LETESHIA~2

67 6 9
                                    

Shaenette duduk di kereta kudanya, figur anggun berbalut gaun mewah itu memang sangat menarik perhatian, sayangnya wajah menawannya tertutup perban karna lemparan piring yang berhasil menggores dahinya tadi.

"Bisakah kita berhenti ditoko dessert itu sebentar?" Shaenette membuka suaranya.

"Tentu, kalau boleh tau anda ingin membeli dessert untuk siapa?" kereta kuda mereka berhenti didepan toko dessert.

"Ntah lah.."

Pintu kereta kuda terbuka, Shaenette turun dari kereta kudanya, lalu berjalan memasuki toko itu dan mulai memesan beberapa dessert.

"Tolong Meringue nya 2 kotak" ucap Shaenette.

"Baik tolong ditunggu... ah nona Lethesia ternyata, apa sedang ada kesibukan? Anda jarang terlihat dikota belakangan ini" bibi penjual dessert itu ternyata mengenal Shaenette.

"Astaga! Apa yang terjadi pada dahi nona?"

"Ah bukan apa apa... Dimana Ann?" Shaenette mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang dipanggil Ann tadi.

"Nona lethesiaa~" anak berusia 7 tahun berlari memeluk Shaenette.

"Halo Ann" Shaenette tersenyum hangat.

"Kemari kemari ada yg ingin aku tunjukan" Ann menarik shaenette ke salah satu kursi.

"Lihat! Aku menggambar aku dan nona Lethesia sedang bermain di taman kota" Ann menunjukan kertas berisi gambaran khas anak anak.

"Itu bagus sekali Ann, aku yakin Ann akan jadi pelukis hebat nantinya" Shaenette mengusap kepala Ann.

"Nona Lethesia, pesanan anda" bibi penjual memanggil Shaenette.

"Terimakasih bibi, ini uangnya"

"Ann sepertinya sangat menyukai anda ya"

"Ann anak yang baik, begitu pula keluarga ini, sekali lagi terima kasih bibi aku pamit" Shaenette berbalik berjalan menuju pintu keluar toko.

"Bye bye nona Lethesiaa" Ann melambaikan.

"Bye bye Ann"

Shaenette membalas lambaian tangan itu lalu keluar toko. Diluar toko sudah menunggu kereta kuda milik duke Lethesia.

"Emerald" shaenette memanggil pelayannya itu.

"ya nona?"

"Sepertinya aku akan jalan dari sini, kau bisa pulang duluan, aku ada urusan, sampai jumpa" Shaenette langsung lari begitu saja meninggalkan pelayannya.

"Tunggu! Nona! Ah... Nona shaenette itu" Emerald memijat pelipisnya.

Sementara itu Shaenette sampai disebuah jembatan. Putri dari Duke Lethesia itu turun lalu berjalan menuju ke kolong jembatan itu disana ada seorang kakek yang sedang duduk meringkuk.

"Tuan..." shaenette menegur kakek itu.

"Nona! Kumohon jangan laporkan saya pada pihak kepolisian, saya tidak tau harus beristirahat dimana lagi kumohon hanya untuk hari ini saja" kakek itu terlihat panik.

"Ah tenanglah tuan saya tidak akan melaporkan anda... Saya tadi melihat anda dari kereta kuda saya lalu.." Shaenette melepas mantelnya lalu memberikan kepada kakek itu.

"Hari ini anginnya kencang anda akan kedinginan tanpa mantel, ah ini.. Saya habis membeli dessert kebetulan aku membeli lebih" Shaenette memberikan satu kotak meringue nya pada kakek itu.

"Dari pakaian anda sepertinya anda seorang bangsawan tapi... Kenapa anda baik sekali pada gelandangan seperti saya" kakek itu menerima kotak dessert tadi.

"Mau itu bangsawan, mau itu rakyat biasa kita sama sama manusia kan" putri dari duke Lethesia itu duduk disamping kakek gelandangan tanpa ada rasa malu sedikit pun dalam dirinya.

"Seandainya semua bangsawan berpikiran seperti anda" kakek itu membuka kotak dessertnya dan mulai memakan isinya.

"Apa anda menyukainya? Maaf saya hanya bisa memberikan itu"

"Ini sudah lebih dari cukup, dan ya saya sangat menyukainya"

"Syukurlah kalau begitu" shaenette memperhatikan arus air sungai didepannya

"Kalau boleh tau, siapa nama anda?" kakek itu bertanya pada shaenette

"Shaenette Lethesia, namaku Shaenette Lethesia"

"Keluarga duke Lethesia ya... Siapa yang berani melukai dahi putri dari duke Lethesia?"

"Ahh... Ini tidak apa hanya kecelakaan kecil" Shaenette meraba perban didahinya.

"Semoga tuhan memberi segala yang terbaik untukmu nona Lethesia"

"Terimakasih tuan, kalau begitu saya pamit" Shaenette berdiri dan membersihkan gaunnya.

"Saya lah yg harusnya berterimakasih disini, terimakasih nona hati hati dijalan"

"Iya, anda juga hati hati"

Shaenette berjalan sampai ke mansion kediaman duke lethesia, sampai disana ia disambut raut khawatir dari kakaknya.

"Shaenette, ku dengar kau pulang sendiri?! Bagaimana bisa?! Apa kau tidak apa apa?! Astaga ada apa dengan dahi mu?!" kakak dari shaenette menyingkap poni dari shaenette untuk mengecek dahi adiknya.

"Siapa yang melakukan ini? Beritahu padaku shaenette"

Shaenette hanya menggeleng lembut dan menyingkirkan tangan kakaknya itu dari wajahnya.

"Aku tidak apa apa, hanya kecelakaan kecil, kakak tidak perlu khawatir aku akan minta emerald untuk mengobatiku nanti, aku pamit terimakasih sudah mengkhawatirkanku" setelah itu Shaenette membungkuk hormat pada kakaknya lalu pergi .

"Aku khawatir sekali padanya, kenapa dia acuh sekali padaku..." ia ikut masuk menyusul adiknya.

Dikamar Shaenette sedang duduk dikasurnya sementara para pelayan membersihkan lukanya

"Hah anak baron itu keterlaluan, dia pikir dia siapa berani beraninya melempar piring ke arah nona" geram Lilyan salah satu pelayan Shaenette.

"Sudahlah Lilyan, dia akan semakin menjadi jika aku meladeni kelakuannya"

"Tapi nonaa..." rengek Lilyan

"Lilyan" tegur Emerald

"huftt..."

"Kakak terlihat sangat mengkhawatirkanku tadi aku jadi merasa bersalah karna bersikap dingin padanya, maafkan aku kakak tapi ayah dan ibu tidak mengizinkanku untuk dekat denganmu' batin Shaenette.
______________________________________

Yo, aku kembali lagi dengan part 2. Jangan lupa vote dan coment ya.

Vote juga cerita ini di lapak partner collabku Michelle_Agatha

Tunggu kami di part 3. Byeee.

LETHESIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang