RAINA
"Jadi untuk klien di Batam ini yang pergi tim saya yaitu Dikta, Gilang, dan Raina ya. Kita berangkat Hari Minggu, untuk tiket kayak biasa ya sudah diurus sama Rike."
"Baik bu."
Briefing pagi ini selesai setelah mengumumkan tim yang akan berangkat ke Batam selama kurang lebih dua minggu. Sebenarnya aku sendiri sudah tahu sejak beberapa hari lalu setelah diinfokan oleh Bang Dikta. Aku kembali duduk di meja ku.
"Lang, nyebrang lagi enggak nanti?"
Gilang menatapku sebentar, "Mau?" Tanya Gilang sambil melipat kedua tangannya diatas meja.
"Kalo ada temennya mau.." Gilang tersenyum mendengar perkataanku. "Pas weekend kayak waktu itu aja kali ya?" Aku mengangguk semangat mendengar perkataannya.
Dua bulan yang lalu, aku dan Gilang baru ditugaskan ke Batam juga. Saat itu Gilang mengusulkan agar saat weekend kami bisa pergi ke Singapura. Tentu saja aku setuju, karena untuk ke Singapura hanya perlu naik kapal ferry dan menghabiskan waktu 1 jam di kapal. Dikarenakan berada di tim yang sama dan sering ditugaskan ke luar kota. Aku jadi terbiasa pergi berdua dengan Gilang. Dimana Ibu Rita dan Bang Dikta sendiri tidak bisa diajak karena akan terasa canggung jika mereka ikut. Jadi setiap tugas di luar kota dan mendapatkan hari libur, aku akan menyusun rencana untuk pergi dengan Gilang. Sejauh ini Gilang sudah menjadi partner backpacker dadakan yang sangat menyenangkan.
Aku kembali mengerjakan pekerjaanku yang tertunda karena briefing pagi ini. Sesekali aku merasa Gilang yang duduk di seberangku melirik kearahku. Gilang menjadi salah satu dari beberapa teman laki-laki ku, teman laki-lakiku tidak banyak. Masih bisa dihitung dengan kesepuluh jariku.
Dan Gilang menyukaiku, sebenarnya aku sendiri sudah tahu. Aku tahu Gilang memang sangat baik kepada semua orang. Tapi menurut Naomi sikapnya kepadaku berbeda dan aku sadar akan hal itu. Menjadi anak tunggal dan tidak mempunyai saudara dekat, rasanya sangat menyenangkan saat aku bisa bertemu dengan teman-temanku ini. Rasanya menyenangkan mempunyai teman yang bisa diajak bercerita dan berpergian kapan saja.
Kelima temanku yang menemaniku menonton We The Fest waktu itu, menjadi salah satu alasan mengapa aku betah di Jakarta. Naomi dan Anas berusia lebih tua 2 tahun dari diriku sedangkan Mika seumuran denganku. Tentunya hal ini membuat diriku merasa memiliki saudara perempuan yang bisa diajak bercerita. Sedangkan Gilang dan Rizal sudah kuanggap sebagai kakak laki-laki. Karena selama aku mengenal mereka, mereka selalu berada didepanku untuk membantu kesulitanku. Tapi untuk Rizal sendiri sudah memiliki pacar, yang kadang-kadang juga suka ikut nongkrong dengan kami. Gilang berbeda dengan Rizal.
Hampir setiap hari
Oh dan Rieza, hampir ketinggalan. Kalau Rieza sebenarnya aku tidak terlalu dekat, karena Rieza pacarnya Naomi dan hanya bertemu beberapa kali karena ikut nongkrong dengan kami.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.30, yang artinya sebentar lagi adalah jam makan siang. Tapi aku belum merasa lapar saat ini, sepertinya aku malas untuk turun kebawah dan pergi ke kantin.
"Lang, gue enggak ikut makan ya."
Gilang yang baru kembali dari pantry menatapku seolah bertanya kenapa aku tidak ikut.
"Lagi kenyang banget, terus juga lagi kejar opini PT sebelumnya. Biar enggak kecampur sama PT yang di Batam."
"Ya udah, nitip?"
"Enggak deh, gue masih ada yogurt di kulkas."
Tepat pukul 12.30, ruang kerjaku sudah sepi. Aku menyandarkan punggungku, melakukan stretching kecil karena otot punggungku rasanya sangat kaku. Pandanganku fokus kepada layar laptopku, membaca tulisan yang sudah aku kerjakan sejak semalam dan memeriksa jika semuanya sudah sesuai.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET YOU [COMPLETED]
General Fiction[Cursory's Sequel] Ini tentang Raina Kalana Geraldine, tentang cinta pertama dan lukanya. Tentang caranya untuk menghadapi luka itu, tentangnya yang ingin menyembuhkan luka itu. Tentang dilema antara kerinduannya terhadap Kota Jakarta atau kerinduan...