✌ Bermuka dua

94 31 34
                                    

"Akhlak tidak ditemukan di part ini. Akhlak not found"
.
.
Tebak emoji ya.
Aku

.
.
Ayo tebak.
.
.
.

Aku terkejut bukan main, saat tau siapa pria itu.

Seisi ruangan mulai berbisik. Ntah apa yang mereka katakan, Yang pastinya aku mendengar bahwa, Jidan itu pemilik hotel bintang lima yang terkenal itu.

Memang iya sih, siapa yang nggak kenal siapa itu jidan. Aku semakin kesal, saat dia melihat ke arah ku. Hal itu tentu saja mengundang Vero untuk bertanya karena kepo.

"Dia kenal sama lo?" tanya Vero.

"Nggak." jawabku judes.

"Terus, kenapa dia liatin lo dari tadi."

Ya mana saya tau, sayakan ikan. Huffttt...

"Gue juga nggak tau, mungkin karena gue cantik."

Vero seketika memasang muka jijik seketika, seperti ingin muntah. "Iihh... Jijay tau nggak!"

Aku membuang muka ke arah jendela. Merasa risih jika diperhatikan seperti itu.

Dan yang paling membuatku muak sampai ingin muntah adalah, ketika dia berpura-pura baik. Seperti tersenyum ramah, yang bahkan sama sekali bukan kriterianya.

Aku tidak tahu, apa maksud kedatangannya sebagai murid baru dan menjaga image sebaik mungkin. Yang pastinya, aku tidak peduli seperti cewek-cewek yang meliriknya secara terang terangan.

******

"Lo mau nitip apa?" Tanya Vero kepadaku.

Seperti biasa sehabis istirahat. Kami ke kantin bersama, Arya dan Adji juga ada disini.

"Biar Arya sama Adji yang beliin."

Arya dan Adji yang baru saja ingin duduk tiba-tiba membulatkan mata  kearah Vero.

"Idih, lo kira kita ini babu lo?!" kesal Adji.

Vero mendecak "Nurut sama cewe napa sih?"

"Emang lo cewe?" tanya Arya lempeng. Terasa sakit tapi tak berdarah.

" Please deh, jangan buat gue jengkel, Ar." ucap Vero menahan nafasnya.

"Gue nggak niat buat bikin lo jengkel."

"Tapi setiap apa yang keluar dari mulut lo, udah bikin gue jengkel!" bentak Vero.

Dasar mereka berdua, adu mulut nggak lihat tempat. Disini tujuannya mau makan, bukan ajang debat.

"Stop! Gue muak liat lo berdua berantem kek kucing sama tikus." ucapku kesal.

"Gue sama Vero nitip bakso, sausnya di banyakin." finalku.

"Tapi Ver---" Adji.

"Laksanakan tugas!!!"

Arya dan Adji berlari terbirit-birit menuju kantin mak Amel, yang telah dikerubuni manusia kelaparan bak zombie. Terkadang aku kasian sama mak amel, yang stress melayani para zombie-zombie itu, termasuk Arya yang tiap hari mencolong kerupuk pisang dari kedainya. Semuanya, Rip mak Amel!!

"Ver, beli minum gih!" perintahku.

"Ha? Gue juga?" Tunjuknya pada diri sendiri.

"Lah terus siapa lagi?"

"Hm.. Njeh ndoro" Vero menurut. walaupun sedikit misuh-misuh.

Adji dan Arya kembali dengan pakaian kusut dan hampir compang camping. Mungkin karena menerobos jalan menuju mak Amel tercinta.

"Hufff.... Gue capek banget tiap hari gini." ucap Adji meletakkan mangkuk bakso itu.

"Gue juga capek, tapi gue heran. Kenapa kripik pisang ini nyangkut di saku gue?" ucap Arya, menunjukkan sakunya, yang benar-benar ada kripik pisang di dalamnya.

"Lo nyolong lagi, Ar?!" Tanya Vero terkejut.

"Astaga, kasian mak Amel ntar. Lu nggak ada rasa keprimakkantinan ya?" Ucap Adji seperti biasa mendramatis.

"Heleh, cuma satu doang. Nggak bakalan rugi dia."  ucap Arya tanpa dosa.

"Serah lo deh, Ar. Gue udah capek nasihati lo biar tobat." ucap Adji mengelus dada.

Aku yang sedari tadi asik melihat perbincangan ringan seputar mak Amel. Tiba-tiba terpusat dengan kehadiran seseorang, yang membuat kantin menjadi ricuh.

"Jidan makan sama aku yuk!"

"Eh, itu jidan!"

Para cewe-cewe seketika histeris, kemudian berlari menuju Jidan yang memasang senyum sok manis.

Idih, aku jijik ngelihatnya. Aktingnya terlalu buruk untukku.

Aku memilih sibuk menyantap bakso, dari pada melihat sosok menjijikkan itu.

Tapi, tiba-tiba saja.

PRANK!

Seseorang menabrak Jidan, dan membuat makanan yang berada di tangannya terjatuh.

"Eh, itu kan si miskin, dia nyenggol Jidan sampai piringnya jatuh."

"Kita liat yuk!"

Perbincangan yang terdengar sayup itu, membuatku refleks melihat ke arah kerumunan itu.

Tanpa di komandoi, kakiku berjalan menuju kerumunan itu, Dan betapa terkejutnya aku saat melihat Reksa sudah di lempar dan di tumpahi jus di bajunya hingga kotor. Sedangkan Jidan bajunya sedang di bersihkan oleh para cewek.

Aku menghampiri Reksa yang telah terduduk dilantai.

Mataku membulat, melihat sekeliling. Orang-orang yang telah membuat Reksa menjadi seperti ini

"Beraninya,"

Aku menyeringai "Beraninya tangan kotor kalian itu membuat Reksa gue menjadi seperti ini."

.
.
.

I Purple you 🍇
.
.
.
Budayakan Vote dan komen setelah membaca. 🤓

Not Have Akhlak GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang