Hening yang tak biasa melingkupi area disekitar gadis berambut sehitam arang dan mata segelap malam. Tatapannya yang kosong membuat sebagian orang yang melihatnya bertanya-tanya akan apa yang dipikirkan oleh gadis tersebut.
Pikiran gadis itu terlempar ke kejadian pagi tadi.
***
Flashback
Harmoni berjalan tenang ke arah kelasnya. Seperti biasa, tatapan tidak menyenangkan lah ia dapatkan namun saat ia melihat bangkunya mengjilanh dari tempatnya, ia pun menatap mereka bergantian, berbicara secara non verbal bahwa ia keberatan akan perlakuan mereka.
Tapi tetap saja, tidak ada yang peduli akan hal itu. Toh, mereka sendiri juga tidak tahu siapa yang sudah memindahkan bangku tersebut.
Menghela napas lelah, Harmoni berbalik hendak mengambil bangku cadangan di gudang sekolah.
Begitu langkah kakinya memasuki gudang sekolah, ia dibuat terkejut karena mendapati berbagai macam dirinya yang bersama Galuh tersebar membentuk suatu garis.
Ada foto saat Galuh memeluknya malam itu, ada juga foto saat mereka keluar dari area pemakaman sambil bergandengan tangan, juga saat pemuda itu mengantarnya kembali ke asrama lewat pintu belakang.
Harmoni memunguti foto-foto yang dijejer rapi. Bagaimanapun akan menjadi masalah jika ada yang mengetahui foto-foto ini. Itu bisa membuatnya terkena fitnah dan berujung pada pengeluaran oleh pihak sekolah. Sungguh hal yang amat ingin Harmoni hindari.
Setelah memungut foto terakhir, Harmoni pun mengangkat kepalanya, terkejut saat melihat tulisan yang berasal dari cat merah tertera di tembok.
Mati kau, Pengecut!
***
Harmoni menghela napas, entah siapa yang mengancamnya seperti ini, ia pun tidak tahu.
Gadis itu lalu bangkit dari duduknya, makanan yang ia pesan ia tinggalkan tanpa termakan sedikitpun. Entahlah, ia hanya tidak napsu. Lagipula siapa yang masih bisa makan dengan tenang setelah mendapat teror seperti itu?
Lain halnya dengan Harmoni yang nampak murung, Minerva tengah tersenyum sembari memandang kamera digital miliknya.
"Perfect," ucap gadis tersebut dengan senyum lebar.
"Kau sedang memotret apa, Minerva?" tanya Larissa.
Minerva tersenyum sebagai jawaban. "Rahasia dong!" balasnya lantas tertawa.
Larissa memutar bola matanya mendengar jawaban receh tersebut. "Btw, kau yakin tidak mau kuliah disini saja? Sayang, loh."
Minerva menaruh jari telunjuknya di dagu, pose berpikir. "Entahlah. Aku hanya bosan berada di Britani terus. Mungkin aku akan ke Prancis atau Itali? Institut seni disana lebih populer daripada yang disini," balasnya. Dia lalu melirik jamnya. "Aku pergi dulu, ya, Larissa." Setelah berkata demikian, ia pun pergi dari sana.
***
Seseorang berjalan santai di dalam kelas yang sepi. Matanya mengedar, memastikan tempat itu tidak diawasi. Setelah yakin, ia pun merogoh saku bajunya dan menaruh sebuah amplop beserta sebuah potongan tali di kolong salah satu meja.
Ia tersenyum puas begitu pekerjaannya selesai namun senyumnya lenyap saat ia berbalik.
Tidak jauh darinya, berdiri di ambang pintu kelas, tampak seorang gadis berambut coklat tengah menatapnya bingung. "Apa yang kau lakukan, Mi-"
Gadis itu terkejut saat tiba-tiba sosok itu membekap mulutnya dengan sapu tangan. Dia berusaha berontak namun orang itu lebih dulu mengunci gerakannya.
"Kau menganggu. Maaf, Larista," bisik orang tersebut.
Larista hendak menyaut namun kesadarannya dengan cepat menurun, ia pun jatuh, sempurna dilumpuhkan.
Halo, semua.
Gak ada apa-apa, sih. Cuman nyapa#digeplak sama Galuh
"Ngomong yang bener, Thor," sinis Minerva.
Ok, abaikan keduanya.
Ai cuman minta maaf karena part-nya pendek banget. Gomennasai, ne, minna-san? (Maaf, ya, semua?)
![](https://img.wattpad.com/cover/245626996-288-k680217.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinematografi
Teen FictionDaily update Ini tentang seorang gadis bernama Minerva Sachs. Seperti namanya, Minerva amat menyukai seni terutama fotografi. Baginya dunia itu indah, tidak peduli dilihat dari sudut pandang manapun. Pribadinya yang ramah dan sopan ditambah status s...