chap 5

4.3K 425 20
                                    

Revisi : 11 / 04 / 2022
Happy reading 🥰

.
.
.

Bel tanda pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu, Saga sedari tadi menunggu sikembar yang biasanya menjemputnya kekelas selesai pembelajaran, tapi setelah dia menunggu sekitar 10 menit tidak ada tanda-tanda sikembar yang ingin menjemputnya padahal selama ini Varo dan Vano tidak pernah telat saat menjemputnya.

Saga yang lumayan lemas langsung beranjak dari bangkunya dan berjalan sendirian menuju keparkiran tempat biasa mereka berkumpul tapi saat ia sampai diparkiran Saga tak melihat adanya mobil sang kakak.

Saga yang melihat itu langsung mengambil ponselnya dan hendak menghubungi sang kakak.

Panggilan pertama ia tujukan ke Varo tapi tak diangkat, Saga mencoba menghubungi lagi tapi tetap tak diangkat kemudian Saga segera mencari kontak sang kakak, lebih tepatnya Vano tapi lagi-lagi sama seperti Varo panggilannya tak diangkat.

Saga mencoba menghubungi sahabatnya tapi sama tak ada salah satupun diantara mereka yang menjawab.

Saga menyepam kedua kakaknya menanyakan dimana keduanya berada tapi pesannya hanya dibaca tanpa ada tanda-tanda ingin dibalas.

Saga mendengus kesal ingin marah sampai kedua matanya berkaca-kaca karena kedua kakaknya tidak dapat dihubungi.

Saga takut sendiri ditambah keadaan langit yang petang seperti akan turun hujan deras menambah rasa takut Saga.

Saga tak tahan dingin, seluruh keluarganya juga tau akan itu. Sejenak Saga berpikir kenapa kakak dan sahabatnya berubah menjadi seperti sekarang.

Saga kemudian ingat kejadian dikantin tadi dan menyadari bahwa mereka marah padanya. Saga menunduk lesu dengan mata berkaca dan berjalan menuju halte.

Sesampainya dihalte Saga kembali membuka ponselnya hendak memesan taksi ataupun ojek online tapi ponselnya langsung mati, iya baterainya habis dan Saga baru menyadarinya, betapa bodohnya dia.

Saga akhirnya pasrah dan menunggu bus datang tapi tiba-tiba hujan langsung datang dengan deras disertai kilat yang menyambar.

Saga yang memang tidak kuat terhadap dingin dan takut dengan suara petir langsung meringkuk menutup kedua telinganya erat karena takut dan  menghalau suara yang ingin masuk kegendang telinganya sampai beberapa kilasan memori masuk keingatannya.

Saga takut kepada petir bukan tanpa sebab. Saga takut petir karena dulu saat masih berumur 9 tahun kedua orang tuanya bertengkar hebat. Mereka bertengar tepat didepan kamar saga sambil menyebut-nyebut nama Saga.

Mereka terus bertengkar sambil memecahkan benda yang berada disekitarnya tanpa mengetahui Saga mendengar semuanya dibalik pintu kamar itu.

Saga yang tadinya tidur terbangun akibat suara petir yang menggelegar ditambah suara vas bungan yang dilempar mengenai pintu kamar Saga hingga pecah.

Saga meringkuk kepojokan kamar sambil menutup erat telinganya dan kedua matanya dan bergumam kata maaf terus menerus tanpa mengetahui kesalahannya sampai sekarang.

Saga yang meringkuk dihalte itu terus bergumam kata maaf dengan tubuh yang semakin melemas dan pusing yang perlahan bertambah sakit hingga perlahan matanya tertutup dan berakhir dengan kegelapan.

Sagara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang