Amplop Merah Muda

12 0 0
                                        

"Kau sudah sarapan Dit" tanya Tauke. Pagi-pagi ia sudah berkeringat. Mungkin mengeluarkan aura jahat yang menempel terus di tengkuknya sepanjang malam. 

"Sudah, Tauke dari mana," tanya Kendit sambil memarkirkan sepeda jengkinya. 

"Muter alun-alun, mengukur jalan," jawabnya. Handuk kecil menggelantung di bahunya yang kurus. 

Wajahnya tiba-tiba serius. 

"Kau sudah dengar berita hari ini?" tanya Tauke. 

"Radioku mati, akhir-akhir sulit mendapatkan batu batere."

"Ada musibah besar, orang-orang berseragam yang banyak bintangnya mendapatkan kematian yang mengenaskan, diculik dan dikubur secara hewani oleh orang indonesia sendiri, mungkin kawan seperjuangannya dulu ketika sama-sama baru masuk, oh ya Dit, ada titipan amplop?" jawab tauke. Ia masuk ke dalam toko. Membuka laci, dan menyerahkannya padaku. "Aku senang kau berkawan dengan Linda, dia anak yang baik," Tambahnya. 

Ku genggam sebuah amplop merah muda. Membawanya ke belakang toko, di bawah pohon aku mulai membacanya. 

Menjumpai Kendit di Tempat

Sekarang banyak huru hara di kota, mungkin akan berimbas ke daerah.

Kalau pulang berhati-hatilah.

Orang-orang berseragam makin curiga tak karuan.

Kalau kau ada waktu, mampirlah.

Linda Han

Ku masukan lagi surat ke dalam amplop merah muda. Tiba-tiba rasa lapar menyergapku secara tak sabar. 


SEMUSIM TELAH BERLALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang