THE GUY AND HIS UNTOLD FEELING

48 11 0
                                    

GERIMIS TADI SORE  akhirnya benar benar menjadi hujan. Kian malam, kian menderas.

Di salah satu ruas jalan yang cukup lengang karena hujan dan hari sudah larut, Algra memacu motornya tanpa membalut diri dengan mantel atau jaket. Hanya kaos polos berlengan pendek, celana training panjang dan sandal jepit mengingat tadi dia langsung pergi begitu saja dari rumah. Dibalik helm yang melindungi kepalanya, cowok itu menyembunyikan wajah kalut dan kesal di saat bersamaan.

Bagaimana bisa semuanya jadi seperti ini. Selama ini, bukan sekali dua kali ia dan Aiden berbeda pendapat atau sedikit berargumen. Namun tak pernah hingga seserius sekarang. Pada akhirnya, mereka tahu kapan harus mengalah dan menerima pendapat yang lain. Algra pikir ia yang paling mengenal Aiden. Tapi ia salah. Ia tak pernah menyangka, Aiden bisa seegois ini.

Algra mendesah berat, menambah kecepatan motornya di tengah hujan yang semakin tumpah.

Di sisi lain, Aiden duduk terdiam di lantai kamarnya, bersandar pada kaki ranjang. Deras hujan yang turun di luar tidak ia pedulikan. Sempat ia dengar suara mesin motor Algra ketika ia pergi tadi. Aiden tahu, kini ia tak berhak mencegah. Hubungan keluarga dan persaudaraan itu memang omong kosong. Kalau memang hubungan itu seerat yang dikatakan orang, sudah pasti ia tak akan terlahir. Bukankah kelahirannya adalah bukti dari pengkhianatan seorang pria terhadap keluarganya sendiri?

Aiden menatap surat demi surat dalam kotak yang dulu ia dekap saat kebakaran. Aiden ingat, ia pernah melihat Eva menyimpan kotak itu hati hati sekali. Sesekali menatap Aiden diam diam seolah menimbang akan memberikan kotak itu padanya atau tidak. Karena itulah Aiden pikir kotak itu berhubungan dengannya, dan ia merangkak kesulitan ke kamar orang tuanya saat kebakaran itu terjadi, melindungi kotak itu.

Elina. Nama ibu kandungnya. Sekalipun Aiden baru mengerti maksud dari surat surat itu bertahun tahun kemudian, Aiden tidak berpikir ini bagian dari masa lalu yang tak penting. Bagaimanapun, inilah jati dirinya. Seorang anak yang hadir karena kesalahan, coba di singkirkan beberapa kali namun gagal, dan akhirnya di terima karena keterpaksaan dan rasa kasihan.

Dalam salah satu dari surat surat itu—Aiden membaca semuanya dalam satu waktu alih alih setiap tahun sesuai angka yang tertera di sudut amplop hingga usianya 17 tahun—Elina mengakui bahwa dulu dia sempat mencoba menggugurkan Aiden. Beberapa kali. Karena laki laki yang melakukan itu padanya juga menolaknya. Menyuruhnya demikian, lalu pergi. Dan karena ia juga merasa tak akan mampu membesarkan anak seorang diri di tengah gunjingan masyarakat.

Namun semua percobaan itu gagal. Dan justru mengakibatkan Aiden tumbuh tidak sempurna sejak dalam kandungan dan membuatnya lahir prematur. Pendarahan yang di alami Elina ia anggap karma karena telah mencoba menyingkirkan bayi tak berdosa. Meski begitu di akhir suratnya, Elina bilang dia bersyukur. Dia bersyukur Aiden bertahan hidup dan lahir ke dunia.

Aiden tidak merasakan apa apa selagi membaca ulang semua surat itu dengan tatapan datar. Padahal dalam hampir semua surat itu, ibunya menyelipkan begitu banyak doa dan harapan untuknya. Juga selalu mengakhiri surat dengan mengungkapkan betapa ia bersyukur ketika melihat Aiden dan menggendongnya untuk pertama kali. Mungkin seharusnya Aiden terharu. Senang. Atau semacamnya.

Tapi ia tidak. Aiden tak pernah bisa merasakan perasaan perasaan yang ia pelajari. Meskipun ia merasa ada yang hilang, meskipun ia merasa ada yang salah, Aiden tak pernah benar benar tahu apa yang ia rasakan dan apa yang ia inginkan. Karena itu mungkin memang lebih baik Algra kembali pada kakak kakaknya saja. Orang sepertinya memang masih bisa bergaul dan bersosialisasi di masyarakat, tapi terlalu tinggi baginya untuk berharap ada orang yang akan benar benar ada di sisinya. Selamanya.

Papa bisa menebak kemana dan apa yang di lakukan kedua anaknya saat langsung beranjak ketika makan malam selesai tadi. Aaron pasti ke kamar, menyumpal telinga dengan musik dan bermalas malasan di balik selimut sambil membaca komik atau bermain game di ponselnya. Sedangkan Aileen pasti tak jauh beda, namun alih alih game ia pasti maraton drama korea yang belakangan di gandrungi bukan hanya anak muda tapi juga semua kalangan.

THE FAMILY I (HATED) LOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang