Ketidak adilan dalam hidup sering kali terjadi. Atau barangkali, kita sendiri yang menuntut akan keadilan itu sendiri.Bagi Rika, bertemu dengan ayahnya adalah hal yang menggembirakan. Ia bisa mengakui pada dunia bahwa ia mempunyai seorang ayah, tidak seperti apa yang teman-temannya ucapkan. Kedatangan ayah bagai angin segar untuknya, tapi tidak untuk ibunya.
Sedangkan bagi Raka, ketidaktahuannya akan sesuatu yang terjadi antara dua orang dewasa yang ia sebut sebagai ayah dan bunda membuatnya bertanya-tanya, siapakah gadis kecil yang dibawa oleh Ayah kerumah yang beliau sebut sebagai adiknya?
Adik?
Bukankah seorang adik terlahir dari perut bundanya? Tapi setahu Raka, Bunda belum hamil lagi setelah insiden keguguran waktu itu.
Lalu siapa bocah yang ayah sebut sebagai adiknya itu?
Darimana asal adik yang ayah bawa?
Sedangkan dia anak tunggal disini!
"Nisa, tolong terima Rika seperti putrimu sendiri," ucap Bagas pada istrinya, ia tahu kepulangannya kali ini membawa sejuta luka dihati Nisa.
Air mata kesedihan itu membasahi wajah Nisa. Rasanya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Bayangkan saja, hal yang tidak pernah ia pikirkan dalam hidupnya sekarang berada di depan matanya sendiri.
Suaminya selingkuh.
Suami yang ia cintai telah berkhianat.
Dan pengkhianatan itu sudah membuahkan hasil.
Anak bernama Rika, hasil dari perselingkuhannya dengan entah siapa perempuan itu, berada dihadapan matanya.
Bayangkan saja, seberapa sakit perasaan yang harus dia tanggung. Rasanya, Nisa ingin bumi menenggelamkannya saja daripada ia harus menerima kenyataan pahit ini.
"Ke-kenapa, Mas?" Getaran dari suaranya tidak bisa ia tahan. Rasa sakit itu seakan mencongkol di tenggorokannya.
Bagas menunduk dalam, rasa bersalahnya tidak bisa mengubah waktu.
Semua memang kesalahannya. Seharusnya dia tidak jatuh cinta lagi....
"Maaf..." hanya kata itu yang keluar dari bibir Bagas. Ia tahu dirinya bersalah, dan maafnya memang tidak akan bisa menyembuhkan luka yang sudah sengaja ia torehkan pada wanita yang dia cintai. Tapi, mau bagaimana lagi? Dia bersalah, dan harus bertanggung jawab akan perbuatannya.
Nisa tergugu dalam tangisnya, membekap mulut dengan kedua tangannya.
Sesak.
Rasanya sakit sekali. Dadanya seperti dihantam oleh ribuan beton yang tak kasat mata.
Ditatapnya gadis kecil yang tidak berdosa itu dengan matanya yang berlinang.
Wajahnya ayu, memiliki kulit putih yang didapat dari gen suaminya, bentuk bibir dan hidungnya pun sama.. hanya mata saja tidak mewarisi dari sang suami.
Apa mata itu milik perempuan yang membuat suaminya jatuh hati?
Ya Tuhan, air mata deras mengaliri wajah Nisa kali ini.
Mata itu indah sekali, ia mengakui. Apakah itu yang membuat suaminya lupa jika dia sudah memiliki keluarga?
Nisa beralih pada Raka, putranya... anak semata wayangnya itu nampak bingung dengan keadaan disekitarnya. Mungkin lebih tepatnya, tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.
"Raka..." Nisa memanggil putranya yang langsung menoleh.
"Iya, Bun," sahut Raka.
"Kamu ajak dia ke atas ya..."
"Ke atas kemana, Bun?" Rumahnya bukan rumah yang begitu besar hingga mempunyai banyak kamar. Diatas, hanya ada kamarnya, kamar calon adiknya yang berakhir menjadi kamar tamu, serta kamar ayah dan bunda. Jadi Raka merasa bingung harus membawa kemana gadis kecil itu.
"Ke kamar tamu, Ka..," Bagas menjawab kebingungan putranya. Kemudian beralin menatap putrinya. "Rika ikut keatas ya, tasnya biar disini aja. Nanti Mas Raka akan tunjukan kamarnya..."
Rika mengangguk patuh meski melihat betapa enggan Raka berjalan meninggalkan ruang tamu, Rika tetap mengekori dibelakang tubuh cowok itu.
Hal yang membuat Rika takjub adalah ketika ia menaiki satu undakan tangga sambil berseru takjub karena ia baru tahu kalau rumah ayahnya besar.
Mungkin hanya menurutnya saja, karena ia sendiri tinggal dirumah yang kecil bersama ibunya dikampung.
"Ini kamar kamu..." Rika dibuat kaget dengan suara Raka, kemudian mengangguk sambil berjalan memasuki kamar yang sudah dibuka pintunya oleh kakaknya.
"Makasih, Mas..."
"Iya," jawab Raka dengan acuh. "Yaudah kamu istirahat dulu. Kamarku ada disebelah kamar kamu. Kalo ada apa-apa, kamu bisa ketuk pintunya..."
"Iya, Mas..."
Kemudian Raka berlalu, meninggalkan decak kagum Rika ketika gadis itu melemparkan tubuhnya sendiri pada ranjang empuk dikamar tersebut.
Ibu benar, ayah akan memberi apa yang dia inginkan.
Tapi, hati Rika terasa kosong, kenapa Ibu tidak ikut bersamanya dan tinggal dengannya disini?
***
Prolog aja dulu, siapa tahu banyak yang tertarik... kalo banyak yg suka aku garap lebih cepet.
Kira-kira sepenasaran apa ya kalian...
Thank you buat yg mau mampir 😚😚😚
Vote dan komennya di tunggu😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Disaster
RomanceHatinya di patahkan. Cintanya di hancurkan. Dunia Nisa seakan runtuh saat itu juga begitu tahu kalau suami yang ia cintai ternyata berkhianat. Pria itu sudah menikah, dengan perempuan yang entah siapa?! Bahkan suaminya tega membawa anak perempuan...