THE BIG BROTHER AND HIS RESPONSIBILITY

73 8 0
                                    

DISINILAH MEREKA SEKARANG. Lima bersaudara yang dalam semalam menjadi yatim piatu dan kehilangan semuanya.

Eva menderita luka bakar parah dan menghembuskan nafas terakhir sebelum sempat dibawa ke rumah sakit. Sedangkan Arfan menyusul beberapa jam kemudian karena menghirup asap terlalu lama dan banyak. Semalaman, Adly dan adik adiknya berada di rumah sakit. Tak ada tempat yang bisa di tuju. Orang tua mereka sama sama anak tunggal, dan kakek nenek mereka dari pihak ayah maupun ibu juga sudah meninggal bahkan ketika Aileen belum lahir. Tak ada sanak saudara yang bisa menjadi wali sementara. Pemakaman dibantu para tetangga secara sukarela, namun selanjutnya, tempat yang mau tak mau harus mereka tinggali selanjutnya adalah sebuah panti asuhan.

Dua orang polisi yang sejak kemarin hingga seharian ini mendampingi mereka akhirnya undur diri setelah mengurus segala sesuatu yang di perlukan di panti asuhan. Karena hari sudah malam ketika semuanya selesai, mereka akhirnya langsung di antar ke kamar yang akan mereka tempati. Aileen di tempatkan di kamar yang berbeda, bersama beberapa anak perempuan seumurannya. Sedangkan Adly di tempatkan satu kamar beserta semua adiknya. Untung sekali bahwa panti asuhan ini memang menyediakan kamar berkapasitas empat orang dengan dua ranjang susun. Ada juga dua kamar besar yang diisi 8 ranjang single, untuk anak anak yang masih kecil seperti Aileen.

Adly menatap ketiga adiknya yang duduk dalam diam. Aaron di sebelahnya, sedangkan Algra dan Aiden di ranjang seberangnya. Tak ada pakaian atau barang barang yang sempat mereka bawa atau selamatkan, tapi begitu sampai disini tadi mereka langsung di berikan baju ganti.

Adly menghela nafas panjang. Menyadari bahwa mulai saat ini, ialah yang bertanggung jawab akan mereka semua. Apalagi, Algra, Aiden, dan Aileen masih kecil. Tidak ada waktu untuk terus berlarut dalam kedukaan. Ia menyenggol Aaron dan membuat saudara kembarmya menoleh. "Lo ajak Algra mandi dulu, ntar gue nyusul sama Aiden," suruhnya. Aaron tak membantah. Ia membawa serta dua setel baju ganti untuk dirinya dan Algra, lalu membimbing anak itu untuk keluar.

Aiden tak menangis. Bahkan ketika Aileen yang paling kecil dan belum mengerti pun menangis ketika orang tua mereka di makamkan, Aiden tidak bereaksi. Apakah dia memang tidak mengerti apa yang terjadi? Bisakah Adly merawatnya dengan baik? Seperti apa Adly harus memperlakukan Aiden?

Adly bangkit, mendekati anak laki laki berusia tujuh tahun itu dan berjongkok di depannya. Sebuah kruk kecil tersandar di tepi ranjang, kruk yang dibelikan petugas polisi sebelum mereka meninggalkan rumah sakit.

"Aiden." Panggil Adly. Tak ada jawaban. Adly menarik nafas panjang, tatapannya tertuju pada kotak kayu yang di peluk Aiden sedari kemarin. Seperti kotak pensil dengan ukuran lebih besar. Saat Adly hendak mengambil kotak itu, Aiden tiba tiba mengeratkan pelukannya dan memiringkan badan. Menghindar.

"Ah, oke. Oke, Kak Adly nggak bakal ambil kotaknya. Tapi, bentar lagi kamu mesti ikut kakak mandi ya? Kotaknya di simpen di laci ini, ya?" bujuk Adly, menarik laci terbawah dari nakas yang memisahkan tempat tidur mereka. Aiden melirik laci itu, diam sejenak, sebelum kemudian menyerahkan kotak di pelukannya perlahan. Adly tersenyum lalu menyimpan kotak itu tanpa membukanya.

"Kita sendirian?"

Demi mendengar pertanyaan itu, sepasang mata Adly membola. Ia menoleh menatap Aiden, yang balas menatapnya datar seperti biasa, "Kamu... barusan bicara?" tanyanya.

"Papa, mama, nggak disini. Kita sendirian? Sampek kapan?" Aiden bertanya lagi.
Adly tidak bermimpi, Aiden memang berbicara. Dia bertanya. Dan dia juga bicara dengan baik, tak belepotan seperti anak yang baru belajar. Adly senang sekali. Saking senangnya, dia merasa ingin menangis. Dan begitu mengingat pertanyaan Aiden, ia semakin ingin menangis. Dilingkarkannya lengannya pada tubuh kecil Aiden, "Papa sama mama nggak akan sama sama kita lagi. Tapi kita nggak sendirian. Kita saudara, kan? Kamu punya Kak Adly, Kak Aaron, Algra, sama Aileen. Dan kakak juga punya kalian. Untuk selamanya, kita tetep punya satu sama lain. Kamu tahu selamanya itu berapa lama?"

THE FAMILY I (HATED) LOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang