.
Tidak bisa dibilang kenal. Hanya saling mengamini keberadaan masing-masing.
Seorang staff perpustakaan kota dan pengunjung tetap di jam empat.
Dari meja kerjanya, tempat favorit si pengunjung terlihat jelas. Sebuah meja pojokan kecil yang menghadap langsung ke jendela. Kadang staff itu berhenti mengetik di komputer dan memijat bahu, sementara matanya tak sengaja jatuh ke titik itu.
Si pengunjung-- pemuda tujuh belas tahun, kadang-kadang berseragam-- selalu mengambil sebuah buku dan duduk di sana.
Pemandangan di luar jendela itu tidak spesial, malah cenderung berisik karena tepat bersebelahan dengan lapangan kota. Tiap sore di hari-hari tertentu ada tim bola mini berlatih, dan anak-anak kecil selalu ribut, sehingga meja itu tidak populer untuk membaca. Tapi si pemuda selalu di sana karena memang ia datang bukan untuk membaca; buku di meja selalu acak dalam tema dan judul, jarang terbuka.
Setiap kali datang matanya selalu mati, dan hanya bercahaya kala duduk di sana.
Setiap kali staff itu membersihkan rak berisi komik perempuan, ia melihat mata karakter dalam kover sama berbinar-binar.
Staff itu tahu alasan ia datang ketika pada suatu sore, pengunjung lain memberinya kabar duka soal lapangan sebelah. Pelatih tim bola mini meninggal tiba-tiba karena kecelakaan.
Lalu, si pengunjung berseragam SMA itu tidak pernah datang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Love, But Not Quite [BXB]
KurzgeschichtenEntah itu sepotong wajah, atau selintas suaramu, atau hangat dalam sentuhan tanganmu. Kau bisa terus bersamaku, atau menghilang bersama waktu. Mungkin tidak pernah berkembang lebih dari sebuah pertemuan berkesan. -- Potongan-potongan kisah pendek BL...