[RE] | 23 | Rahasia Terkuak

645 69 22
                                    

SORE itu, Musa, Shafira, Alika, dan David sudah berada di pondok halaman belakang rumah mereka dengan baskom berisi air es serta salep antibiotik.

Ya? Bagaimana mereka tidak melakukan ini saat melihat ejen muda pulang sekolah dengan keadaan kedua tangan yang memerah akibat bekas rotan. Mereka makin terkejut saat melihat bercak darah yang berada pada bibir Ali.

Musa masih menatap ejen-ejen muda dengan heran. Ditambah dengan Yusuf, Yulia, Jefril, dan Adam yang juga datang dengan keadaan yang sama. Kini, pemuda itu sedang mengobati bibir Ali yang berdarah. "Pak Juna namparnya keras banget, ya?"

Ali hanya mengangguk sambil memasang wajah bete.

Shafira menghela napas, "Tidak salah jika Pak Juna melakukan ini. Kalian melakukan aksi protes besar-besaran seperti mau demo ke gedung DPR. Bahkan, sampai ada yang mendobrak pintu ruangan. Itu bisa membahayakan semua orang."

"Kami cuma mau orang itu diberikan hukuman aja, memangnya nggak boleh?" tanya Jefril yang dibalas dengan anggukan oleh Yusuf, Yulia, dan Adam. Kini, keempat-empat mentor muda itu sudah tampak seperti anak kecil di mata ketua teras.

Musa, Shafira, David, dan Alika sepertinya harus paham alasan mereka melakukan ini semua. Para ketua teras juga kembali tersadar jika para agen rahasia yang berada di hadapan mereka saat ini tetaplah seorang anak kecil, tetaplah seorang remaja, di mana pada masa-masa tersebut akan ada banyak sekali kejadian tak terduga yang akan mereka lakukan.

Mereka mungkin memang seorang agen rahasia untuk melindungi negara, tapi mereka masih memiliki jiwa anak muda yang membutuhkan banyak tuntunan. Jadi, para ketua teras harus membantu mereka menuju kearah yang lebih baik.

"Kalian juga seharusnya tahu, konsekuensi dari apa yang kalian lakukan," nasihat Musa, "Membawa anak kelas 7 kedalam masalah kalian itu sangat membahayakan."

Jefril menggaruk tengkuknya sambil menatap ejen-ejen muda yang masih diobati. Jet yang mendengar nasihat Musa barusan langsung angkat suara, "Nggak apa-apa, Kak. Kita sendiri yang mau ikutan protes. Kita juga yang salah."

"Mungkin kita bisa menyelesaikan masalah ini," tutur Alika, "Tapi, bukan dengan cara seperti ini. Pasti ada cara lain yang bisa kita lakukan untuk membawa pelaku ke ranah hukum. Kalaupun melakukan aksi protes, yang ada malah mencelakakan diri sendiri serta orang lain. Aku, Musa, Shafira, dan David akan cari tahu jalan keluarnya."

"Kalau tetap nggak ketemu gimana, Kak?" tanya Moon.

"Pasti ada, lah, Moon. Kita bisa laporkan ini ke polisi, atau mungkin bisa dibantu oleh MATA," jelas Shafira yang tersenyum tipis dibalik cadarnya.

"Yah, intinya selama niat kalian benar, pasti ada jalan keluarnya, kan?"

Ejen-ejen muda serta Yusuf, Yulia, Adam, dan Jefril hanya mengangguk sebagai balasan. Para ketua teras kini membereskan peralatan yang mereka gunakan. "Tuh, sudah. Kalian boleh pergi untuk mandi dan bersih-bersih,"

"Iya, Kak. Makasih."

Ejen-ejen muda serta Yusuf, Yulia, Adam, dan Jefril memasuki rumah, sepertinya hendak mengambil tas mereka. Para ketua teras yang menatap anak-anak tersebut hanya tersenyum. "Beruntung masih ada anak kayak mereka, ya. Tahu mana yang benar dan mana yang salah," gumam Shafira.

"Jelas beruntung. Kalau nggak, mereka nggak bakal jadi ejen muda," timpal David. "MATA tidak salah merekrut orang seperti mereka."

"Meskipun mereka adalah ejen muda terbaik kita, kita harus ingat satu poin kalau mereka masih anak-anak. Mereka harus banyak dibantu, dan kita tentunya memiliki tanggung jawab untuk membimbing mereka," final Musa.

"Benar juga."

Musa, David, Shafira, dan Alika kini mulai memasuki rumah. Namun, keempatnya malah terdiam di tempat saat tahu ternyata para ejen dan mentor muda mereka belum pulang sedari tadi. Mereka malah berkumpul di ruang tengah dan menonton sinema!

Hey Young Agents (Ejen Ali FF) AOF #1✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang