☆
☆Jisoo hanya duduk terdiam didepan ayahnya, ini pertama kalinya mereka duduk berdua setelah kejadian dengan Jin di rumah lama mereka. Jika bisa dia tidak mau menemui ayahnya tapi tidak mungkin juga dia mengusir ayahnya sendiri dari apartmentnya. Hampir sepuluh menit mereka duduk tapi tak ada yang mau memulai membuka obrolan. Dalam hati Jisoo ingin segera mengakhiri keadaan yang sangat tidak nyaman ini tapi dia sendiri tidak tahu tujuan ayahnya datang ke apartmentnya tapi ini tak akan berujung jika hanya seperti ini.
"Ada perlu apa anda datang kesini ?"
" Apakah kamu tidak bisa memanggilku appa seperti dulu ?"
" Saya pernah mengatakannya dulu jika anda masih ingat. "
" Baiklah, appa akan datang kerumah anaknya dan melakukan apa yang kamu inginkan. "
" Masalahnya bukan hanya datang dan melakukan apa yang ingin saya lakukan tuan Kim. Saya ingin anda datang dan mengakui semua dan memberikan mereka keadilan yang seharusnya sudah mereka dapatkan sejak awal. Anda menutup rapat semua perbuatan Jin seolah tidak terjadi apapun bahkan saat dia koma, dan anda bisa lihat sendiri bagaimana putra anda semakin menjadi besar kepala dan hampir mencelakakan orang lain lagi. Itu yang kita ketahui belum yang kita tidak ketahui. "
" Appa paham Jisoo, iya benar appa juga salah dulu dan appa sudah mengakuinya. Appa tidak akan lagi membela Jin karena memang dia bersalah. Biarkan hukum yang menentukan apa yang patut dia dapatkan. Tapi appa disini ingin memperbaiki hubungan kita, hubungan antara ayah dan anak. "
" Jujur, saya ingin sekali membenci anda tuan. Tapi bahkan mendiang ibupun tidak mengijinkan saya menaruh benci pada anda. "
" Appa salah, tapi penyesalan appa sekarang tidak akan bisa mengembalikan apapun. Jadi ijinkan appa memperbaiki yang tersisa saat ini nak. "
" Datang dan lakukan hal yang seharusnya anda lakukan pada keluarganya sejak dulu baru kita bicarakan ini lagi. "
" Baiklah, akan segera appa lakukan. Dan jika kamu mau, appa ingin mengajakmu juga jadi kamu bisa melihat dan mendengar sendiri apa yang akan appa lakukan untuk mereka, bagaimana ?"
" Akhir pekan. "
" Terima kasih nak. Appa pergi sekarang, masih ada kerjaan dikantor. Dan masalah..."
" Tidak sekarang, saya ingin meniti karir saya sebagai dokter. "
" Appa tidak memaksamu, tapi kamu tahu ini semua juga akan menjadi milikmu kelak. Appa pergi sekarang, jaga kesehatanmu dan titip salam untuk Jennie, kapan - kapan ajak dia makan malam bersama, dan dengan pacar kalian jika kalian sudah punya. "
" Tentu, setelah semua masalah selesai. "
" Tentu. "
Tuan Kim meninggalkan apartment Jisoo melangkahkan kakinya menuju mobilnya yang sudah menunggunya. Wajahnya terlihat sangat sendu, dia hanya memiliki tiga orang anak dan kini satu anaknya harus berurusan dengan hukum karena kesalahannya sendiri dan anak keduanya masih belum sepenuhnya mau menerima permintaan maaf darinya. Jennie, anak angkatnya yang bisa dibilang tak jauh berbeda dengan Jisoo kakaknya yang selalu membangkang padanya tapi justru kini kedua putrinya yang dulu selalu membuatnya pusing dengan semua penolakan dan harus adu mulut tapi lihat sekarang jisoo yang akan segera resmi menjadi seorang dokter bedah dan Jennie mengikuti kata hatinya yang ingin menjadi seorang designer ternama dan yang terpenting justru mereka yang kini bisa dia banggakan.
Jisoo mencoba kembali membaca bukunya yang terputus karena ayahnya yang tiba - tiba datang tapi rasanya percuma pikirannya kini dipenuhi dengan banyak pemikiran. Apa dia sendiri juga sanggup bertemu dengannya setelah sepuluh tahun menghilang. Apakah mereka akan mudah memaafkan keluarganya. Merasa jengkel sendiri Jisoo membawa buku, mengambil jaketnya dan pergi keluar dari apartment berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari gedung apartmentnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me ?
FanfictionApakah dia juga mengingatku ? Lisoo Ini gxg yang merasa homophobia boleh skip.... * all pics and videos credit to the owner