"Bun kenapa pindah ke komplek ini?"
"Disini dekat sama sekolah kamu, dan suasananya baru lho kak." jelas Bunda
Gue menghela napas kasar dan memerhatikan sekitar. Gue dan Jaehyun bertetangga, bahkan rumah kami hanya dipisahkan satu rumah.
Jujur aja, hati gue masih tersinggung dengan obrolan Jaehyun dan teman-temannya tempo hari. Apa segitu memalukannya gue? Apa semua yang dia pikirkan hanya fisik?
Mungkin ini jalan terbaik dari Tuhan, agar gue gak perlu mendengarkan obrolan membuat diri gue sendiri sakit. Menjauh mungkin bisa menjadi jawaban. Meski memang sekolah kami menjauh, namun rumah kami mendekat.
"Kakak kenapa ngelamun?"
Gue melirik ke arah Bunda dan menggelengkan kepala.
"Kakak beres-beres kamar dulu Bun." pamit gue
Harusnya gue membenci dia, marah, kecewa dan menghilangkan rasa ketertarikan ini. Tapi gue bisa apa? Berharap dia membalas adalah sesatu yang tidak mungkin.
"Jaehyun, lo malu ya karena gue suka? Sampai lo gak mau temen-temen lo tau?" gue merutuki diri sendiri layaknya hobi.
Ruang gerak gue terbatas karena bisa aja ketemu Jaehyun, apalagi rumahnya berhadapan dengan warung yang paling dekat. Dari banyaknya komplek rumah di kota ini, kenapa harus ke dekat Jaehyun sih?
"Tetanggaan membuat rumah kita dekat, namun hati kita tidak."
☀☀☀
Gue udah janji buat nginep bareng Chungha, Joy dan Sana. Kegiatan beres-beres rumah baru juga udah selesai, jadi ya mereka nagih janji.
Sekitar jam 4 sore gue selesai siap-siap dan membawa perlengkapan yang gue butuhkan. Akhirnya bisa liburan juga walau setitik. Kita berempat udah siapin tempat buat nginep dan barbeque party ala-ala.
"Bun, aku sebentar lagi berangkat ya." pamit gue
Bunda yang tadi asyik menonton televisi langsung mengalihkan pandangannya ke gue.
"Bunda pikir mau pada nginep disini. Ya udah hati-hati kak. Berangkat sama siapa?" tanta Bunda
"Ojek Bun, santai aja. Bunda nonton lagi gak apa-apa." balas gue
"Oke deh, kalau ada apa-apa langsung hubungi Bunda ya." suruh Bunda
Dan gak lama ada pesan masuk dari ojek yang gue pesan. Gue buru-buru pakai sandal dan bawa barang-barang kedepan dan salam ke Bunda.
"Hati-hati ya kak."
"Iya bun,"
Keluar gerbang rumah gue sedikit merasa was-was karena takut ketemu Jaehyun. Untung aja gue lihat rumah dia sepi dan gak ada tanda-tanda Jaehyun. Gue langsung menghampiri ojek yang sudah datang.
"Sesuai alamat ya pak."
Setelah perjalanan kurang lebih 1 jam karena terjebak macet, cukup melelahkan juga. Padahal gue sudah biasa jalan-jalan kesini. Sampailah gue di villa milik Sana. Untung saja disini mudah akses dan dekat dengan rumah-rumah warga.
"Makasih pak."
"Ini kembaliannya neng,"
"Gak usah pak, buat bapak aja." jawab gue
"Terima kasih banyak neng."
Selesai itu gue masuk ke area villa yang sudah terlihat ramai. Gue gak nyangka kalau bakal ada dekorasinya gini. Karena biasanya juga ya seadanya, paling diberesin biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Silent [Jennie X Jaehyun NCT]
أدب الهواةAda kalanya yang mengejar akan merasa lelah dan yang menunggu akan merelakan. Mencintai dalam diam, memperhatikan dari jauh. ©2020, oneflowerisme