Chapter 2 : Erland Rajaswa

369 37 22
                                    

Ketika awal adalah harapan
Maka aku akan terus berjalan menuju apa yang telah ditetapkan
Ketika akhir adalah perjalanan
Maka aku akan terus melangkahkan kakiku untuk sampai di sana
Apa pun yang akan terjadi nanti aku harus siap dengan segala konsekuensinya
Bukankah hidup adalah sebuah perjalanan yang akan terus dan terus berjalan?
Hidup adalah sebuah misteri yang akan ditemukan jawabnya ketika kita menjalaninya
Tumbuh dan berkembang bersama apa yang pernah aku lalui adalah sebuah pengalaman yang diniscayakan
Dari sanalah aku akan menjadi pribadi yang tertempa dan kuat
Tentu saja semua atas restu-Nya
Bukan hanya inginku tapi juga takdirkulah yang akan terus menemani langkahku selama aku masih bernafas

Ujung Timur Zamrud Khatulistiwa
Saat matahari baru saja memberikan senyumannya
06.10 WIT

~Erland Rajaswa~

Lelaki yang memakai seragam kerja berwarna oranye dan juga helm proyek berwarna senada itu nampak berlari menuju shelter di depannya dengan tergesa-gesa untuk menghindari hujan yang turun dengan tiba-tiba. Area pertambangan di mana ia berada saat ini mendadak riuh dengan suara hujan. Derasnya tetesan air hujan yang turun dibarengi oleh kilatan petir beberapa kali seperti sebuah isyarat dari alam agar setiap jiwa yang indah namun sedang merana untuk sejenak meninggalkan kedukaannya dan sebentar saja meluangkan waktunya untuk berbincang pada Sang Semesta pemilik jagat raya.

Ya....Tembagapura sedang bercumbu dengan hujan di awal musim saat ini.

Lelaki berseragam oranye itu adalah Erland Rajaswa. Seorang laki-laki dengan perawakan yang bisa dibilang sedikit kurus jika dibandingkan dengan tinggi badannya yang menjulang di 179 centimeter, hampir proposional sebenarnya, tinggal dinaikan sedikit saja berat badannya,setelah itu ia akan menjelma menjadi "lelaki sempurna". Meskipun begitu tubuhnya terlihat bugar dengan otot-otot tubuh yang sedikit terbentuk karena ritme kerjanya di area pertambangan yang banyak menuntut aktifitas fisik.

Lelaki berambut ikat dan berusia 37 tahun dengan bulu-bulu halus di pipi dan juga dagunya yang terlihat berantakan karena ia belum bercukur itu nampak menghapus air hujan yang tadi sempat mengenai dahinya dengan sapu tangannya. Sementara dilihatnya rekan-rekan kerjanya yang lain juga sama seperti dirinya, berlarian ke arah shelter untuk menghindari derasnya hujan yang turun. Seragam kerjanya juga tampak basah di beberapa bagian.

"Tembagapura sudah mulai diguyur hujan beberapa hari belakangan ini. Sepertinya musim mulai berganti sekarang" gumam Erland di dalam hati. Kulitnya yang coklat terang sedikit basah oleh tetesan air hujan yang mengenai tubuhnya tadi.

"Tidak terasa sudah tujuh tahun aku berada di Papua. Ribuan kilometer jaraknya dari Jakarta. Jauh dari rumah"

"Selama tujuh tahun ini aku baru dua kali pulang ke Jakarta. Itu pun untuk waktu yang tidak lama"

"Tapi sepertinya satu bulan lagi aku akan sering bertemu dengan kelip lampu Jakarta karena ada promosi jabatan di kantor pusatku dan dari hasil assesment dari beberapa kandidat yang terpilih, aku lah yang berhak mendapatkan promosi itu. Thanks God...!!!"

Lama lelaki berambut ikal itu duduk termenung seorang diri di sudut shelter di area pertambangan dan bermain dengan pikirannya sendiri sambil menunggu hujan reda. Namun sepertinya harapannya itu tidak dikabulkan oleh Tuhan karena hujan pun justru semakin deras turunnya sekarang.

******

"April kemarin tepat saat purnama datang pasti Mas Kenan telah bertemu dengan Mas Ranu untuk menepati janjinya..." gumam Erland sambil menyeruput kopi hitamnya dari halaman kamarnya di asrama kantor yang terletak tidak jauh dari area pertambangan.

Lelaki Dari Ujung MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang