TAWURAN

43 23 36
                                    

Agim tengah duduk manis sambil mengoles roti tawar dengan taburan slai blueberry di tangan nya. Arah matanya mengarah pada pria yang baru saja turun dari tangga dengan menggunakan seragam yang bisa di bilang acak acakan. sudah 2 hari dirinya menginap di rumah Agam. eh, lebih tepat nya rumah pemberian Jiwa untuk Agam

Agam berjalan untuk mengambil sepatu nya yang sudah tersusun rapih dirak, baju seragam yang acak acakan, rambut yang tak di sisir, dan jangan lupakan celana sekolah yang ketat dan juga robek di bagian lutut nya menampilkan kalau seorang Agam bukan mencerminkan sebagai Anak sekolah. melainkan preman pasar yang kerjaan nya memalak pedagang pedangan kecil

"Mau sekolah, atau mau jadi preman?" tanya Agim yang melihat penampilan saudara nya ga pernah terlihat rapih

Agam diam, dia terus mengikat kesana, kemari yang sedari tadi sibuk membenarkan tali sepatu nya.

"Lo ga mau makan dulu? Atau.... Lo ga doyan makan?" Pertanyaan bodoh yang di ucapkan oleh Agim. mana ada Manusia yang tidak doyan makan? Agam ingin sekali mengganjal perut nya dengan sebuah roti tawar yang berada di meja makan. hanya saja ia males melihat wajah Agim untuk saat ini

"Gue berangkat!" ucap Agam tanpa menoleh

Agim dengan cepat beranjak menyusul Agam yang sudah berada di ujung pintu, dengan cepat ia mengambil alih tas milik nya yang sudah tergeletak di bangku.

"Gue ga bawa motor" Agim dengan cepat mencekal tangan Agam, pasal nya ia tidak membawa motor di karnakan kemarin ia kesini pun di antar oleh Jiwa

Merasa ada sesuatu yang mencekal tangan nya, Agam pun menoleh "naik taksi" Agam melepaskan tangan Agim dengan kasar dan berjalan menuju garasi yang sudah terpampang jelas menampilkan sebuah motor sport kesayangan nya

"Anterin sampai jalan merdeka aja deh setelah nya gue naik taksi" Agim terus mengekori Agam yang sudah mengambil helm besar berwarna hitam nya di garasi

"Ga" jawaban yang sangat singat, padat dan juga jelas

Agim terus membujuk agar Agam mau mengantarkan nya walaupun cuman sampai Jalan Merdeka.

"Sekali doang ko" ucap Agim sendu. Mau bagaimana pun Agam tidak akan mempan, dan mau di rayu segimana pun Agam tidak akan mau mengantarkan Agim Ke sekolah nya

Agam melajukan motor nya dan melawti Agim yang masi berdiri stay di depan gerasi "bangsat! Gue di tinggal" umpat nya

                                    •••••

"Bundaaa..... Aku berangkat ya bun" Zia menghampiri Saca yang tengah sibuk menyetrika baju dengan seserius mungkin

"Udah sarapan ka?"

"Udah ko bun, udah kenyang" Ucap nya sambil memegangi perut nya yang sudah terasa kenyang

"Yaudah sana berangkat" Zia mencium puggung tangan Saca dengan lembut

"Assalamualaikum" ucap Zia

"Waalaikumsalam... Hati hati ka" Ujar Saca yang melihat Putri nya sudah tampak besar dan juga memiliki sifat ramah seperi alm Ayah nya

Zia tengah sampai di gerbang sekolahan SMA Star Right dengan menggunakan ojek yang berada di dekat perumahan nya. Sampai arah matanya melihat kedua sahabat nya yang berjalan dan menghampiri keberadaan nya

"Hei!!" Sapa Felis dan juga Mika

"Eh tumben lo mik dateng jam segini" pasal nya Mika itu tipe orang yang tidak menghargai waktu, Dia selalu mempunyai sifat santuy dalam diri nya

"yailah, biar di kata murid teladan gue!"

"Biasa nya juga jam 8 baru dateng. Lo pikir nih sekolah punya nenek moyang lo apa!!"

THIS AGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang