"Hei, kalian dari mana?" baru aja kami sampai, udah ditanyain sama Bang Yunho.
"Kalian pulang jalan-jalan?" lanjut Bang Jongho.
"Kalian tidak mengajakku!" tambah Bang Wooyoung.
"Apa kalian bawa sesuatu?" Bang Mingi ikutan nanya.
"Apa itu?" tanya Bang Yeosang sambil nunjuk tas yang dibawa Bang San.
"Hei, kalian baru pulang? Ini sudah sore," ini Bang Hongjoong beneran ngomel atau bercanda doang?
"Lebih baik kita semua masuk dulu," Bang Seonghwa menengahi.
"Bang, kita sudah diterror," bisikku ke Bang San.
"Apa? Diterror? Siapa yang menerror kita?" Bang San keliatan panik.
"Kata-kata 'terror' tadi hanya ungkapan, bang. Maksudku kita sudah ditanya banyak hal saat kita pulang tadi," jelasku.
"Kenapa harus seperti itu?" tanya Bang San.
"Menurutku tadi itu seperti diterror. Aih, jangan dipikirkan lagi, aku hanya bercanda," untung aku sabar jawabin pertanyaan aneh Bang San.
"Kalian dari mana ramai-ramai?" tanya ibu yang heran liatin kami dateng ramai-ramai.
"Hah? Oh, dari depan, bu. Hehe," jawabku sambil nyengir.
"Hah, dari depan?" ibu nanya lagi.
Nih kenapa ibu jadi kepo dah? Yang lain pada heran liat aku sama ibu yang ngomong pake Bahasa Indonesia. Eh, tapi bukannya tadi udah aku bilangin kalau aku keluar jalan-jalan bareng Bang San.
"Iya, buu. Kan tadi udah aku bilaaang," kataku.
"Oh iya, ibu lupa. Sekarang kamu mandi,"
"Siap bu, ini mau mandi," jawabku.
"Tadi kamu bicara apa?" tanya Bang San setelah ibu pergi.
"Tanya kita dari mana," aku menjawab pertanyaan Bang San. Lalu ia mengangguk kecil.
"Aku mandi dulu ya, bang," kataku sambil lari menuju kamar yang akan aku pakai di rumah nenek.
"San, itu apa?" tanya Bang Yunho.
"Ini kue, jangan kalian habiskan. Sisakan untuk yang lain juga, ini banyak," ujar Bang San.
"Wah, kamu belinya banyak sekali, San hyung," kata Bang Jongho.
"Iya, karena kita semua sedang kumpul," sahut Bang San.
Gak lama aku keluar dari kamar. Aku udah pake baju tidur.
"Abang!"
Semuanya noleh ke aku waktu aku manggil mereka.
"Aurora, sudah selesai mandinya?" tanya Bang Seonghwa.
"Sudah bang, hehe,"
"Ayo sini," kata Bang Wooyoung sambil lambai tangannya.
Aku nyamperin mereka terus duduk di sebelah Bang Yeosang.
"Kamu mau, Ra?" Bang Yeosang nyodorin kue yang tadi beli.
Aku anggukin kepala terus ngambil kue yang di tangan Bang Yeosang. Aku mulai gigit kuenya. Rasanya enak, tapi enakan kue lemper. Mungkin karena lidah aku selera Indonesia banget.
"Enak, Ra?" tanya Bang Yeosang sambil ngelus rambutku.
"Iya bang, enak," jawabku sambil senyum.
Terus Bang Yeosang cubitin pipiku. "Kamu sangat lucu, Ra,"
"Iya-iya, aku tahu," kataku sambil tetap ngunyah.
"Kalian semua sedang kumpul?" tiba-tiba ayah dateng dari dapur.
"Iya, om," jawab Bang Mingi.
"Ayo gabung, om," lanjut Bang San.
Gak lama kemudian ibu datang, terus tante-tante, om-om, juga kakek dan nenek ikut gabung. Untung beli makanannya agak banyak. Kita juga makan oleh-oleh dari Indonesia.
"Ra, mau bantu aku?" bisik Bang Seonghwa.
Oh tidak, pasti Bang Seonghwa minta bantu masak. Ah, aku males!
"Apa?" tanyaku balas berbisik.
"Ayo kita masak, ibu-ibu istirahat saja," kata Bang Seonghwa.
Nah kan.
"Baaang, aku malas," kataku terus nyenderin kepala di lengan Bang Seonghwa. Jadi aku ada di tengah-tengah Bang Yeosang dan Bang Seonghwa.
"Kita jarang sekali bertemu, ayo kita masak bersama, tapi jika kamu tidak mau tidak masalah," ujar Bang Seonghwa.
"Ayo kita masak, bang," aku udah berangkat dari tempat dudukku.
"Kalian mau kemana?" tanya Bang Hongjoong.
"Kita mau masak di dapur, apa kalian mau membantu?" Bang Seonghwa jawab pertanyaan Bang Hongjoong sambil noleh ke mereka bertujuh.
Semuanya langsung pura-pura sibuk.
"Eum, hyung aku harus mandi," kata Bang Mingi yang langsung kabur.
"Aku juga belum mandi," Bang Wooyoung ikutan kabur.
"Hmm, kue ini sangat enak," ujar Bang Yunho yang pura-pura gak dengerin kata-kata Bang Seonghwa.
"San, Yeosang, bisakah kalian membantuku untuk memenangkan game ini?" Bang Hongjoong sengaja ngajak Bang San dan Bang Yeosang ngobrol.
"Astaga, tugasku belum selesai," lanjut Bang Jongho.
"Hei Bang Jongho, bukannya sekarang sedang libur?" tanyaku heran.
"Sudahlah, Ra. Biarkan saja mereka, ayo kita ke dapur," Bang Seonghwa menarik tanganku.
"Cih, kebiasaan banget dah mereka. Untung mereka lebih tua," omelku.
"Apa yang kamu katakan, Ra?" Bang Seonghwa bingung karena aku ngomong pakai Bahasa Indonesia.
"Eh, tidak apa-apa, bang," kataku sambil senyum, "ayo kita masak,"
Aku sebenernya gak tau Bang Seonghwa masak apaan. Yang jelas itu daging, terus dipanggang. Aku disuruh cuciin dagingnya, terus potongin dagingnya. Bang Seonghwa siapin bumbu, terus siapin pemanggang. Abis itu aku liatin Bang Seonghwa yang lagi manggang daging.
Kita masak sambil ngobrol-ngobrol. Aku cerita kalau aku pengen beli album, lighstick, sama tiket konser tapi gak diijinin sama ibu.
"Haha, kamu tidak perlu meminta barang-barang itu pada ibumu, abang-abangmu juga tampan seperti idol-idol," kata Bang Seonghwa.
"Tapi kalian tidak terkenal, abang juga tidak merasakan bagaimana bahagianya seorang penggemar Kpop yang mempunyai barang-barang itu," jawabku.
Bang Seonghwa ketawa. Padahal aku lagi serius.
"Aurora mau beli album?" tanya Bang Hongjoong yang tiba-tiba masuk ke dapur.
"Wah, ada Bang Hongjoong, iya aku sangat menginginkan album dan lighstick," kataku. "Kenapa Bang Hongjoong bertanya seperti itu? Apakah abang mau membelikannya untukku?"
"Mm, mungkin aku akan membelikan untukmu," kata Bang Hongjoong.
"Sungguh?!" aku teriak karena kaget dan senang.
"Iya, sungguh," Bang Hongjoong angguk kepala, meyakinkan aku.
"Wah, terima kasih, bang," aku langsung peluk Bang Hongjoong.
"Haha, sama-sama," Bang Hongjoong balas pelukanku.
Bersambung...
●●●
Terima kasih banyak untuk vote dan comment- nya.
Maaf atas kesalahan dan banyak typo.
Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu - Ateez
FanficPunya delapan sepupu cowok semua?! Ganteng-ganteng pula, siapa sih yang gak seneng? Kehidupan Aurora yang biasa-biasa aja dihiasi oleh delapan kakak sepupunya yang tampan nan rupawan. Serta teman-temannya yang membuat hidup Aurora yang biasa-biasa...