6: "Jadi, aku sudah tahu apa yang terbaik untuk kita."

3.5K 410 30
                                    

Laptop tetiba error.. susah ngedit. 

Have fun!

**

Jeonghan melamun.

Setiap kali ada waktu senggang tanpa seorang pelanggan datang, ia akan melamun mengamati jam dinding yang jarumnya hanya berputar seperti biasa. Ia tidak menanti kepulangannya, atau apapun. Ia hanya merasa kosong waktu-waktu ini.

Kepalanya penuh dengan ucapan Seungcheol. Pemuda itu mengatakan hal yang tak terduga. Fated Pair jadi sebuah kata ulangan yang terserap sempuna dalam sel-sel ingatannya.

Ia penasaran. Kalau ia ingat lagi, tidak ada penjelasan lanjutan setelah ucapannya "Kau adalah fated pairku" yang diutarakannya. Seungcheol berusaha mendekatinya, entah untuk menyiksanya lagi akibat feromon sialannya, atau justru melakukan sesuatu yang lebih dari itu. Maka Jeonghan cuman melarikan diri, seperti orang yang baru ketemu Hantu.

Jeonghan hanya melamun lama, kemudian kepalanya pening lagi. Ia sedang mempertimbangkan beberapa alasan yang mendasari ucapan omong kosongnya itu muncul.

Kalau dipikir-pikir, Hantu? Kenapa Jeonghan dipanggil Hwayul oleh Seungcheol? Ia juga belum tahu soal itu.

Karena banyak pertanyaan yang tak terjawab itulah, ia jadi bengong beberapa saat. Sampai lamunannya dicairkan oleh seseorang yang melambaikan tangan ke depan wajahnya.

"AH! Selamat datang! Pesan apa!?"

Perlakuan refleknya tersebut, membuat si pelanggan di hadapannya tertawa. Jeonghan tersadar kalau tawa itu tidak asing, dan benar saja. Saat ia lihat wajahnya, wajah Mingyu yang sedang asik menertawakannya. Jeonghan jadi malu sendiri.

"Aku pesan teh camomile biasa, yang spesial untuk istriku."

Jeonghan tersenyum canggung. Setelah kejadian kemarin, ia jadi sulit mengendalikan sikap profesionalitasnya di depan Mingyu. "Tentu saja. Biar saya catat." Jeonghan dengan cakap mengetik pesanannya. "Ada lagi?"

"Juga cappucino.."

2 pesanan pun dibuat oleh Jeonghan. Setelah selesai meracik, ia pun langsung memberikannya pada Mingyu.

"Ini pesanannya."

"Terima kasih."

Jeonghan kira, itu adalah akhir percakapan mereka. Ia terlalu canggung untuk melemparkan pertanyaan soal keadaan Wonwoo, karena ia kira itu termasuk hal pribadi untuk ditanyakan pada seorang pelanggan.

Namun, tahu-tahu Mingyu menyodorkan segelas cappucino yang ia pesan ke arah Jeonghan.

"Eh? Mingyu-ssi? Apa ada yang kurang?"

Mingyu menggeleng. "Bukan. Aku ingin bicara denganmu. Kapan kau istirahat?"

Jeonghan bingung, tapi tak bisa menolak ajakan Mingyu apalagi setelah kejadian kemarin. Masih ada beberapa hal yang perlu ia tahu, maka ia mengangguk menerima ajakan tersebut.

"Sebentar lagi, Mingyu-ssi."

**

"Maaf kalau aku menganggu jam istirahatmu."

Mingyu duduk di seberang bangku Jeonghan. Mereka memilih untuk duduk di bangku pekarangan luar, melihat keramaian di bawah mentari yang tak terlalu terik dan di samping kebun kecil buatan yang asri.

"Ah tak apa. Justru aku yang harusnya minta maaf karena sampai ditraktir begini. Nanti saya ganti."

"Tidak usah. Rasanya ucapan terima kasih setelah kejadian kemarin masih belum cukup untukku."

IN SETTING ; JC [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang