.
Anak laki-laki suka lelucon jorok. Kotoran anjing, serangga di balik batu, atau gambar penis yang belum disunat, mahakaryanya. Masterpiece itu ia gambar di dinding toilet umum yang jorok, di sebelah iklan-iklan cabul dan nomor telepon untuk kencan. Ada garis putus-putus dari ujungnya, macam pipis.Cuma iseng.
Semasa balita, ibunya pernah mengeluh pada tetangga bahwa putranya hobi sekali mencoret karikatur jorok macam tahi dan penis. Sekarang Shinchan kecil ini sudah mengerti untuk tidak melakukannya terang-terangan, agar tidak dimarahi. Teror seninya sekarang membajak dinding-dinding tak bertuan seperti toilet umum ini; ia bisa menggambar di kertas, ya, tapi sensasi terlarang sebuah grafiti dinding membuatnya ketagihan.
Dengan pulpen di tangan, ia menggambar buah dada di samping penis sebagai pemanis, berbekal pengalamannya mengintip majalah dewasa yang dibuang di pinggir hutan. Hmmm, seksi.
Ia terkikik melihat payudara peyot di dinding ketika bocah yang lain, Kaoru, masuk. Kaoru, si murid teladan dan berbakat dengan nilai matematika seratus, mengernyit jijik pada mahakaryanya.
Terlanjur tertangkap basah, dirinya menghardik Kaoru, "Apa lihat-lihat!?"
"Gambar yang jelek."
Ugh!
"Biar saja. Kamu nggak paham seni." Ia mendecih ngambek. Sebagai anak nakal, sosok Kaoru yang sempurna selalu membuatnya tak nyaman.
Lagipula, Kaoru yang jadi idaman ibu-ibu itu kenapa masuk ke toilet kotor macam ini? Kaoru tidak berhak masuk ke wilayahnya! Ini tempat anak-anak nakal yang suka main bola dan nongkrong, bukannya bintang pelajar yang membaca kamus di jalan.
Kaoru berjalan mendekati, memicingkan mata penuh kritik pada penis di dinding, lalu merampas pulpennya.
"Oi!" sahutnya kesal, hendak merampas balik, yakin sekali bakal diomeli. Tapi ia mengerjap bingung ketika Kaoru malah menggambar di dinding-- gambar penis. Lebih masuk akal kalau si juara kelas itu menulis rumus matematika, tapi benar nyata di depannya Yang Mulia Kaoru merusak fasilitas umum dengan penis! Ia melongo.
Dibandingkan coretannya, gambar Kaoru lebih realistis, dengan bulu kemaluan dan buah zakar, bahkan urat. Sudah bukan keisengan anak-anak semata. Ia merasa wajahnya panas melihat karya Kaoru.
Kaoru tersenyum, mengembalikan pulpennya. "Kamu yang nggak paham seni."
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Love, But Not Quite [BXB]
Short StoryEntah itu sepotong wajah, atau selintas suaramu, atau hangat dalam sentuhan tanganmu. Kau bisa terus bersamaku, atau menghilang bersama waktu. Mungkin tidak pernah berkembang lebih dari sebuah pertemuan berkesan. -- Potongan-potongan kisah pendek BL...