09. Rencana

1K 210 31
                                    

"Kafenya bagus dan rapi, pemandangannya juga bagus, udaranya sejuk." tiba-tiba Jaehyun memulai percakapan dan menyuruh gue untuk menemani dia mengobrol.

Sejujurnya, gue sangat kaget melihat Jaehyun disini. Untungnya, gue sekarang lebih biasa dan baik-baik saja. Mencoba bersikap demikian agar tak canggung.

"Long time no see, apa kabar?"

"Baik." jawab gue singkat

Gue rasa enggak ada yang perlu dibicarakan. Karena kita memang tak punya hubungan khusus atau momen-momen untuk dikenang kembali.

"Kalau aku perhatiin, meja nomor 15 ini paling indah pemandangannya."

"Semua meja juga bagus kok pemandangannya." elak gue

Jaehyun ketawa dan menatap gue, "Okay, by the way aku jarang liat kamu di komplek. Dan ada yang bilang kamu pindah?"

Gue mengangguk dan mengedarkan pandangan agar tak terpaku pada Jaehyun.

"Well, aku emang pindah ke dekat sini. Belajar mandiri sekalian biar gampang mantau kesini." balas gue

Meski alasan sebenarnya karena gue mau menghindari Jaehyun. Tapi kenapa kita berdua malah ketemu disini? Gue enggak seberuntung itu untuk ketemu dia terus dulu. Namun disaat gue benar-benar mau melupakan— ada saja angin kencang yang datang.

"Singapur enggak cukup bikin kamu kesepian?" pertanyaan Jaehyun cukup membuat gue terdiam. Mencoba mencerna apa yang dia maksud, karena sangat tiba-tiba dia membahas Singapura.

"Aku gak pernah merasa kesepian disana, I have a lot of new friends."

"Tapi aku yakin enggak ada yang kayak tiga sahabat kamu kan? Gak ada yang kayak Joy, Chungha dan Sana kan?" ujar Jaehyun dengan sedikit penekanan.

Gue gak mengerti kenapa dia kayak gini, padahal gue sama sekali gak mau membahas apapun.

"Jaehyun... Sorry, sebelumnya maksud kamu kayak gini apa? Aku gak ngerti apa yang lagi kamu bahas juga. Hubungan kita cukup disini aja. Aku gak mau mengganggu kamu lagi, dan aku gak mau membuat kamu merasa beban. Aku udah lupain semuanya yang pernah terjadi di antara kita." jelas gue

Jaehyun menatap gue lalu dia memegang tangan gue lembut. Gue buru-buru melepaskan tangan gue dari tangan Jaehyun. Sebelum semuanya berantakan lagi.

"Please give me the second chance, Jen."

"Kesempatan kedua buat apa? Bahkan kesempatan pertama aja enggak ada Jae. Jangan buang-buang waktu kamu untuk hal yang kamu gak suka."

Setelah itu gue bangun dari duduk untuk pergi hadapan Jaehyun. Rasanya gue gak kuat kalau harus dipermainkan lagi kayak gini.

"Silahkan kamu pilih menu yang mau dipesan, aku bakal nyuruh pegawaiku untuk melayani kamu. Aku permisi." pamit gue

Kali ini gue gak akan membiarkan hati gue sakit lagi. Jangan sampai usaha gue untuk move on kembali gagal dan membuatnya sia-sia.

"Jennie, I'm really sorry. And I won't give up until you give me the second chance!"

Sorry Jae, mungkin kalau lo bilang ini beberapa tahun lalu gue bakal baper dan luluh, I'll fall for you again. Tapi untuk saat ini percuma, hati gue butuh waktu untuk sadar dan menyembuhkan luka yang sudah hampir kering ini. Gue gak mau menaburkan garam diatas luka gue sendiri lagi.






"Jen? Are you okay?" gue kembali menghampiri ruang tunggu dan disana ada Sana.

"San, bisa gue minta bantuan?" tanya gue

Be Silent [Jennie X Jaehyun NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang