"Jika kamu tahu, aku juga membenci diriku sendiri
: Reksa"
.
.
.
.
Cari aman
.
.
.
.Entah dimana otak para manusia ini. Harusnya, mereka ingat siapa lawannya. Mentang-mentang aku tidak pernah ikut campur, mereka jadi seenaknya begini.
Aku sungguh muak!! Ku alihkan pandanganku ke arah Reksa yang hanya bisa menunduk, sama sekali tidak berani menatap sekeliling. Aku merasa kecewa karena dia tidak bisa melindungi dirinya sendiri.
Suasana yang tadinya ricuh, tiba-tiba hening saat aku memasuki kerumunan itu.
Aku menghampiri perempuan yang tengah memegang gelas, yang isinya telah ia tumpahkan ke seragam Reksa tadi. Berani-beraninya dia!! Harusnya dulu, aku memberikan pelajaran yang setimpal untuknya.
Sebut saja namanya Maya. Gadis yang membuat Reksa hampir saja di keluarkan dari sekolah, karena dianggap Reksa telah melecehkannya. Padahal dia yang centil. Semua orang juga sudah tahu, seperti apa Maya ini. Mentang-mentang dia anak dari pemilik butik terkenal, jadi merasa paling tinggi dari segalanya.
Hei!!! Di kamusku, mau dia sekaya dan secantik apapun itu, yang namanya salah tetap salah. Tapi sayangnya, hanya aku yang berprinsip seperti itu disini. Karena apa? Karena semua orang memilih untuk menutup mata. seakan-akan, mata hatinya tertutup oleh debu tebal. Untung saja, aku melakukan perlawanan akan hal itu. bukan dengan jabatan, kalian tahulah apa yang akan dilakukan gadis sepertiku untuk membuatnya jujur.
Dia mengangkat dagunya dengan angkuh. Padahal aku tahu, jika sekarang dia sudah merasa takut akan kehadiranku. Tapi ya, tidak apa. sepertinya, gadis seperti dia ini harus diberikan pelajaran lagi dan lagi, supaya jera.
Aku mendekat kearahnya. kulihat badannya mundur dengan getir, dan hal itu membuat senyum sumringai terukir di bibirku.
Cihh.... Giliran sekarang dia takut.
Aku semakin mendekat kearahnya. hingga membuatnya mentok ke dinding. Bahkan tanpa kusadari, tatapanku terpusat padanya, seakan akan tahu target yang ingin kubunuh.
Aku bahkan tidak peduli dengan sekelilingku. Tatapan Reksa terhadapku, bahkan tidak kupedulikan lagi. Karena aku sudah sangat marah saat ini.
Aku mengangkat tanganku, kemudian mengelus rambutnya dengan sa––ngat lembut, saking lembutnya aku ingin...
Srek!!
"AKHHHHH!!!!"
Menjambaknya.
Aku menjambak rambut nya dengan kasar. kemudian menjinjingnya, hingga ia terus meringis kesakitan.
"Harusnya ajak gue main, kan nggak adil 1000 lawan satu." ucapan ku di akhiri dengan senyuman licik.
Keadaan menjadi sedikit ricuh. Bahkan, aku mendengar jika seseorang akan memanggil guru. Tapi, aku tidak peduli.
Maya terus memberontak. Sedangkan, teman sekumpulannya sebut saja Syahla dan Nadia bersembunyi di para kerumunan itu. Mereka pikir tidak kelihatan?
"Hahaha sakit ya?" Ledekku.
"L-lo nggak usah ikut campur!!" teriaknya.
Harusnya jika sudah seperti ini dia minta ampun dong. Tapi, ternyata masih kurang.
Kukuatkan tarikanku pada rambutya, membuatnya semakin meringis kesakitan.
"Akkhhhh!!!"
"Kenapa lo bilang ini ikut campur? Reksa kan sahabat gue. jadi, apapun yang terjadi, gue akan selalu ada di sampingnya tanpa di komandoi." jelasku dengan raut tenang, tapi menggejolak ke seluruh tubuh.
Sungguh menyenangkan, melihat orang tersiksa karena ulahnya sendiri.
"Risa!! Berhenti!" seseorang membentak dari sana.
Tanganku terhenti seketika, saat aku tahu siapa yang memanggilku.
Reksa menghampiriku, dengan tanganku yang masih menjambak rambut perempuan itu. Kemudian menarik tanganku, dan membawaku pergi menjauh dari kerumunan itu. Reksa memegang pergelangan tanganku sangat kuat, sampai aku meringis kesakitan.
Hingga di tangga darurat, ku hempaskan tangannya.
"Sakit, Sa!"
Reksa membalikkan badannya ke arahku.
"Kenapa kamu nggak diam aja tadi! HAH!!" bentaknya.
"Apa kamu bilang?" tanyaku tidak percaya, kenapa dia menyalahkanku, yang sudah jelas tidak ada salah. Ya tentu aku merasa tidak salah, aku hanya memberikan pelajaran yang setimpal untuk Maya dan juga yang lainnya.
Aku menghembuskan nafas kasar.
"Aku benci kamu, Sa!!!" bentakku, air mataku tumpah dengan sendirinya.
"Aku benci lihat kamu di bully sama orang!!! Aku juga benci lihat kamu yang nggak bisa lindungi diri sendiri!!!" lanjutku.
Tanpa kusadari, air mataku jatuh dengan seenaknya, ketika aku mengatakan itu. emosi yang telah kupendam dari sekian lamanya, kukeluarkan dengan begitu lantang, tanpa memikirkan perasaannya seperti apa.
"Aku melakukan apapun nggak ada gunanya, kamu tau itu kan?" lirihnya.
"Itulah gunanya aku!!! Jangan mikirin aku yang akan kena dampaknya, karena aku udah terbiasa sama semuanya!!" ucapku dengan nafas menggebu.
"Aku ada untuk kamu." suaraku memelan.
Kubiarkan Air mataku mengalir dengan deras. Rasanya lega ketika aku mengatakan itu. Tapi entah kenapa, aku merasa sakit saat mengatakan itu.
Aku tidak tahan melihatnya tersiksa seperti itu, tapi dia tidak mengizinkan ku untuk melindunginya, jadi apa gunanya aku, yang notabenya adalah sahabat.
Aku menunduk, mengeluarkan tangisku sejadi jadinya.
Disaat itu juga, Reksa memelukku dengan erat, mengusap punggungku. Bukannya malah tenang, tangisku malah semakin menjadi saat dia memelukku seperti ini. Sial
Kueratkan pelukanku. Lalu, menenggelamkan wajahku di dada bidangnya yang hangat dan nyaman.
"Aku minta maaf." ucapnya tiba-tiba.
"Untuk?"
"Untuk semuanya, tentang aku yang sering marahin kamu dan –– tentang aku yang nggak bisa lindungi diri sendiri," ucapnya senduh. Bahkan, aku tahu, jika dia sedang menahan tangisnya supaya tidak tumpah.
"Aku minta maaf." lanjutnya dengan suara memelan.
.
.Dapat Salam dari Reksa dan Risa. 😀🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Have Akhlak Girl
Teen FictionNot have akhlak girl. Sebutan yang cocok untuk gadis yang bernama clarissa Abinaya. Gadis SMA dengan sifat hiperaktif dan kebar-barannya. Reksa Pratama, sahabat Clarissa sendiri. Siswa SMA yang dibully oleh teman sekelasnya dikarenakan ekonomi kelua...