Cinta dan Benci

8 3 0
                                        

Hening. Tidak ada yang berani bicara. Semua pandang mata kini tertuju ke arah Minerva yang masih membeku di tempat.

Sementara Minerva sendiri tidak mempedulikan kondisi sekitar. Pikirannya berkecamuk mengingat tatapan penuh benci Galuh.

Apakah dia membenciku? Apakah dia menyalahkanku? Apakah dia marah? Dan lain sebagainya, tumpang tindih memenuhi pikiran Minerva.

Akhirnya setelah beberapa detik di ambang kebingungan, Minerva menghela napas. Dia lalu memanggil siswa yang bertugas sebagai Wakil Ketua Koordinasi Tata Letak Ruang.

"Tolong urus sisanya," ucap gadis itu lantas pergi begitu saja.

Tujuan Minerva adalah Ruang Kesehatan, tentu saja. Mau bagaimanpun, dialah yang telah membuat Harmoni celaka.

Begitu ia tiba, pintu Ruang Kesehatan terbuka separuh. Tanpa ragu gadis itu masuk. Dia sedikit meringis melihat kepala Harmoni diperban.

Harmoni tidak sendiri, ada dokter Pretty dan Galuh di samping gadis itu.

Tanpa sadar sebuah senyum getir terpatri di wajah Minerva namun segera gadis itu enyahkan.

"Permisi, Miss Leah, Galuh," sapanya sambil tersenyum ramah.

Dokter Pretty Leah tersenyum singkat menyambutnya, berbeda dengan Galuh yang hanya menatapnya datar.

Minerva mendekat untuk melihat kondisi Harmoni lebih jelas.

"Apa ... lukanya parah, Miss?" tanya Minerva sambil melirik Harmoni.

Dokter Pretty menggelengkan kepala. "Tidak parah tapi ya, kepalanya terluka. Mungkin akan butuh waktu beberapa hari baginya untuk pulih. Sementara akan kubuatkan surat izin untuknya. Bisakah untuk beberapa hari kedepan kau membantuku untuk merawat Harmoni, Minerva?" pintanya.

Minerva mengangguk. Ia baru saja akan mengatakan sesuatu saat Galuh mendahuluinya.

"Tidak perlu. Aku seorang bisa merawat harmoni lebih baik daripada gadis tidak tahu diri ini," ucapnya sambil menatap Minerva tajam.

Minerva mengepalkan sebelah tangannya, merasa amat tersinggung dengan ucapan Galuh namun dia berusaha sebaik mungkin untuk tidak menunjukkannya.

"Ini sekolah khusus putri, Galuh. Kau-"

"Mr Aldebaran. Call me Mr Aldebaran, Miss Sachs," potongnya dengan nada dingin.

Minerva menghela napas pelan. "Oke, Mr Aldebaran. You can't stay here. Especially at night, no matter what kind of authority you have. This is a special school for girls, Mr Aldebaran," jelas Minerva dengan nada sabar.

Namun bukan Galuh namanya jika tidak keras kepala. "I can ask your principal for permission if necessary," balasnya.

Minerva mengerjapkan matanya dua kali, nyaris tidak habis pikir dengan tindakan Galuh. Meminta izin kepada kepala sekolah OHS? Apa pemuda ini gila?

"Tapi-"

"Aku rasa itu bukan ide yang bagus, Mr Aldebaran," sela Dokter Pretty.

Galuh menatapnya tidak setuju. Dia hendak membantah namun dokter muda itu mendahuluinya.

"Kau merupakan murid baru di sekolahmu, tidak baik untuk membuat image yang buruk di tempat baru. Juga, jika kau mau mendengarkanku, sejujurnya Minerva lah satu-satunya siswi disini yang mau berteman dengan Harmoni." Dokter Pretty menepuk pundak Galuh saat pemuda itu hendak protes. "Aku mengerti kau khawatir tapi percayalah bahwa Minerva tidak pernah berbuat buruk pada Harmoni sebelumya."

"Tidak pernah bukan berarti tidak bisa, Miss Leah," tegas Galuh. Dia lalu menatap Minerva dengan kebencian yang terasa jelas. "Lagipula aku melihat sendiri saat dia mendorong Harmoni dari puncak tangga. Lantas kenapa aku harus percaya pada orang yang sudah menyakiti gadis yang kusukai?" sinisnya.

Sinematografi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang