AN : an art muse's POV. Sebenarnya ini penggalan perspektif dari Fresh Air tapi juga bisa dibaca terpisah.
.
Aku suka kau lukis, meski selalu mengaku sebaliknya.
Kau ingin aku membuka baju, telanjang bulat dan duduk di kursi itu? Di sebuah kursi tiga kaki hibahan tetangga yang berbentuk aneh. Dingin ubin studio lukismu yang penuh bercak cat terasa di kaki, telanjang, hingga ke tulang.
Polos dalam duniamu.
Tidak masalah; kulucuti baju dengan menggerutu, penolakanku hambar. Kancing demi kancing terbuka. Kuedarkan pandangan, sorotan mata ragu yang tak berani bertemu milikmu.
Membuka celana, memijit tengkuk, malu-malu. Ketika duduk di situ tanpa sehelaipun busana, dirimu sudah menyiapkan sketsa dan pensil.
Ketika sinar mata birumu berganti dari kekasih jadi seniman, kurasakan diriku menjelma properti, objek fantasi. Lebur menjadi sesuatu yang kau beri nama sesukanya. Malam ini, maukah kau tabur tubuhku dengan bunga, atau air tujuh warna, atau lumut bercahaya? Mari berimajinasi.
Lekukkan sedikit pinggang, perintahmu tanpa sedikitpun nada menggoda. Aku lebih terangsang dibanding apapun, dibanding ciuman.
"Buka kakimu." Kembali kau suruh.
Lalu studio lukis ini menyempit menjadi tiga hal saja; aku, kanvas, dan sang pelukis. Getaran di antara jari-jariku, coretan pensil, dan cermat matamu. Memanas, memerah, menegang. Detik, menit, jam.
...
Dunia, kita, berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Love, But Not Quite [BXB]
ContoEntah itu sepotong wajah, atau selintas suaramu, atau hangat dalam sentuhan tanganmu. Kau bisa terus bersamaku, atau menghilang bersama waktu. Mungkin tidak pernah berkembang lebih dari sebuah pertemuan berkesan. -- Potongan-potongan kisah pendek BL...