**maaf telah menunggu lama
**sebagai gantinya saya buat chap ini lebih panjang dari chap sebelumnya!
**selamat menikmati!
<3 <3 <3
Jeonghan menerima telepon dari 'sahabat' lamanya. Dari suara dalam yang terdengar menyebalkan, langsung bisa ditebak siapa pemilik suara tersebut. Meskipun sudah beberapa bulan lamanya komunikasi di antara mereka terputus, tampaknya kali ini orang di seberang sana bisa menemukan Jeonghan kembali.
Sial. Berkali-kali Jeonghan beralasan untuk mengganti nomor kontaknya, pria ini tidak akan melepasnya. Ia bisa-bisa kehabisan uang tabungan hanya untuk mengganti kartu nomornya saja.
"Memangnya dengan kau mengganti nomor kontakmu, aku akan kehilangan jejakmu? Kau masih di sekolah yang sama, Nak. Aku bisa bertanya dengan beberapa temanmu." Suaranya bergemerisik, seperti sedang duduk di luar halaman yang sedang berangin.
Jeonghan mengigit kukunya dengan gusar. Memang cara seperti itu sangat klise untuk bisa melarikan diri dari penelpon ini. Jeonghan tidak pernah berniat kabur, hanya saja ia sangat kesal dengan perlakuannya yang menjengkelkan.
Penelpon itu adalah penagih hutang bernama Song Sinjae. Ayah kandungnya pergi meninggalkan Jeonghan dengan sebuah hutang besar. Sialnya, Ibunya Jeonghan belum tahu. Hanya Jeonghan yang berhak tahu karena ia tak mau semakin mempersulit ibunya.
Ia sering diteror telepon oleh Sinjae. Tidak hanya itu, Sinjae memiliki ketertarikan pada Jeonghan, untuk 'bekerja' dengannya. Jeonghan berkali-kali menolak tawaran yang sama. Maka itulah untuk bisa fokus dengan kerjanya dan sekolah, ia sering mengganti nomor kontak. Ia tak peduli kalau Sinjae menemukan dia pada akhirnya.
Sinjae bisa saja menagih langsung, meneror langsung ke apartemennya atau sekolah. Tapi mereka memiliki kesepakatan unik yang membuat mereka masih bisa membuat jarak hingga saat ini.
Jeonghan berjanji akan melunasi hutangnya sampai batas dia lulus sekolah. Jika sampai ia lulus nanti belum bisa lunas, ia akan bekerja pada Sinjae (yang menurutnya tak akan pernah terjadi). Dan juga Sinjae tidak boleh bertemu langsung dengan Jeonghan sebagai alasan bahwa Alpha dominan sepertinya dilarang berkontak dekat dengan Omega sepertinya, atau ia akan laporkan ke polisi.
Perjanjian itu masih tetap dipegang dari awal ia masuk sekolah lamanya di kampung halaman, hingga saat ini setelah ia pindah ke Seoul. Sinjae selalu dimana-mana, menghubunginya, bahkan tahu dimana Jeonghan menapak. Mengawasinya dari jarak jauh tanpa lelah selama lebih dari 5 tahun. Hanya bermodalkan nomor telepon mereka tetap berkoneksi.
Jeonghan sendiri mengakui bahwa telah menabung cukup banyak selama 5 tahun tersebut. Ia berkali-kali mengambil pekerjaan apapun. Asalkan pekerjaan itu menerima omega sepertinya.
Semakin banyak pengalaman kerja, maka status omeganya tidak menjadi kelemahan di mata pengusaha manapun. Itulah kenapa ia pindah ke Seoul, meninggalkan Ibunya, barangkali ia mendapat lebih banyak keberuntungan di Kota.
Hanya beberapa bulan sampai akhir tahun masa SMA-nya, dan setiap lembar uang yang ia dapatkan dari kerja keras harus terus terkumpul.
"Lalu kau mau apa sekarang? Apa kau masih ingin menerorku dengan kata-kata manis untuk ikut pada pekerjaan bejatmu itu?"
"Oh, tidak kali ini. Mungkin nanti menjelang tahun akhirmu. Aku setidaknya ingin tahu keadaanmu. Kalau kau menjauh begitu, aku jadi khawatir."
Jeonghan merasa mual dengan ucapannya yang makin hari makin mengikir urat malunya. Dengan desah panjang, kemudian ia pun mendengus. "Aku baik saja. Aku ingin tidur. Besok aku sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
IN SETTING ; JC [√]
Fanfiction[SEVENTEEN's FF : Omegaverse Ver] ** Di dunia ini, omega - alpha - dan beta saja tidak cukup. Dunia ini lebih kompleks dari itu. Lebih banyak derita dan cerita dengan settingan gila dan tidak dapat diekspektasi. Contohnya saja ketika omega dan alph...