Chapter 4 : Lembayung Senja di Pantai Selatan Jawa

395 34 15
                                    

Lembayung senja yang datang menghampiriku seperti sebuah sapaan yang sangat lembut menyentuh hatiku
Lembut sekaligus menyayat hati
Ditambah lagi deburan ombak yang berlarian menuju bibir pantai semakin membuat hatiku teriris sembilu
Dulu aku pernah mengikat janji dengan dirinya untuk selalu setia tepat ketika lembayung senja menggauli langit dan juga ombak saling berkejaran di bibir pantai laut Jawa
Janji yang akhirnya tidak dapat aku tepati
Janji yang akhirnya aku langgar sendiri
Janji yang akhirnya membuat dirinya terluka hebat termasuk juga dengan diriku
Janji yang akhirnya memisahkan harapan dan kenyataan
Jalinan asmaraku berantakan di tengah indahnya taman bunga
Membuat aku terpuruk dalam beribu penyesalan yang teramat sangat
Aku sangat ingat setianya dan juga aku sangat ingat ketidaksetiaanku

Pelabuhan Ratu, Sukabumi Jawa Barat
17.29 WIB
Saat aku sedang duduk di tepi pantainya

~Ranu Alamsyah~

Aku masih terdiam di samping Aldy yang duduk di sebelahku. Lelaki ini juga sama sepertiku. Terdiam tanpa suara. Masing-masing dari kami seperti terbelenggu dalam kecanggungan. Sementara di hadapan kami riak-riak ombak di pantai Pelabuhan Ratu seperti tersenyum ke arah kami yang memang sejak tadi saling terdiam.

Tadi setelah aku dan Aldy selesai makan siang di Bogor, tercetus begitu saja di kepalaku jika aku ingin sekali melihat pantai dan tiba-tiba aku mengutarakan keinginanku ini kepada Aldy dan "anehnya" lelaki ini meng-iyakan ajakanku. Jadilah kami sore ini duduk berdua di tepi Pelabuhan Ratu yang indah.

"Al..." ucapku setelah sekian lama kami terdiam

"Ya..." ujar Aldy singkat sekali

Sekilas aku melirik ke arah lelaki gagah di sampingku ini yang ternyata masih memandangi laut lepas di hadapan kami.

"Kamu percaya takdir tidak?" tanyaku tiba-tiba kepada Aldy

Aldy yang aku tanya, mendadak memalingkan wajahnya ke arahku. Pandangan mata lelaki ini tajam mencumbui diriku yang juga sedang memandang ke arahnya saat ini.

"Takdir? Percaya kepada takdir? Memangnya kenapa Ranu?" tanya Aldy kepadaku tanpa menjawab pertanyaanku tadi

"Percaya atau tidak Al?" tanyaku lagi kepadanya. Penasaran.

"Hahaha....Ranu...kamu ini ada-ada saja pertanyaannya"ucap Aldy sambil tertawa

"Ih kok malah tertawa sih Al. Percaya atau tidak?" tanyaku lagi sambil meluruskan kakiku dan pandangan mataku menatap ke arah laut selatan Jawa di hadapanku.

"Kamu lihat beberapa camar yang sedang terbang itu Ranu...." ucap Aldy sambil menunjuk ke langit Pelabuhan Ratu yang lumayan cerah sore ini.

"Iya...aku lihat. Kenapa memangnya Al?"

"Apa mereka tahu takdirnya seperti apa? Apa camar-camar itu tahu jika esok mereka masih dapat terbang menikmati indahnya laut lepas seperti saat ini?"

"Takdir itu sudah digariskan Tuhan Ranu. Kita hanya menjalaninya saja dan aku sangat percaya atas apa yang telah ditentukan oleh-Nya untuk kita" ucap Aldy sambil tersenyum kepadaku

"Apakah takdir itu kejam Al?"

"Apakah takdir itu selalu membawa kesakitan di hidup seseorang?"

"Apakah.... "

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, tiba-tiba jemari tanganku digenggam oleh Aldy Wardhana, lelaki gagah yang masih tersenyum ke arahku. Anehnya, aku sama sekali tidak menolak ataupun menarik jemari tanganku saat lelaki ini menggenggamnya. Aku biarkan saja semuanya terjadi. Jujur, ada perasaan deg-degan di hatiku saat Aldy menggenggam jemari tanganku.

Lelaki Dari Ujung MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang