Extra 1 : Dukyeom Jisoo

2.7K 136 8
                                    

POV campuran. 

Cerita ini lanjutan dari confessing di chapter 21. Dibagi 2 part (tapi masih 1 chapter)

---------------------------------------

Part 1.

-Jisoo-

"Aku menyukaimu... tidak sebagai teman... atau pun keluarga..."

Malam itu terngiang terus di kepalaku. Saat-saat yang tak disangka membuat napsu makanku seketika hilang.

Dukyeom menyatakan suka. Suka sama dengan cinta. Perutku mendadak mual, dan aku ingin muntah saat itu. Menghancurkan moment dalam sekejap mata. Dukyeom memapahku dan mengantarku pulang, tak ada satu pun kata keluar untuk melanjutkan dialog kami. Ia total abai, aku total mengabaikan dengan berpura pura tidur di samping jendela mobil.

Itu sebuah kesalahan. Jisoo melakukan kesalahan.

Aku masih tergeletak di atas tidur untuk memikirkan kesalahan itu. Aku sedang fokus mengutuk dan menghina diri sendiri sambil merapatkan bantal di atas kepala.

Jisoo sangat bodoh!

"Jisoo!"

Aku segera melompat dari ranjang. "Iya, Ayah!?"

"Sarapan dulu."

Aku gegabah merapihkan diri sebentar saja. Baju polos dan celana piyama bergambar bendera amerika. Ini celana kesayanganku, jadi jarang kupakai. Hadiah kepulangan Papah Alphaku saat kerja di Amerika. Ya dia semacam manajer elit tapi senang hidup sederhana dengan Ayah. Setiap kali melihat bendera Amerika, aku jadi teringat kisah romansa orang tuaku saja.

Tapi karena kejadian tidak mengenakkan malam itu yang membuatku teledor memilih celana tidur. Celana kesayangan ini mungkin bisa memberiku sedikit kenyamanan.

"Pagi, Ayah. Pagi, Papa."

Papa sedang membaca koran dan meminum kopi panasnya. Ia tersenyum menyapaku. Style Amerika sekali, bukan? Ayah baru selesai memasak omelet Jepang dan menaruhnya di atas meja. Aku segera duduk di bangku, dan memperhatikan semua menu. Mengaguminya dulu, baru memilih mana yang duluan aku santap. Kimchi selalu jadi hidangan pertama di atas piringku.

"Selama liburan ini, kau mau jalan-jalan kemana?" Papa mengajak ngobrol. Aku terlalu lapar karena malam kemarin aku begadang menonton drama, jadi napsu makanku sangat besar pagi ini. "Jangan bilang kamu mau ngabisin drama minggu ini."

Aku tidak bisa menahan tawa. Selera humor Papa memang terbaik meski ekspresinya datar saja. Beliau ini termasuk tampan dengan ekspresi dingin. Tidak kalah dengan ketampanan ayahnya Seungcheol. Tapi Papa orang yang sangat rendah hati dan penyayang (juga bucin Ayah) serta pekerja keras. Papa tidak pernah mengeluh dan marah. Meski ekspresinya dingin, tapi cara bicaranya sangat hangat. Gentleman.

"Maunya sih begitu. Tapi Papa pasti protes." Aku mengambil teri ikan di depanku. "Mungkin aku rencana mau bantuin Ayah di Laundri. Persiapkan essay untuk beasiswa Universitas K."

"Jangan lupa janjimu dengan Kakakmu" Ayah berceletuk.

"Ah, ya. Jadi baby sitter Joseol saat Noona urusan ke Jepang!" aku menjawabnya dengan sumringah.

Papa menggeleng kepala. "Puteraku ini tidak asik sekali. Tumben sekali Jeonghan tidak mengajakmu jalan-jalan. Kalian berdua kan seperti perangko dan amplop. Apa dia sedang sibuk?"

Aku mengendik bahu. Menyeruput kuah kaldu dengan santainya. "Sibuk pacaran. Aku tidak mau ganggu Honeymoon Jeonghan."

Kopi Papa hampir saja menyembur keluar. Ups. Aku lupa. Papah belum tahu. Hanya Ayah yang tahu. Saat kisah Jeonghan dan Seungcheol tunangan berlangsung, Papa sedang punya proyek yang mengharuskan beliau berangkat ke cabang di Luar Negeri selama 2 minggu, dan baru pulang kemarin. Ayah bilang kalau itu kabar yang sangat besar, dan sebaiknya jangan diberitahu sampai Papa pulang. Takut ganggu kerjaan alasannya.

IN SETTING ; JC [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang