[four - go]

406 85 5
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari yang paling Seonghwa ingin lewati telah datang. Hari dimana Hongjoong diperbolehkan membuka perbannya dan pergi jauh meninggalkan mereka.

Hari itu juga, Seonghwa mengurung dirinya di kamarnya, ia tidak ingin melihat Hongjoong pergi—ia tidak ingin melihat malaikat kecilnya pergi.

Ia berpikir bahwa waktu telah baik memberinya satu bulan penuh untuk menjadi lebih dekat kepada Hongjoong, dan dirinya bersyukur sekali akan kebaikannya. Walau ia berharap waktu berhenti dan memberinya sedikit lagi untuk mengucapkan selamat tinggal terakhirnya.

Semua hal pasti akan berakhir, pikirnya. Ia berusaha untuk membuka kunci dari kamarnya, tetapi setiap kali tangannya melayang diatas benda berwarna metalik itu, hatinya langsung menyuruh tangannya untuk balik—ia tidak tahan melihatnya pergi.


Hongjoong merasa ada sesuatu yang kurang ketika lambaian tangan untuknya diberikan. Ia kurang Seonghwa. Kemana perginya orang itu? Bukankah Seonghwa seharusnya ikut melambaikan tangan padanya? Bukankah Seonghwa yang paling perhatian padanya? Mengapa ia malah tidak ada?

Sang naga putih berusaha untuk menghilangkan pikirannya, dan jalan-jalan di sekitaran kastil. Ia terbang, dan menemukan apa yang terlihat seperti gua, lalu memasukinya, berpikir ini akan menjadi sarangnya sementara.

Ia menjalani semuanya secara autopilot, badannya bekerja sendiri dan hari-harinya ia jalani dengan blur.



Harinya terasa hambar, seperti di jaman-jaman ia sedang di rumah majikan lamanya itu. Ia mulai tersadar bahwa selama ini otaknya telah membungkam perasaannya, tetapi ia ingin mempelajarinya lagi satu persatu.



Yang pertama ia ingin pelajari adalah perasaannya pada Seonghwa. Selama sebulan terakhir ini, mereka telah menjadi 'teman', karena Hongjoong memercayainya jauh lebih banyak daripada memercayai yang lain di Sky Castle. Seonghwa telah menjadi satu-satunya orang yang telah ia percayai untuk mengetahui kebenaran tentang dirinya, tentang perasaan dan tentang bagaimana ia bisa begini. Nama yang diberikan Seonghwa juga telah seperti terikat di kepalanya, mungkin iya, dia tidak terlalu merespon ketika dipanggil namanya awal-awal, tetapi sekarang ia merasa bahwa nama itu telah menjadi bagian dari identitasnya dan satu-satunya bukti bahwa Seonghwa telah ada di kehidupannya.

Yang kedua adalah perasaan yang muncul ketika ia melihat Seonghwa senang. Ia ikut senang, tetapi di saat mata keduanya bertemu, Hongjoong merasa organ dalam perutnya itu membuat sebuah simpul ketat yang tidak bisa terbuka. Ia bingung apa yang telah ia rasakan, karena selama hidupnya baru pertama kali ini ia merasakan perasaan yang begitu kompleks dan rumit.

𝘀𝗲𝘁 𝗳𝗶𝗿𝗲 𝘁𝗼 𝘁𝗵𝗲 𝗿𝗮𝗶𝗻-𝗷𝗼𝗼𝗻𝗴𝗵𝘄𝗮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang