Bab 1

16K 1K 84
                                    


Sepeninggal anak-anak membuat keduanya terdiam, Bagas dengan perasaan bersalahnya, sedangkan Nisa dengan rasa marah, kecewa dan lukanya.

Nisa tidak tahu harus bicara apa, meminta penjelasan kah? Karena yang ia lakukan hanya menangis dan menangis.

Bagas berhasil merobek perasaannya serta meninggalkan luka yang menganga lebar. Bisakah dia hidup dengan cara seperti itu?

"Kenapa kamu membawanya kesini?" Nisa tidak mengerti kenapa Bagas dengan tega membawa anak dari perempuan lain kerumah ini.

Bagas menatap istrinya, linangan air mata membasahi pipi wanita itu. Tangan Bagas berniat menghapus air mata Nisa, namun ditepis oleh istrinya.

"Jawab Mas! Kenapa?"

Kenapa?

Bagas tersenyum lembut. Senyum yang berhasil menyayat hati Nisa.

"Dia anakku, Bun... putriku. Aku mau dia juga mendapatkan apa yang didapatkan oleh Raka."

Nisa memejamkan matanya, menikmati tikaman belati tajam dihatinya.

Jadi, perempuan itu menuntut keadilan setelah berhasil mengoyak hati dan perasaannya?
Ketika mata Nisa terbuka, wanita itu melihat kilatan rasa bersalah dari sang suami.

"Aku yang menginginkan dia disini, bukan Sekar...."

"Sekar..." Nisa mengulang nama itu dari bibirnya, dan rasa sakit kembali menyerbu perasaannya. "Jadi nama wanita itu Sekar?"

Bagas mengangguk dengan tatapan bersalah.

"Maafin aku, Bun... Maaf..."

Nisa kembali terisak karena lagi lagi rasanya dia tidak kuat.

Tidak. Kata maaf saja tidak cukup menghapus lukanya. Kata maaf saja tidak cukup mengembalikan waktu.

"Aku mohon, rawat Rika seperti kamu merawat Raka. Aku tahu, permintaan ini cukup tidak tahu diri buat dilakukan olehku, tapi Bun... Rika itu putriku, darah dagingku. Kumohon..."

Nisa menggeleng lemah. Tidak bisa... ia tidak akan bisa melakukannya. Itu sama saja ia menyakiti dirinya sendiri.

"Aku nggak bisa, Mas! Aku nggak bisa..." Nisa menjawab dengan kelu. Ia tidak bisa menjanjikan sebuah hal yang tentu tidak bisa ia lakukan.

"Tapi, Bun..."

"Belajar tahu diri, Mas... Rika memang putrimu, tapi bukan anakku. Seharusnya, kamu memikirkan ini sebelum membawanya kemari. Apa kamu memikirkan perasaanku dan Raka? Apa kamu sudah mempertimbangkan semuanya?"

Bagas tahu,  salah jika mengambil jalan ini. Tapi mau bagaimana lagi? Dia memiliki tanggung jawab atas putrinya. Rika mempunyai hak atas tanggung jawab ayahnya, kebahagiaan Rika sudah menjadi tanggung jawab Bagas meski ia juga harus mengorbankan hal lainnya.

Ia pun memikirkan Raka dan Nisa. Mereka berdua juga sama berharganya, tapi demi sebuah keadilan, Bagas siap menerima konsekuensi atas apa yang sudah ia lakukan. Keputusannya untuk menikahi Sekar tujuh tahun yang lalu harus membuatnya bersikap adil. Selama ini, Sekar menjadi wanita yang ia sembunyikan statusnya, ia sembunyikan keberadaannya, bahkan sempat ia abaikan demi kebaikan bersama, sekarang salahkah jika dia mengambil keputusan membawa Rika kesini demi sebuah kata adil?

"Aku tahu kalau aku bersalah, Bun... tapi, waktu tidak bisa diputar ulang sedangkan aku harus bertanggung jawab pada kalian. Aku ingin semuanya adil..."

"Adil buat mereka tapi nggak buat kita, Mas. Kamu sudah menancapkan duri pada rumah tangga kita, dan kamu sudah membuat luka untuk anak-anak. Apa saat kamu memutuskan untuk menikahi wanita itu, kamu sudah berpikir sejauh ini? Pasti belum... karena yang aku yakini, kamu hanya sedang merasakan bunga-bunga asmara diantara kalian!"

Wedding DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang