Raja terus melindungi puteri kesayangannya yang sedang terluka dari serangan Thamuz yang merjalela. Raja pun langsung membawa puterinya keluar dari medan pertempuran.
Raja Moniyan : “Kamu diam
disini saja ya,
uhuk?”. (Kondisi
masih lemah)
Silvana : “Tidak.....Ayah tidak
boleh pergi kesana!
Aku mohon ayah tetap
disini saja”. (Sambil
menangis melihat
keadaan ayahnya)
Raja Moniyan : “Ayah tidak apa-
apa, puteriku”.
Silvana : “Ayah berbohong pada
ku! Keadaan ayah
sekarang masih lemah,
biar aku saja yang
menghadapinya yah”.
Raja Moniyan : “Tidak!! Ayah
tidak mau kau
terluka lagi.
Dengarkan ayah,
ayah tidak mau
kehilangan anak
ayah lagi setelah
kematian adikmu
Aurellius. Ayah
ingin kau tetap
hidup dan mene-
ruskan perjuang-
an sebagai
pemimpin di
Kekaisaran ini”.
(Menangis)
Silvana : “Tapi ayah....”.
Raja Moniyan : “Sudah cukup,
Ayah harus pergi
sekarang”.
(Melepaskan
genggaman
tangan Silvana)
Silvana : “TIDAK AYAHHH”.
(Menangis)
Setelah selesai mengamankan puterinya, Raja kembali ke medan pertempuran dengan kondisinya yang belum stabil. Raja langsung berdiri menantang dihadapan Thamuz.Mereka saling berhadapan dengan pandangan yang sangat amat tajam seolah-olah ada aura ingin membunuh satu sama lain. Mereka langsung mengeluarkan senjata mereka dan langsung menyerang satu sama lain. Mereka berdua berlari dan saling mengayunkan senjata mereka masing-masing. Raja Moniyan yang memenangkan serangan pertama terus mencoba menyerang Thamuz serta memojokkannya. Thamuz menjadi sangat geram karena dia hanya bisa mengelak dan menahan serangan Raja Moniyan. Disatu sisi, Lightborn yang terdiri dari Alucard, Harrith dan Fany terus menyerang para Dark Forces yang terdiri dari Moskov, Helcurt, Selena dan Alice. Dark Forces juga terus mengelak dan menahan serangan para Lightborn, dengan keadaan yang sangat seru seperti itu sangat menguntungkan bagi Dark Forces karena mereka hanya menunggu para Lightborn kelelahan dan lengah sehingga mereka bisa menghajar balik para Lightborn.
Sekian lama para Lightborn menyerang Dark Forces, akhirnya mereka pun menjadi kelelahan karena semua serangan mereka bisa ditepis dengan mudah sama Dark Forces. Kemudian, setelah melihat keadaan para Lightborn yang sedang kelelahan mereka langsung menyerang balik dengan sangat cepat sehingga membuat para Lightborn yang kelelahan dan belum siap untuk menahan serangan balik dadakan menjadi kuwalahan serta menerima banyak luka yang diakibatkan dari serangan Dark Forces. Para Lightborn pun terlempar dan tubuhnya menghantam tembok istana. Mereka pun mencoba untuk mengalahkan siasat yang dibuat oleh Dark Forces.
Alucard : “Haa...haa...haa”. (Meng
usap keringat)
Harrith : “Arghh....!! Kenapa
serangan kita tidak
mengenai mereka
sama sekali”. (Kelelah
an)
Alucard : “Mereka sepertinya
sengaja tidak me-
nyerang kita dari tadi”.
Fany : “Apa ini memang siasat
mereka untuk menunggu
kita lengah dan langsung
melancarkan serangan
balik seperti tadi?”.
Harrith : “Iya Alucard, mungkin
ini memang siasat
mereka. Benar kata
Fany”.
Alucard : “Mungkin Fany benar!
Aku punya rencana”.
Harrith : “Rencana apa?”.
Fany : “Apa itu, Alucard?”.
Alucard : “Kita bersikap seperti
biasa saja tetapi kita
jangan menyerang
mereka dengan
kekuatan penuh. Jadi,
kita hemat energi kita
untuk melawan
serangan balik dari
mereka”.
Harrith : “Ohh begitu, oke!”.
Fany : “Baiklah, Alu”.
Alucard : “Baiklah, mari kita
lawan mereka lagi”.Akhirnya Lightborn pun bangkit dan mencoba untuk menyerang Dark Forces lagi.
Moskov : “Haha....lihat mereka”.
Helcurt : “Sungguh lemah, lemah
dan lemah sekali”.
Selena : “Mereka bukan tanding-
an kita”.
Alice : “Apa kita akan langsung
membunuh mereka atau
kita buat senang-senang
dulu hahaha”.
Moskov : “Jangan dibunuh, kita
siksa mereka secara
perlahan”.
Alice : “Hahaha Baiklah”.Dark Forces langsung menyerang Lightborn dengan cepat, Lightborn sudah bersiap-siap untuk melawan Dark Forces yang sudah mulai bergerak. Mereka menunggu Dark Forces untuk menyerang mereka terlebih dahulu. Pertempuran pun pecah lagi antara Dark Forces dan Lightborn, mereka saling serang namun tempo serangan Lightborn tidak seperti yang tadi. Sekarang tempo serangan mereka agak lambat namun tepat untuk menghalau serangan Dark Forces.
Begitu lama pertempuran itu berlangsung, akhirnya Lightborn melancarkan rencananya dengan berpura-pura kelelahan. Ketika mereka mulai berpura-pura kelelahan untuk yang kedua kalinya akhirnya siasat Lightborn berhasil untuk mengelabui Dark Forces. Mereka termakan siasat Lightborn, Dark Forces melakukan serangan balik kepada Lightborn. Namun serangan tersebut sia-sia, Lightborn menghindari serangan balik dari Dark Forces dan menyatukan kekuatan untuk menyerang Dark Forces dengan cepat. Dark Forces hanya bisa terdiam dan kaget ketika serangan balik mereka bisa dibaca dengan sempurna oleh Lightborn, Dark Forces terkena banyak sekali serangan dari Lightborn dan diakhiri dengan serangan milik Alucard yaitu "Whirlwind Slash" sehingga membuat Dark Forces terlempar dan terbujur lemah.
Alucard : “Sekarang kalian akan
mati ditangan ku”.
Dark Forces : “Arghhhh.....”.Melihat teman-teman nya terbujur lemah ditangan Alucard
membuat Thamuz semakin geram dan marah sampai akhirnya membuat kepribadian Thamuz menjadi menyeramkan karena kekuatan aslinya keluar yaitu "Grand Lord Lava". Kekuatan tersebut tidak jauh dengan kekuatan "Wrath of the Abyss" milik adiknya yaitu Dyrroth. Kekuatan tersebut dapat meningkatkan kekuatan Thamuz serta membuat Thamuz tahan dengan serangan apapun. Lebih anehnya lagi kekuatan ini dapat memengaruhi kepribadian Thamuz menjadi lebih kejam tanpa ampun kepada siapapun yang ada didepannya.Kekuatan "Grand Lord Lava" adalah kekuatan dahsyat milik Thamuz yang dapat mengeluarkan shield atau pelindung api yang melingkari dirinya dan siapapun yang terkena akan meleleh atau terbaka seketika. Ketika Thamuz sudah memasuka mode devilnya, ia pun langsung menyerang Raja Moniyan tanpa henti dengan kecepatan yang tidak bisa dinalar dan kekuatan yang tidak bisa ditandingi meskipun itu oleh Raja Moniyan sekaligus. Thamuz terus mendesak dengan menyerang Raja Moniyan dengan kapaknya berulang kali, Raja Moniyan hanya sanggup menghindar dan menahan kekuatan Thamuz yang sangat besar. Namun, pertahanan milik Raja Moniyan tidak bisa lagi melindungi Raja Moniyan sehingga Raja Moniyan harus menerima serangan membakar milik Thamuz berulang kali dan menyebabkan Raja Moniyan pun tewas ditangan Thamuz. Melihat rajanya tumbang, Lightborn dan Silvana pun langsung berlari ke arah Sang Raja yang tumbang dan terjatuh setelah melawan Thamuz.
Silvana : “AYAHHH.....TIDAKK”.
(menangis dan berlari)
Lightborn : “BAGINDA RAJA”.
(berlari)
Thamuz : “Mati kau orang tua,
akan kubawa jiwamu
ke neraka hahaha”.
(Sambil menusukkan
kapaknya ke perut
Raja Moniyan)
Raja Moniyan : “Urghh...Ahh”.
(Terjatuh lemah)Ketika selesai membantai Raja Moniyan, Thamuz pun menarik kapaknya yang tertancap di perut Sang Raja dan sedikit menjauh dari medan pertempuran. Thamuz tertawa sambil melihat Silvana dan Lightborn yang menangisi kematian Raja Moniyan. Thamuz pun menantang Lightborn dan Silvana untuk bertarung dengannya untuk menggantikan rajanya yang telah tumbang. Lightborn dan Silvana merasa geram kemudian mereka berdiri menerima tantangan dari Thamuz.
To Be Continued......
Bagaimana kisah selanjutnya, apakah yang akan terjadi selanjutnya di Kekaisaran Moniyan? Ikutin terus ceritanya jangan sampai ketinggalan dan jangan lupa like dan komen supaya author bisa tau tanggapan dari readers tercinta ku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dyrroth : The Prince of Darkness
FantasíaSINOPSIS Kisah ini menceritakan seorang pangeran yang bernama Dyrroth. Dia berasal dari Kekaisaran Moniyan yaitu sebuah kekaisaran yang sangat ditakuti di daerah nya. namun, di hari ulang tahunnya yang pertama pangeran kecil ini terbunuh. setelah b...