Enjoy this Part and Happy Reading!!
Don't forget Vote and Commentnya yak!!
😊😊😊😊*************
Draco dan keluarganya baru saja sampai di Hogwarts. Mereka bergegas menuju Hospital Wings.
"Hapus air mata mu, sweetheart. Kau pasti tak ingin orang lain khawatir terutama para jagoan kita." Ucap Draco lembut.
Hermione menuruti ucapan Draco karena tidak ingin membuat khawatir orang-orang di sekitarnya.
"Hermione! Draco!" Teriak seseorang dari arah belakang mereka.
Para Malfoy pun menoleh melihat siapa yang memanggil mereka semua. Ternyata Para Weasley yang memanggil. Terlihat wajah para wanita yang sembab seperti habis menangis.
"Bagaimana perlindungan Hogwarts bisa ditembus oleh orang luar, Potter?" Tanya Draco.
"Oh itu jelas karena Hogwarts tidak sebagus Durmstrang pasti nya!" Sifat sombong khas Malfoy nya pun Lucius keluarkan.
"Aw Cissy!" Erang Lucius mendapati pinggangnya di sikut sang istri.
"Hilangkan keidiotanmu Lucius." Bisik Narcissa.
"Yang terpenting adalah siapa yang melakukan itu." Ucap Bill yang baru saja datang bergabung. Semua orang menoleh pada si sulung Weasley.
"Aku yakin itu pasti orang dari dalam Hogwarts sendiri." Timpal Fred.
"Zabini!" Panggil Draco pada Steven yang tengah melintas. Si empunya pun menoleh mencari si pemanggil yang ternyata adalah ayah baptisnya.
"Ada apa, Uncle?"
"Apa kau di lapangan saat itu?" Tanya Draco.
"Well, sebenarnya tidak, karena itu adalah latihan Quidditch Asrama Gryffindor dengan Hufflepuff bukan asramaku Slytherin. Tapi saat aku akan ke perpustakaan, Profesor McGonagall memanggil ku untuk nengikutinya ke lapangan Quidditch. Saat sampai disana hampir semua pemain sudah terjatuh dan ada yang pingsan entah karena apa. Aku membantu James yang kakinya kurasa patah mungkin tergelincir dari sapu. Lalu setelah dari Hospital Wings, aku mencari Hugo dan Alex. Dan 20 menit yang lalu Dad baru saja datang dan menemui Profesor Dumbledore." Jelas Steven.
"Kita harus menengok Jammy dan Lily sekarang Harry!" Tangis Ginny kembali.
"Baiklah terimakasih informasimu, man." Ucap Ron.
Lalu Draco menyerahkan satu kantong galleon kepada anak baptisnya itu, "Kau bisa pesta dengan teman-temanmu!"
"Thanks aunty Mione telah memberikan ku ayah baptis sepertinya." Hermione hanya bisa tersenyum melihat kelakuan sahabat anak nya itu.
Mereka semua bergegas menuju Hospital Wings. Sesampainya disana, mereka semua menghampiri ranjang anak masing-masing. Draco dan Hermione diikuti Lucius dan Narcissa menghampiri Alex yang berdiri bersama Albus diantara ranjang James dan Lily.
"Mom! Dad!" Seru Alex.
Hermione segera memeluk putra bungsunya penuh kasih. Draco pun ikut memeluk putra nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMIONE || The Darkness Of War Is Inevitable
FanfictionThe next generation of Harry Potter Setelah runtuhnya rezim Voldemort, kehidupan kembali seperti semula yang aman dan damai. Tiada perbedaan status darah ataupun permusuhan antara asrama Gryffindor dan Slytherin. Mereka melanjutkan kehidupan masing...