Feeling

43 2 0
                                    

Sementara Keyla dan Geiska,mereka berdua belum memiliki status apapun namun mereka sama sama tahu kalau mereka saling menyukai.

Geiska mengajak keyla pulang bersama. Namun sebelum itu, mereka melihat kelvin berlari keluar gerbang. Ia juga melihat geisya.
"Mereka masih berantem ya?" Tanya keyla. Geiska berniat menelvon geisya.

Mereka udah gede. Toh gue juga yang ngebolehin geisya sama kelvin. Batin Geiska.

"Udah ayo. Katanya mau ke butik nya bunda." Ajak geiska.

"Keyla laper." Ucap keyla sambil memayunkan bibirnya.

"Yaudah ayo makan dulu." Kekeh geiska

"Gemes banget sih." lanjut geiska lalu mengelus rambut keyla.

Mereka sudah berada di mobilnya,
"Mau makan dimana?" Tanya geiska.

"Dimana aja asal sama geiska, hehe." Kekeh keyla.

"Key." Panggil geiska.

"Iya?" Jawab keyla lalu menoleh.

"Enggak jadi hehe." Keyla memukul lengan geiska.

"Apa ih." Sebal keyla.

"Gak, key enggak." Elak geiska. Mereka sampai di rumah makan yang memang tidak begitu mewah. Namun mereka menikmati. Namun geiska masih kepikiran pada adiknya, Geisya.

"Ka, haloo." Geiska tersadar, sedari tadi keyla memanggilnya.
"Iya kenapa key?"
"Geiska kenapa?"
"Enggak kok key, udah makannya?" Keyla memangguk, geiska tiba tiba mengajaknya untuk pulang dan keyla hanya mengangguk.

"Mandi habis itu istirahat ya jangan begadang, selamat malam key." Keyla melambaikan tangannya kearah geiska lalu masuk. Sementara geiska melaju dan tiba tiba berhenti karna ponselnya berbunyi.

"Iya, mah kenapa?"

"Geisya sama abang?"

"Enggak ma, bukannya geisya udah pulang daritadi ya."

"belum bang, mama khawatir. Abang cari geisya yah."

"Iya mah, mama gak usah khawatir geiska bakal cari geisya sampai ketemu." Geiska menutup ponselnya. Geiska berusaha menelvon geisya namun tidak diangkat.
"Sial!" Umpat geiska. Ia memasang helmnya dan putar balik kearah keyla. Geiska berhenti dan segera melepas helmnya. Berjalan dengan perasaan marah.

Geiska mengetuk pintu rumah keyla, didapati keyla yang memakai piyamanya.
"Eh geiska, kenapa?"

"Kelvin mana key?" Tanya geiska langsung.

"Ada itu dikamar, mau keyla panggilin?" Geiska mengangguk lalu menunggu kelvin dengan gelisah.

"Ada apa lo malem malem kesini." Ucap kelvin tiba tiba. Geiska tidak melihat ada geisya disini. Geiska menarik kelvin keluar dan bugh!

Geiska memukul kelvin tepat di sudut bibirnya.
"Gue udah kasih lo kepercayaan buat jagain geisya tapi lo malah sepelein itu." Lirih geiska.
"Gue gak tau maksut lo apa, Ka." Geiska memukul kelvin sekali lagi membuat bibir kelvin berdarah.
"Geisya belum pulang, kalo ada apa apa sama geisya, gak akan gue biarin lo." Ucap geiska penuh penekanan lalu melepaskan kelvin dengan paksa.

Kelvin melihat kepergian geiska. Ia langsung kedalam dan mengambil kunci mobilnya.
"Kelvin mau kemana? Loh muka kelvin kenapa?" Panik keyla. Kelvin pergi tanpa menjawab satu pertanyaan apapun dari keyla.

Kelvin berusaha menelvon geisya tapi nihil, nomornya tidak aktif. Sementara geiska pergi kerumah teman teman geisya namun geisya tidak ada disana.

"Kalo lo sampe kenapa kenapa, gue gak akan maafin diri gue sendiri, sya." Batin kelvin.

Sementara geisya? Ia masih ingin menyendiri, ia masih menangis sedari tadi. Ia tidak habis pikir dengan kelvin. Kelvin bilang menyukainya namun tindakannya tidak. Geisya masih sesenggukan disana. Ia duduk di pinggir pantai. Masih dengan seragamnya.

"Bego emang, kenapa gue nangisin cowok yang bahkan gak bakal nangisin gue. Astaga geisya." Gumamnya namun masih menangis.

"Ah pusing banget." Ia melirik ponselnya. Ponselnya sengaja ia heningkan karena tidak mau diganggu. Namun ia lupa, ia tidak memberitahu mama dan kakaknya. Sudah puluhan kali geiska, mama dan kelvin menghubungi nya. Geisya menekan nomor dan menelvonnya.

"Gue shareloc nanti jemput ya." Ucap geisya di sela telvonnya dan mematikan sambungannya. Geisya membersihkan roknya dan merapihkan dirinya, seragamnya sudah kusut dan dekil menurutnya. Matanya sudah benar benar bengkak sekarang, apa yang mungkin ia katakan pada mamanya?

Tidak lama geisya sudah dijemput.
"Lo tuh ya, bikin gue panik tau. Astaga geisya." Itu geiska.
"Udah ayo pulang, gue ngantuk." Pelan geisya lalu naik dan segera memeluk sang kakak. Sementara geiska miris melihat penampilan adiknya sekarang. Ia melakukan motornya dan segera pulang.

Sampai dirumah, geisya langsung pergi ke kamarnya tanpa menjawab sang mama.
"Biarin geisya sendiri dulu ma, dia udah gede kok. Mama gak usah khawatir. Yang penting geisya udah dirumah." Tutur geiska pada mamanya. Semantara mamanya mengangguk paham.

Kelvin masih saja mencari geisya, mencoba untuk menghubungi geisya.

Gue baik. Lo gak perlu repot repot cari gue.

Kelvin membaca satu notif dari geisya. Kelvin mengepalkan tangannya dan menghentikan mobilnya.

"Lo dimana?" Ketik kelvin pada geisya. Namun tidak ada jawaban, kelvin geram dan memutar balik mobilnya menuju rumah geisya.

Sudah ada geiska disana, geiska melarang kelvin untuk menemui geisya.
"Geisya masih istirahat, pulang lo." Sinis geiska.
"Tapi dia gak papa kan?" Tanya kelvin.
"Peduli apa lo sama dia."
"Gue beneran gak tau, Ka. Gue udah nganterin dia sampai depan rumah, dan gua gak tau kalo dia bakal kabur gitu aja setelah gue pergi." Kelvin berusaha memberi penjelasan kepada geiska namun ditolak.

"Basi lo. Sana pergi, dan jangan deketin dia lagi." Ucap geiska lalu menutup pintunya kasar.

Kelvin ingin marah namun pada siapa? Tidak mungkin ia marah pada geiska. Seandainya kelvin lebih peka, ini tidak ada terjadi. Seadainya kelvin lebih dulu tau perasaan geisya, ini tidak akan terjadi. Kelvin memilih pulang dan menatap jendela kamar geisya.

Besoknya, geisya sudah berada dikelasnya. Ia mencoba untuk biasa saja dengan masalah yang ada ya walaupun matanya memang tidak bisa berbohong. Sementara kelvin datang terlambat hari ini, pakaiannya tidak rapi tidak seperti biasanya. geisya hanya menatap sekilas namun langsung mengalihkannya. Jam istirahat kelvin berusaha untuk mendekati geisya namun geisya sudah menghindarinya dulu.

"Kekantin yuk." Ajak jezzy. Kelvin acuh. Ia meninggalkan jezzy dan keluar. Ia memilih ke kantin sendiri, pemandangan yang tidak mau ia lihat sekarang, geisya sedang tertawa dengan gilang. Ingin sekali kelvin menghampiri dan mengajaknya makan bersama namun siapa dia? Ia hanya orang yang pernah singgah sebentar dan merusaknya. Sekilas geisya meliriknya namun langsung mengalihkannya dan tertawa kembali.

Rasa sesal berujung menyakitkan menurutnya, kelvin memilih meninggalkan kantin daripada melihat seseorang yang ia suka tertawa namun bukan dengannya. Namun di pikirannya ia senang geisya bisa tertawa lagi walau bukan karenanya, mungkin ini memang salahnya, mungkin memang ini akhirnya, ingin berjuang namun takut, takut akan menghancurkan lebih dalam. Ingin mengejar namun takut akan terulang.

Biarkan kelvin bergelut dengan pikiran dan perasaannya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang