[eleven - intuition]

306 59 3
                                    


"Kakak yakin?" Tanya Yeosang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak yakin?" Tanya Yeosang. "Ya, aku yakin. Ayah tidak sebodoh itu membahayakan kerajaannya lagi." Balas Seonghwa. "Bagaimana kalau ini hanyalah sebuah permainan, kak? Siapa tahu ayahmu mau sesuatu," Ucapnya. Yeosang sangat tidak yakin kalau ayah Seonghwa dengan sebegitu gampangnya menyerahkan kerajaan yang lumayan kuat dan besar, Killeon, kepada anaknya yang sangat melawan tradisi.

"Hati-hati ya kak. Nanti aku akan pergi buntutin kalian bareng Jongho. Takutnya ayahmu menginginkan Hongjoong untuk dirinya sendiri. Perlu kuingatkan lagi tidak kalau sisik putih itu sangat langka?"

Mulut Seonghwa terbuka, ia tidak pernah kepikiran itu. Ayahnya memang sangat berubah setelah kejadian itu—dimana istrinya diambil oleh seekor naga, dan ia bersumpah melihat Seulgi dilempar dari ketinggian yang tidak memungkinkannya untuk selamat.

"I-iya deh, nanti a-aku coba pikirkan lagi."




Malam itu, Seonghwa, untuk keseberapa kalinya menghela nafas di balkon. Hongjoong juga lelah mendengarnya, walaupun dia agak ragu untuk menanyakan apa yang sedang ada di pikirannya. Kakinya ia seret ke arah Seonghwa, tetapi ia berhenti tepat satu langkah di belakangnya.

"Seongseongie?" Tanya Hongjoong, tangannya melayang diatas bahu Seonghwa.

"Hm?" Seonghwa bahkan tidak repot untuk menghadap Hongjoong.

"Lagi mikirin apa?" Tanyanya, walaupun ia bisa merasakan aura tidak enak menguar darinya.

"Ah, ngga." Ia membalas Hongjoong dengan sangat dingin.

"Ngga percaya aku, cepet ngomong." Hongjoong sudah berkacak pinggang, ia memang dari dulu selalu bisa mengetahui kalau seseorang menyembunyikan perasaannya. "Gimana kalau kamu kasih tahu masalahmu, nanti aku kasih tahu rahasiaku juga, deal?"

"Deal." Hongjoong lalu menempatkan dirinya di sebelah Seonghwa, bahu mereka saling bersentuhan di malam November yang dingin.


"A-aku cuman lagi kepikiran, kalau kejadian kemarin itu bohong semua. Kayak, gimana ya?" Seonghwa menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Ayah itu, memang sih dingin, tapi biasanya dia juga dingin sama aku, terus tiba-tiba baik gitu," Seonghwa menumpu dagunya dengan satu tangannya sambil menghela nafasnya dengan kasar.

"Hmm? Kamu percaya ngga, kalau perasaanku sama kayak kamu. Tentang King Chanyeol, karena aku tahu dia memang kurang peduli sama anaknya, walaupun sumber beritanya kurang kredibel sih," Hongjoong lalu berbisik: "Aku dengerin ibu-ibu gosipin keluarga kalian, katanya bapakmu terlalu patah hatinya sampai anak-anaknya ditinggalin gitu aja. Terus, aku juga ngerasa kalau dia berbohong soal semuanya, karena dari dulu aku memang bisa ngerasain orang bohong, gitu aja sih," Perlahan tangan Hongjoong merangkul pinggang lelaki di sebelahnya.

"Nah, sekarang tentang rahasiaku." Hongjoong menghadap ke Seonghwa, ia menarik nafasnya, dan mulai bercerita. "Kamu pernah denger gak sih, nama lainnya Light Fury? Selain 'The White Executioner' atau 'Fallen Angel'?" Seonghwa hanya menggeleng, kepalanya masih menghadap ke depan memandang hutan yang sudah gersang karena sebentar lagi musim dingin. "They call us 'Man's best companion'. Pendamping terbaik yang seorang akan temukan. Dan kalau jenis nagaku ini diperlakukan dengan layak, mereka akan setia. Tunduk pada satu alpha. Tunduk pada satu pemimpin-"

"-Kalau kamu?" Bisik Seonghwa.

"Aku...setia dan tunduk padamu, dan hanya padamu. Tidak pernah orang lain, dan tidak akan pernah orang lain."

"K-kalau aku mati?"

"Aku ikut mati bersamamu. Apalagi jika kita sudah bonding, dimana jiwa kita bersatu." Seonghwa tidak bisa berkata apa-apa, ia hanya terdiam dan melanjutkan nafasnya.

"Aku belum selesai sampai sini sih... karena tadi sebenarnya bukan alasan asli kita dibilang panggilan tadi. Kita dibilang Man's best companion karena sisik kita. Putih, tetapi kalau kau tuangi racun akan langsung berubah hitam. Lalu kami juga tahan dengan hampir semua racun yang manusia bisa buat, dan bisa mencium apa yang tidak terdeteksi dengan hidung manusia. Maka dari itu, dari dulu banyak sekali sisik Light Fury yang dijual karena kemampuan ini."

"Joong, boleh aku tanya sesuatu?"

"B-boleh,"

"Kalau dengan bonding, kita bisa saling telepati gak sih?"

"A-aku ngga tahu soal itu... tapi denger-denger sih, katanya cuman bisa ngirim sinyal, terus nanti bakal kelihatan kayak benang ngehubungin kita berdua, yang aku tahu itu aja sih," Ucap Hongjoong. 




"Dan biasanya melakukan ini sama aja dengan apa yang kalian manusia sebut dengan janji nikah," Bisiknya—Hongjoong berharap Seonghwa tidak mendengar apapun yang telah ia bisikkan di akhir.

"Tunggu, apa? Tadi kamu bilang apa?" Seonghwa sekarang memandangnya, dan matanya membulat memandang netra biru Hongjoong lekat-lekat. "A-aku b-bilang... me-melak-lakukan ini k-kayak man-manusia j-janji n-nikah," Cicitnya dengan malu.

Mata Seonghwa kini menyamping, dan hidungnya mengeluarkan helaan nafas yang panjang. "You know I love you, right?" Tanyanya, lalu mengecup dahi Hongjoong. "Good night angel." Dan ia meninggalkannya untuk masuk dan tidur.


Hongjoong mengikutinya masuk kembali, tetapi tidak mengira kalau Seonghwa akan menunggunya di ranjang dengan tangan terbuka.






"Let's do it tomorrow, Joongie?"

"Do what?"

"Bonding?"

"A-ah yeah sure,



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝘀𝗲𝘁 𝗳𝗶𝗿𝗲 𝘁𝗼 𝘁𝗵𝗲 𝗿𝗮𝗶𝗻-𝗷𝗼𝗼𝗻𝗴𝗵𝘄𝗮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang