Bab 2

12.7K 876 75
                                    


Kesedihan Nisa sama sekali tidak reda, apalagi setiap kali melihat wajah Rika---ia selalu terbayang betapa cantik perempuan simapanan suaminya itu. Rasa sakitnya pun kian bertambah jika membayangkan bagaimana sang suami menatap dengan ekspresi memuja pada wanita yang bernama Sekar.

Nisa tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ia suatu hari bertemu dengan Sekar. Diberitahu keberadaan Rika saja, hati Nisa sudah hancur berkeping-keping. Bagaimana jika ia harus berhadapan langsung dengan wanita lain pujaan suaminya?

Siang itu, Bagas pulang untuk makan siang setelah memantau toko meterialnya, pria itu memutuskan untuk pulang karena ia sekarang memiliki anak perempuan yang ditinggal bersama istrinya dirumah. Bagas tahu jika Nisa belum menerima keberadaan Rika dirumah mereka.

"Rika mana, Bun?"

"Dikamar," jawab Nisa ketus. "Tumben kamu pulang? Biasanya makan siang diluar..."

Bagas tersenyum. "Aku inget Rika... jadi aku pulang. Mau makan siang bareng. Raka sekolah kan, besok kita urus berkas-berkas buat masukin Rika ke Sekolah..."

Rasa lapar Nisa menguap seketika.  Ia kehilangan selera makannya saat itu juga.

"Jadi kamu pulang karena anak itu?"

Bagas mengangguk. "Namanya Rika, Bun... dia anakmu juga."

"Dia bukan anakku, Mas! Dia anakmu!" Nisa setengah berteriak, kegiatannya yang sedang menata makanan diatas meja terhenti. "Berhenti bilang kalau dia anakku, dia anakmu dengan selingkuhanmu. Jelas-jelas dia bukan anakku!"

"Oke... oke, maaf. Tapi tolong jangan berteriak. Nanti Rika dengar..."

"Biarin aja dia dengar, memangnya kenapa? Bukannya dia memang anak dari perempuan simpanan kamu kan?!" Nisa geram, kenapa Bagas tidak mengerti akan posisinya sekarang.

"Ayah..." panggilan Rika menghentikan perdebatan antara mereka berdua. Gadis kecil itu sudah berdiri di undakan tangga terakhir. "Ayah udah pulang?" Tanyanya dengan antusias, karena Rika merasa kesepian dirumah itu.

Bagas berusaha mengulas senyum. "Iya, sini nak... kita makan siang bareng!" Sambut Bagas pada putrinya dengan lembut.

Sedangkan Nisa mendengkus sebal ketika Rika terlihat berjalan mendekati meja makan dan memilih duduk disamping ayahnya.

"Rika dikamar ngapain aja? Nggak keluar kamar buat mainan sama Bunda?"

Rika menggeleng. Sekilas gadis itu melirik Nisa yang terlihat ketus saat menyendokkan nasi ke piring untuk Bagas. Nisa terlihat tidak menyukai keberadaannya disini, meski pagi tadi usai kepergian ayahnya, Rika sempat bertanya tentang banyak hal yang dijawab dengan ketus dan bernada enggan, membuat Rika menyadari bahwa perempuan yang di sebut Bunda olehnya tidak menyukai Rika berada disini.

"Rika mewarnai buku gambar yang dibelikan Ibu, Yah... jadi Rika main dikamar aja sendirian."

"Ohh, kalau begitu, besok ayah belikan lagi buku mewarnai. Sebelum kamu masuk sekolah, Rika habiskan waktu mewarnai saja ya.."

"Oke, Yah..."

"Ayo sekarang makan, ayah udah laper..."

***

Usai makan siang, Bagas sempat menemani putrinya bermain sebentar agar membuat Rika merasa betah tinggal dirumahnya. Menonton tv tentu bukan hal yang buruk sambil memakan buah potong yang disediakan oleh asisten dirumahnya itu. Nisa membantu membereskan sisa mereka makan, sambil terus melirik ke ruang tengah yang di isi oleh canda dan tawa antara anak dan ayah itu.

Deru mesin mobil yang berhenti didepan rumah membuat Nisa menghentikan kegiatannya dan melihat siapa gerangan yang datang.

"Assalamualaikum..." sapa wanita paruh baya yang baru saja turun dari mobil itu.

Wedding DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang