Chapter 55

146 20 24
                                    

Happy Reading♥️

Setelah beberapa jam, dokter tadi kembali membawa kabar gembira.

"Selamat malam. Alhamdulillah Lyona sudah menemukan pendonor yang cocok, jadi besok pagi kita bisa mulai operasinya."

"Alhamdulillah," seru semua yang mendengar kabar baik tersebut.

"Makasih banyak dok." Ucap Renata penuh syukur.

"Terima kasih sama Allah Bu. Allah yang masih kasih kesempatan Lyona untuk hidup," dokter tersebut tersenyum semringah melihat wajah mereka yang berubah menjadi tenang. Sebelumnya dokter melihat mereka wajah yang merah dan tegang akan keadaan.

"Baik, saya tinggal dulu. Berdoa terus agar operasinya berjalan dengan lancar,"

"Aamiin. Makasih banyak dok," ucap Bey.

Tak lama kemudian, Angkasa dan Davin kembali dengan wajah datar.

"Kalian abis dari mana? Kok ga ajak Mami?" Tanya Rania yang menyadari kedatangan anak dan suaminya yang entah dari mana.

Angkasa dan Davin saling bertatapan, "Abis dari kantin Mi. Tadi Angkasa pengen minum katanya," ujar Davin berbohong.

"I-iya Mi. Tadi tenggorokan aku kering jadi butuh air," Rania mengangguk menjawab keduanya.

"Sa, kamu tau ga? Kalo besok pagi ada yang mau donorin tulang sumsum belakang buat Lyona." Rania memberitahu Angkasa perihal kabar bahagia yang sempat di sampaikan oleh dokter tadi.

"Oh, Alhamdulillah kalo gitu Mi. Aku ikut senang," syukur Angkasa sedikit gugup.

"Mamii!!!" Suara nyaring anak kecil memanggil Rania dari kejauhan sambil berlari.

"Raisa." Rania memeluk sang putri bungsunya. "Gimana kamu menang ga?"

"Menang dong Mi, besok aku harus ke sekolah lagi ada hadiah tambahan dari juri yang nilai aku kemarin." Ujar Raisa penuh haru dan bahagia.

"Alhamdulillah, maaf Mami ga bisa temenin kamu kemarin."

"Iya Mi ga papa kok." Raisa memang anak yang baik dan pengertian, selain pintar dan berprestasi Raisa juga sering di sebut sebagai murid berbakat dalam segala hal.

Seketika pandangan Rania tertuju pada Angkasa, Rania baru menyadari bahwa tubuh Angkasa terlihat sangat lemah dan pucat.

"Angkasa, kamu kok Mami liat pucat banget? Kamu sakit?" Tanya Rania tiba-tiba.

Angkasa langsung salah tingkah mendengar pertanyaan Rania, "A- umm, aku. Aku kayanya cuma kurang tidur Mi makanya lemes gini, Mami tau sendiri aku kalo udah kemaleman di sini ga pernah pulang." Jawab Angkasa berbohong.

Rania mengangguk dan mengusap lembut pundak Angkasa.

"Rai, gue senang lo menang. Lo adik gue yang hebat, sebagai hadiahnya gue punya permen lollipop buat lo." Angkasa mengeluarkan permen tersebut dari kantong celananya.

"Tumben lo baik sama gue, biasanya mau gue menang apa menang apa lo cuek bahkan lo bodo amat sama gue." Tuding Raisa sedikit curiga.

"Mau ga nih? Kalo kaga gue makan sendiri."

"Eh eh. Iya iya mau, sini!" Angkasa mengulurkan permen tersebut dan langsung di rebut cepat oleh Raisa.

"Udah terlalu malam. Kita cari hotel yu, ga mungkin kan kita tidur di sini?" Ujar Davin seraya mengajak.

Dear Angkasa [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang