2. Grup Chat

611 74 7
                                    

Besoknya aku bangun pagi banget. Ini hari pertama libur sekolah. Sebenarnya aku tuh mau bangun agak siang, tapi gak bisa. Mungkin udah kebiasaan kali, ya?

Aku langsung mandi terus bantuin ibu yang lagi masak. Aku gak mau kejadian kayak kemarin ke ulang lagi. Malu sama tetangga.

"Bu, apa yang bisa aku bantu?" tanyaku pada ibu yang lagi motong kentang.

"Tolong kamu kupas kulit bawang ini," kata ibu.

Aku menatap ibu dan bawang bergantian dengan tatapan bingung.

Ibu menghela napas, "makanya sering-sering bantuin ibu. Nih, caranya gini,"

Aku merhatiin ibu yang lagi ngupas kulit bawang.

"Oh gitu, yaudah mana pisaunya, bu?" aku yang sudah ngerasa yakin minta pisau ke ibu.

"Nih, hati-hati pakenya."

Aku ngupasin kulit bawang itu. Hati-hati banget. Sangking hati-hatinya aku ngupasin satu bawang aja lama. Ibu yang dari tadi sudah gemas liatin aku, akhirnya mintain pisau itu.

"Kamu terlalu lama. Kamu sapuin rumah aja." omel ibu.

Aku menggerurtu diam-diam. Tadi ibu yang suruh hati-hati. Waktu aku udah hati-hati malah dimarahin.

Akhirnya aku tetap mengambil sapu dan berjalan ke arah ruang tamu. Aku heran banget dah sama ini rumah. Waktu aku main, ni rumah rasanya sempit amat, kayak lemari di kamar aku. Nah waktu ni rumah mau disapu, rasanya rumah ini luas banget, kayak lapangan bola. Ni rumah sebenarnya mau apa sih? Pengen aku hancurin aja ni rumah. Tapi kalau aku hancurin, nanti aku tinggal di mana dong?

"Aurora, sapuin yang bener! Yang di bawah meja sama kursi juga di sapu, bersih-bersih, ya." suara ibu terdengar jelas dari ruang tamu.

"Iya, buu." jawabku dengan suara yang agak dikerasin.

Tiba-tiba kedengeran suara ketukan pintu. Pasti Naya. Tapi dia bilang dia udah pulang kampung sejak kemarin ke Palembang. Lah, terus siapa dong?

"Iya, bentar." kataku.

Orang itu ngetuk pintu lagi. Gak sabaran amat jadi orang dah.

Aku bukain pintu rumah. Ternyata orang yang ngetukin pintu rumah aku pagi-pagi itu Bagas.

"Ngapain? Tau dari mana rumahku?" tanyaku pake suara yang agak ketus.

"Izinin dulu dong tamunya masuk," katanya.

"Gak! Ngapain, sih?"

"Mau ngajak kamu jalan-jalan. Kamu tadi nanya aku tau rumah kamu dari mana? Hmm, kita udah hampir 3 tahun sekelas, ya kali aku gak tau di mana rumah kamu. Lagian kita tetanggaan, kok. Tuh rumahku," ucap Bagas panjang lebar. Dia nunjukin rumah yang ada di seberang rumahku.

Deket banget rumah dia. Kok aku baru tau? Dia bohong? Aku gak pernah liatin dia? Apa dia dengerin suara ibu yang hampir tiap hari teriak? Kalau iya, aku malu banget.

"Eh, kamu gak bohong? Deket banget," aku masih gak percaya.

"Iya, aku baru pindah kemarin. Terus aku liat kamu waktu pulang sekolah,"

"Oh, terus ngapain kamu ke sini? Kan, kamu udah tau aku gak bisa pergi,"

"Kata ayahmu kalian pergi besok. Masih ada waktu, ayo kita jalan sebentar. Atau kita joging aja,"

"Maaf, gak bisa. Aku harus bersih-bersih rumah. Yaudah aku tutup pintunya,"

Aku jalan masuk terus nutupin pintunya, padahal Bagas masih ada di luar. Memang gak sopan sih. Tapi yaudah lah.

Sepupu - AteezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang