04🌻

3 1 0
                                    

Kiana yang baru saja sampai berjalan dikoridor sekolah menyaksikan Radit dari jauh dikejar-kejar seorang cewek "uda kek buronan aja" ucapnya sambil geleng-geleng kepala.

Sampai dikelas Kiana melihat masih sedikit siswa yang  datang mungkin karena bell masuk berbunyi 30 menit lagi, "Aku yang kecepatan datang atau gimana" batinnya.

Sambil menunggu bell berbunyi Kiana membuka buku-buku yang diberikan Radit kemarin. Kalau bukan karena Ariel Kiana malas ikut olimpiade.

Kiana sadar otaknya pas-pas an tapi agar terlihat pintar di depan Ariel gadis itu harus berusaha keras untuk belajar agar memenangkan olimpiade kali ini.

"Wih sejak kapan lo jadi kutu buku" Tesya berucap seraya mendudukkan bokongnya di kursi.

Bukannya menjawab Kiana malah mengedarkan pandangan nya ke penjuru kelas ternyata sudah ramai siswa yang datang.

"Lo masih yakin mau ikut olimpiade kali ini? " tanya Tesya lagi.

"Tentu"

"Sebenarnya tujuan lo ikut olimpiade apa sih? Jangan bilang semunya demi Ariel" tebak Tesya.

"Your guess is right"

"Lo gak kasian apa sama diri lo sendiri, pliss deh Na lo jangan nyiksa diri lo gini hanya untuk terlihat perfect di depan Ariel. Jangan selalu mendahulukan orang lain sementara diri lo sendiri diabaikan"

"Jangan jadi diri orang lain agar lo disukai banyak orang" kesal Tesya yang sudah jengah melihat Kiana.

"This is my life. Gimana pun nanti hasil akhirnya biar gue yang nanggung Sya"

"Terserah lo Na yang penting gue sebagai sahabat lo udah ngingatin"

Sebenarnya ada rasa ingin menyerah dalam diri Kiana karena sudah capek bahkan Ariel tak pernah sedikit pun melirik ke arah nya tapi Kiana ingat sudah sejauh ini dan tidak mungkin berhenti ditengah jalan seperti kata pepatah akan indah pada waktu nya maybe, tapi gaktau waktunya itu kapan.

'Ayoo Na pasti bisa'.

Bel istirahat berbunyi 5 menit lalu Kiana dan Tesya sudah berada di kantin dengan makanan yang sudah mereka pesan tadi.

Meraka makan dalam diam sampai akhirnya penghuni kantin khusunya kaum hawa ribut akibat datangnya Ariel good boy sekolah dan tak selang beberapa menit disusul oleh Radit dan Lio membuat seisi kantin semakin ribut dengan pekikan.

Jika kalian berfikir Ariel dan Radit sahabatan kalian salah besar. Ariel dan Radit termasuk orang yang berpengaruh di sekolah karena kepintaran masing-masing sehingga membuat mereka bersaing dalam segala bidang.

Sebenarnya bukan keinginan Radit untuk menjadi seorang pesaing justru Ayahnya lah yang mendorongnya untuk paling terdepan, Radit bagaikan boneka yang sering di suruh melakukan ini dan itu.

Jika ditanya lelah pasti jawabannya 'iya' karena Ayah nya lah hari-hari Radit berdampingan dengan buku sehingga mengurangi waktu nya untuk bermain dengan teman nya.

Kiana berjalan menghampiri meja kak Ariel tak lepas dengan senyum manis yang dia perlihatkan.

"Hai kak Ariel mau pesan makanan biar aku yang ngantri" tawar nya sambil tersenyum manis demi melancarkan aksi nya.

"Emang gakpapa"

"Ya enggaklah dengan senang hati, untuk kak Ariel apa yang enggak"

"Boleh deh kalo gak keberatan"

"Mau apa"

"Terserah yang penting bisa dimakan"

Kiana menautkan jarinya membentuk huruf O yang berarti oke ke Ariel sambil berjalan ke stand makanan.

"Mang bakso 1 sama tea jus yaa gak pake lama" jerit Kiana berharap di dahulukan mang ujang.

Tak beberapa lama Kiana berjalan menuju meja yang  ditempati Ariel seraya membawa nampan berisi makanan yang dipesan tadi.

"Nih spesies untuk orang yang spesial" ucapnya dengan percaya diri.

"Thanks uda ngerepotin"

"Gak sama sekali,bahkan sering sering juga gue senang" ucap Kiana lagi.

"Ariel aja nih yang dipesanin?"
Kiana hampir melupakan Reza yang duduk di samping Ariel.

"Eh maaf kak kelupaan" ucapnya tak enak dengan Reza.

R A I N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang