THE SEPARATE BROTHER AND THE PEOPLE AROUND THEM

71 10 0
                                    

MEREKA BERANTEM LAGI?” bisikan bisikan itu memenuhi suasana ruangan kantor yang dipenuhi beberapa orang dengan sekat pada setiap mejanya itu.

“Kayaknya begitu.”

“Kali ini kenapa?”

“Mana kutahu. Tapi kayaknya gara gara cemburu. Habis liat postingannya tempo hari dia mulai uring uringan.”

“Cemburu? Emang mereka udah jadian?”

Yang menjadi bahan ghibah itu adalah dua orang yang duduk berseberangan dalam satu baris meja. Sangat memungkinkan untuk saling memandang, namun keduanya sama sama menghindari kontak mata satu sama lain. Sampai akhirnya salah satu dari mereka meletakkan buku catatan agak keras ke meja hingga menimbulkan suara yang menghentikan bisikan bisikan itu sesaat.

Aaron menghela nafas. Padahal baru juga kembali dari event luar kota, tapi suasana kantor malah membuat mood nya buruk. Tak lain dan tak bukan, penyebabnya adalah perempuan yang mejanya persis dihadapannya ini. Hanya terbataskan sekat setinggi setengah meter tersebut.

“Nggak usah banting banting kali. Garing itu matanya, karena disini nggak ada komikus cantik yang bisa di kecengin??” sindir perempuan itu. Namanya Shareen, sama sama editor di tempat Aaron bekerja yaitu sebuah situs yang menerbitkan sekaligus menerjemahkan komik daring dan mempublikasikannya secara online. Aaron menjabat sebagai editor sekaligus translator untuk manhwa atau serial komik korea, sedangkan Shareen adalah senior editor karena sudah bekerja disini sedikit lebih lama darinya. Walau usia Shareen hanya lebih tua satu tahun dari Aaron.

“Sebenarnya enggak, cuman karena kamu yang ada di depanku entah kenapa mataku jadi cepet pedes aja.”

“Maksudmu aku cabe cabean??”

“Ups.”

Shareen hampir saja meledak kalau tak ingat bahwa ini masih di lingkungan kerja. Sejak masih mahasiswa, ia sudah magang disini. Dan karena pekerjaannya bagus, ia langsung di rekrut begitu lulus. Shareen khusus menghandle dan menyaring komik online dalam negeri yang masuk, memilih mana yang pantas untuk diterbitkan secara official, juga bertanggung jawab untuk membantu editing seperti editor lainnya. Ini tahun ketiga Aaron bekerja disini, namun juniornya itu mudah sekali membuatnya terpancing dan kesal.

Herannya, Shareen paling sering kesal karena wajah dingin dan cool pemuda itu mudah sekali menarik perhatian perempuan lain. Cih.

Aaron sendiri sebenarnya juga bukan kesal pada Shareen tanpa sebab. Malam setelah dia pulang dari event luar kota itu—event yang diadakan untuk beberapa komikus menyapa penggemar mereka, anggap saja seperti fan meeting—Shareen malah mengiriminya pesan dengan kata kata judes dan sindiran sindiran yang Aaron sendiri tak paham apa maksudnya. Waktu di tanya baik baik, malah semakin nge—gas.

Dasar cewek, batin Aaron.

Padahal, dari kacamata pengamat alias rekan kerja mereka, jelas sekali kenapa Shareen uring uringan. Di hari terakhir event, Aaron memposting fotonya bersama para komikus perempuan yang hadir. Dan tentu saja karena itu foto selfie, maka mereka semua harus merapat supaya bisa masuk dalam kamera. Padahal sudah jelas selama ini hubungan mereka kelewat dekat dari sekedar rekan kerja. Tapi Aaron yang super duper tidak peka malah tidak menyadari itu.

Denting ponselnya membuat perhatian Aaron teralih sesaat. Ia menghentikan pekerjaan sejenak untuk memeriksa pesan masuk yang ternyata dari Aileen. Mengirim fotonya bersama teman temannya. Diikuti caption, Kak, aku pulang agak telat ya. Udah bilang mama, mau jalan jalan dulu sama mereka. Tapi nanti jemput ya, hehe :v

THE FAMILY I (HATED) LOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang