22. EPILOG[2]

3.4K 271 17
                                    


"Apa aku melakukan hal memalukan saat mabuk!?"

"Mungkin."

"Jeonghan jangan membuatku frustasi! Kau bisa memukulku jika aku melakukan hal bodoh saat mabuk!"

Jeonghan tertawa mendengar pekikan resah sahabatnya di seberang sana.

Jeonghan baru saja menyelesaikan kuliahnya. Tangannya masih cukup lincah merapikan buku-bukunya ke dalam loker, sementara tangan lain memegangi HP-nya.

"Kau tidak melakukan hal bodoh. Hanya bicara aneh saja."

"Bicara apa, hah!? Apa aku menyinggungmu? Menyinggung teman kita!? Senior?"

Jeonghan tidak mengatakannya. Jisoo semakin hilang kesabaran karena Jeonghan sangat licik untuk menutup mulut. Kalau mereka bertemu langsung, Jisoo sudah menarik narik tangannya dengan gemas karena ia perlu jawabannya.

"Lupakan saja. Ada yang lebih penting dari itu, Jisoo."

Jeonghan sebentar menjeda. Ia perlu keyakinan.

"....Aku mungkin akan menerima tawaran Seungcheol untuk tinggal bersama, malam ini juga."

Jisoo berteriak memekak di telinga Jeonghan. "Hah!? Kau serius!?"

"Mungkin sudah saatnya.."

"Apa ini karena malam kemarin?"

"Aku hanya perlu membuat kemajuan untuk hubungan kita. Seungcheol terlalu bersabar, dan ia tidak akan memaksaku sebelum aku yang memutuskannya."

Jisoo terdengar mendecih. "Pacarmu itu terlalu pengertian. Pantas saja seluruh mahluk hidup di dunia akan cemburu padamu."

Jeonghan tidak yakin. Cuman saat di ranjang saja laki-laki itu akan kehilangan 'rasa pengertian' nya.

"Hari ini kita tidak banyak aktivitas. Aku akan pergi jalan dengan teman kampusku habis ini. Kau?"

Jeonghan menghela napas. Pisah kampus benar-benar tidak terlalu bagus. Jisoo adalah sahabat baiknya, dan setiap hari menemaninya kemana pun seperti amplop dan perangko.

Kali ini, kegiatan mereka serba terpisah. Terkadang Jisoo punya kegiatannya sendiri, begitu juga Jeonghan. Jisoo punya temannya sendiri, begitu juga Jeonghan. Tapi mereka sebisa mungkin bertemu kalau ada waktu kosong bersama.

"Aku akan pergi ke cafe belajar bersama Dino. Dia memintaku mengajar teman-temannya.. Ini sudah bulan ujian."

"Ada Jihye juga?"

Jeonghan tertawa. "Bahkan Dino memintaku untuk tidak bilang Jihye. Pasti nanti dia tidak fokus belajar kalau ada Jihye."

"Aku tahu. Kalian bahkan bisa kalah romantis dari mereka."

Mereka pun akhirnya mengakhiri percakapan telepon mereka. Jeonghan memandangi HP-nya, dan menatap balasan pesan dari Seungcheol. Ia serius mengatakan sesampainya di kantor, ia akan langsung memberi kabar. Pesan masuknya sangat manis, ia bahkan membubuhkan foto angkasa dan kata-kata bualan 'Sejernih matamu'.

Jeonghan mencibir, seperti inikah calon suaminya? Sungguh menyebalkan, tapi ia suka.

**

"Selamat datang~"

Pria itu datang dengan sumringah resmi dan menjabat tangan orang-orang penting disana. Pria itu tampak bermartabat, lebih menonjol meski dikelilingi asisten-asistennya yang berbadan besar.

Hyunho datang, menjadi yang terakhir menyambut karena ia baru saja datang dari ruangannya. Jika disandingkan, dua pria ini seperti dua sosok giok rupawan bernilai jutaan won. Pertemuan mereka menghasilkan duit bergelimangan.

IN SETTING ; JC [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang