, hanya ada seonggok badan bernafas.
Seseorang meraih dagunya, mbok nem kakak tertua ayah yang tinggal di sidoarjo, sengaja datang pagi-pagi ketika dikabari semalam"relakno nduk*, wes takdire bapakmu di pundut dino iki, iki dalane seng wes kudu di lakoni,wes mari urusane bapakmu neng dunyo iki, ojo mbok aboti , ben padang dalane ngadep seng kuoso.lilakno, lilakno nduk ( sudah suratan ayahmu di panggil hari ini. ini jalan yang musti di tempuh . sudah selesai tugas ayahmu di dunia ini, jangan di bebani,biar terang jalannya menghadap yang maha kuasa, relakan, relakan nduk )
Rhea mengangguk sekali,wanita tua berperawakan pendek dan kurus mengenakan kebaya hitam model kutu baru ini meraih tubuhnya, memeluknya sambil mengelus punggunya dengan tarikan pelan keatas bawah, menenangkan.rhea tak membalas pelukan hanya menopang kan dagunya kebahu nenek berusia lebih dari tujuh puluh tahun ini, berusaha mencari kenyamanan. Saat itu pula sepasang mata menangkap arah pandangannya. Sepasang mata bening yang menatapnya sendu.
Meski ada jarak sekitar sepuluh meter diantara pemiliknya .mata itu seolah mengatakan 'aku ada disini'. Melihat rhea tanpa ekspresi serasa ada belati menyayat ulu hatinya. Ingin rasanya ia berlari menghampiri tubuh lemah itu. Meraih dan memeluk tubuh ringkih rhea.mengatakan dia ada jika setiap saat di butuhkan. Kerena memang itulah tujuannya datang.
Rhea yang pertama menyudahi pertalian pandangan mereka. Mas pram berdiri di salah satu tiang di teras rumah rhea kala prosesi pemindahan jenazah ke dalam keranda dilaksanakan. Tak ingin mendekat, tak ingin pula menjauh, cukup mengawasi segala tingkah polah rhea kala beberapa ibu-ibu menuntunnya, memapah tubuhnya agar tidak limbung mendekat kepada keranda yang siap di berangkatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN SEPTEMBER
Romancesetelah perceraian kedua orang tuanya saat berumur 8 tahun, Kinarhea harus berpisah dengan ayah tersayang. Kembali kekota kelahiran ibunya. Jember mengikuti ibunya. setelah 2 tahun hidup berdua bersama ibunya saja akhirnya rhea mendapatkan keluarg...